Sekolah Transformasi Sosial (STS) yang berlangsung sejak 26 Maret di Kampung Mogatemin, Distrik Kais Darat, Kabupaten Sorong Selatan, resmi ditutup Kepala Kampung Mogatemin, Eduard Tigori, Kamis, 31 Maret 2022.
Prosesi upacara penutupan ditandai dengan penyerahan bibit sagu dan alat cangkul kepada dua orang perwakilan peserta. Penyerahan tersebut menandai komitmen para peserta untuk pulang ke kampungnya dan mempraktikkan ilmu yang diterima selama proses pembelajaran di STS Mogatemin.
Setelah pulang ke kampung, para peserta STS akan menjalankan praktik kerja lapangan selama tiga bulan ke depan sesuai dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang telah mereka buat.
Baca juga: Meski Panas Menyengat, Semangat Peserta Kelas Pertanian di STS Mogatemin Tak Surut
Dalam sambutannya, Eduard Tigori mengatakan bahwa meski tidak menjadi peserta STS, semua orang di Kampung Mogatemin ikut belajar selama proses STS tersebut. Ibu-ibu yang setiap hari memasak di dapur, juga setiap hari ikut mendengarkan dan melihat apa yang dipelajari.
“Karena itu, penutupan ini bukanlah akhir tapi ini adalah awal untuk berkarya bagi keluarga dan kampung. Jangan bikin malu karena semua orang sudah lihat. Khusus untuk Kampung Mogatemin, saya akan kawal terus sampai mereka berbuat sesuatu untuk kampung ini,” tandas Eduard.
Mewakili para peserta, Spenier Yadafat, peserta STS dari Kampung Woloin, mengatakan bahwa ilmu yang diterima di STS Mogatemin sesungguhnya adalah ilmu yang sangat mahal.
Baca juga: Peserta STS Pertanyakan Status Hutan ke KPH Sorong Selatan
“Hari ini kami bersyukur kepada Tuhan, karena mengutus orang-orang yang luar biasa memberi kami ilmu. Ini ilmu yang luar biasa, ilmu yang sangat mahal yang tidak mungkin kami dapat lagi di tempat lain. Jadi kami yang ikut STS di Mogatemin ini adalah orang-orang yang sangat beruntung,” ujar Spenier.
Konsultan EcoNusa untuk urusan bisnis yang menjadi narasumber, Yohanes Dwi Subagyo, memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada semua peserta yang mengikuti proses belajar di STS Mogatemin. Ia melihat antusiasme serta semangat yang begitu tinggi dan luar biasa dari para peserta dari awal hingga akhir kegiatan. Menurut dia, ini memberikan harapan, bahwa benih ilmu yang ditaburkan lewat STS jatuh di tanah yang subur.
“Kami hanya menabur benih, tapi tentu tidak semua benih akan tumbuh subur, tergantung di mana benih itu jatuh. Tapi kami percaya, teman-teman (para peserta STS) adalah lahan yang sangat subur, sehingga akan tumbuh dan berkembang menjadi banyak,” ujar Yohanes.
Baca juga: Dua Perusahaan Sawit yang Menggugat Bupati Sorong Selatan Tidak Pernah Beraktivitas
Mewakili pimpinan EcoNusa, Program Associate PSDA EcoNusa, Vanji Dwi Prasetyo, juga memberikan apresiasi kepada seluruh peserta. Ia berharap para peserta tidak sungkan-sungkan untuk bertanya atau menghubungi pihak EcoNusa selama menjalani masa praktik kerja lapangan (PKL) tiga bulan.
“Kawan-kawan EcoNusa di Teminabuan akan secara intens memantau perkembangan para peserta di kampung-kampung selama tiga bulan ke depan. Pihak EcoNusa juga akan bekerjasama dengan para kepala kampung untuk ikut mendorong progress para peserta selama tiga bulan ke depan,” jelasnya.
Vanji juga menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada Kepala Kampung Mogatemin dan jajarannya, juga kepada mama-mama di Kampung Mogatemin dan seluruh masyarakat Mogatemin yang telah mendukung dengan bergotong royong menyajikan kebutuhan makan, minum, dan segala sesuatu demi suksesnya pelaksanaan STS.
Baca juga: Bupati Kaimana Siap Dorong Perda Sasi Pala jika Didukung Komitmen Warga
“EcoNusa hanya saluran berkat dari Tuhan yang menyampaikan ilmu, keterampilan, dan pengalaman kepada teman-teman. Mari kita berterima kasih kepada Tuhan, dan meminta pertolongan Tuhan untuk membantu kita membawa perubahan untuk kampung kita masing-masing,” katanya.
Editor: Leo Wahyudi, Nur Alfiyah, Lutfy Putra