Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Om, Makanan Berharga Bagi Suku Ngalum Ok

Bagikan Tulisan
Keladi, makanan pokok Suku Ngalum Ok yang mengandung makna spiritual dan material.

Suku Ngalum Ok, adalah salah satu suku asli Papua yang tinggal di Lembah Oksibil, Pegunungan Bintang. Sebagaimana suku asli Papua lainnya, kehidupan masyarakat Ngalum Ok memiliki relasi yang amat kuat dengan alam. Sebagian besar masyarakat Ngalum Ok bercocok tanam sebagai mata pencaharian utamanya. Beberapa tanaman pangan seperti om (keladi/talas), batatas (ubi jalar), singkong, sayur gedi, sayur lilin, dan lainnya.

Untuk orang Ngalum Ok, om (keladi) adalah umbi yang menjadi makanan pokok utama dan merupakan makanan yang memiliki makna tersendiri dalam aspek jasmani dan spiritual. Masyarakat Suku Ngalum Ok yang memiliki kebun keladi dianggap sebagai orang yang kaya dan terpandang. Om menjadi makanan suci, spesial, dan sebagai sarana memanusiakan manusia. Umbi ini kerap disuguhkan untuk para tamu, juga dijadikan bekal untuk orang yang akan melakukan perjalanan panjang.

Ada beberapa jenis keladi yang ditanam oleh Suku Ngalum Ok, di antaranya om prepap, om alut, om etilpupki, om dong-dong, om ayoplakonki (om lakon), om danam, dan om buyam.

Baca juga: Suku Dani Manfaatkan Hutan sebagai Sumber Obat

Selayaknya tanaman yang disakralkan, menanam keladi juga tidak boleh sembarangan. Penanaman pertama harus dilakukan oleh om uropki (kepala kampung bidang ekonomi) di dalam apiwol (rumah adat), kemudian diikuti oleh keluarga-keluarga lain yang membuka kebun keladi. Laki-laki Ngalum Ok bertugas membuka, membersihkan lahan, dan membuat pagar.Sementara itu, para perempuan berperan menyiapkan bibit, menanam, dan menyiangi hasil panen kelak.

Orang Ngalum Ok memiliki tempat-tempat khusus yang dianggap baik untuk membuka kebun om. Misalnya di dekat apiwol, okabol (mata air), okking (lereng bukit), a damil dalo (di bawah pohon besar), dan mangol yepbali (di atas tanah yang subur).

Dalam upacara adat suku Ngalum Ok, om dan kang (babi) adalah sarana utama untuk berkomunikasi dengan Atangki dan memiliki nilai untuk memanusiakan manusia Aplim-Apom, nenek moyang mereka. Para tetua adat juga percaya om adalah sarana untuk diplop ngatoron (menguatkan hati) dan pinong ngatoron (memperbaharui pikiran) agar mereka dapat tumbuh menjadi orang yang kuat menjalani kehidupan dan memiliki pemikiran serta tingkah laku yang dewasa, seperti ok (air).

Baca juga: Cerita dari Neniari Gunung, Menggerakkan Para Mama untuk Bertanam Sayur Organik

Keladi juga merupakan perjamuan kudus yang harus hadir dalam ritual adat Ngalum Ok dan dipersembahkan untuk Awi dan Atangki. Ritual itu misalnya mir boperon (inisiasi), pembangunan atau perbaikan bokam iwol (rumah adat khusus laki-laki), hingga upacara kematian di mana keladi akan diletakkan di samping jenazah mendiang.

Tak hanya itu, om juga menjadi makanan pembuka bagi bayi Suku Ngalum yang hendak mulai memakan makanan orang dewasa. Keladi  melambangkan kekuatan hidup, dengan memakannya, bayi diharapkan tumbuh sehat dan memiliki hati yang kuat. Orang Ngalum yang mengalami sakit keras juga akan diberi makan om guna menambah kekuatan dari sisi spiritual agar segera sembuh.

Walaupun umbi dari keluarga Caladium ini memiliki arti yang amat besar bagi Suku Ngalum, om yang diperuntukkan untuk ritual adat tidak boleh ditanam ataupun dimakan oleh perempuan. Orang Ngalum percaya bahwa kesakralan om yang digunakan dalam ritual adat dapat membahayakan kesehatan dan badan perempuan tersebut. Kalau dilanggar maka akan mendatangkan bencana.

Baca juga: Lulusan SD Jadi Inisiator Kemandirian Negeri

Keberadaan keanekaragaman hayati yang tumbuh subur di Tanah Papua nyatanya tak hanya bernilai penting dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Lebih dari itu, banyak tumbuhan maupun satwa memiliki makna mendalam dan penuh filosofi dalam budaya dan adat masyarakat asli di Tanah Papua seperti diyakini Suku Ngalum Ok. 

Di sisi lain, kerusakan alam dan hilangnya keanekaragaman hayati akan berdampak besar terhadap nilai hidup dan pranata sosial masyarakat adat Papua, termasuk bagi masyarakat Suku Ngalum Ok. Mari Bersama kita terus jaga kekayaan keragaman hayati di Tanah Papua. 

Editor: Leo Wahyudi & Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved