Setelah pandemi Covid-19 agak mereda, 2022 menjadi tahun yang istimewa bagi semua anggota Pramuka seluruh Indonesia karena ada perhelatan akbar Jambore Nasional Pramuka XI pada 14–20 Agustus 2022. Kegiatan di Bumi Perkemahan dan Wisata (Buperta) Cibubur, Jakarta, ini diikuti oleh 11.506 Pramuka tingkat Penggalang (remaja usia 11-15 tahun) dari seluruh penjuru Indonesia, Gugus Depan (Gudep) yang berpangkalan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), dan utusan organisasi Pramuka di kawasan Asia Pasifik.
Sebagai sebuah gerakan, Pramuka bertujuan untuk membentuk generasi muda yang tangguh, memiliki moral, mental, dan budi pekerti yang baik sehingga akan membawa masa depan cemerlang bagi bangsa Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa pemuda adalah tonggak harapan yang akan menentukan nasib bangsa di masa mendatang, termasuk nasib alam dan keanekaragaman hayati yang ada di masa mendatang.
Yayasan EcoNusa bersama dengan Eco Defender dan Penjaga Laut hadir di Jambore Nasional XI, tepatnya di kawasan Kampung Global Pembangunan Berkelanjutan, untuk berbagi pengetahuan kepada para Pramuka tentang ekosistem mangrove. Mereka dibekali pengetahuan tentang pentingnya menjaga mangrove sebagai upaya untuk melawan krisis iklim dan menyejahterakan masyarakat pesisir. Kegiatan yang dilakukan di stan ini pun beragam, mulai dari kelas mangrove, kuis berhadiah menarik, serta berbagai permainan edukatif.
Baca Juga: Kemah Pemuda Manokwari Mendidik Calon Agen Perubahan
Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki potensi mangrove amat tinggi. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional yang dipublikasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menunjukkan bahwa total luas mangrove di Indonesia adalah 3.364.076 hektare, atau sama dengan 20 persen dari total mangrove yang ada di dunia. Sebagai bagian penting dari keanekaragaman hayati, tak hanya penting bagi ekosistem, keberadaan mangrove juga penting bagi kelangsungan hidup dan perekonomian masyarakat pesisir.
Wiro Wirandi, Ocean Program Manager Yayasan EcoNusa sekaligus pembicara dalam kelas mangrove menjelaskan kepada para Penggalang bahwa mangrove adalah ekosistem yang unik, berada di wilayah pasang surut air laut, dan menjadi bagian penting dari kekayaan keanekaragaman hayati laut Indonesia. “Sebagai sebuah ekosistem, mangrove merupakan penyerap polusi dan emisi gas rumah kaca, juga berfungsi sebagai pemecah ombak sehingga tidak menyebabkan bencana di darat. Semakin lebat mangrove, maka semakin terjaga pula masyarakat pesisirnya,” jelasnya.
Fishing game menjadi salah satu permainan edukasi menarik yang diberikan kepada para Penggalang dalam kelas mangrove. Mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok dan berperan sebagai nelayan di laut. Permainan edukatif ini mengajarkan konsep perikanan terukur dengan cara yang lebih sederhana. Pada permainan ini, para Penggalang diberikan pandangan bahwa dalam prosesnya, perikanan tangkap perlu terkendali sehingga stok ikan tidak habis dalam sekejap dan perlu adanya pengelolaan secara berkelanjutan.
Baca Juga: Keterlibatan Pemuda Terhadap Krisis Iklim Krusial
Selebihnya, para Penggalang juga diberi fakta-fakta tentang berbagai ancaman yang membuat ekosistem mangrove menyusut, antara lain karena penebangan mangrove untuk dijadikan bahan bakar oleh masyarakat sekitar. Mereka diberi pemahaman bahwa mangrove memiliki potensi yang amat besar untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir, karena menjadi sumber pangan dan potensi pariwisata. Karena itu, diperlukan kontribusi bersama untuk melindungi dan melestarikan mangrove.
“Pulang dari Jamnas, saya ingin membuat gerakan save mangrove dan menyosialisasikan pentingnya mangrove ke sekolah serta masyarakat sekitar,” kata Ainun, salah satu Penggalang yang berkunjung ke stan EcoNusa. Tak hanya bagi Ainun, kelas mangrove nyatanya telah menginspirasi banyak Pramuka Penggalang untuk mengambil langkah baik dan turut andil dalam upaya penyelamatan ekosistem mangrove ketika mereka kembali ke kotanya masing-masing
Wiro menambahkan, Pramuka merupakan sebuah gerakan pemuda terbesar di Indonesia yang memiliki kecakapan, bisa menjadi kader terdepan dalam menjaga alam, khususnya ekosistem mangrove. “Di kelas mangrove kemarin, ada beberapa komitmen yang muncul dari para Penggalang, salah satunya mereka ingin mengembalikan luasan mangrove yang hilang akibat pembangunan. Ini sangat menarik dan perlu kita dukung bersama,” kata Wiro saat diwawancarai.
Mengingat kian pesatnya perkembangan komunikasi digital, EcoNusa juga berkolaborasi dengan BBC Media Action untuk memberikan kelas pembuatan konten bagi para Pramuka di Jambore Nasional. Melalui kelas ini, mereka diharapkan bisa menjadi pembuat konten (content creator) yang dapat menyebarkan virus cinta lingkungan bagi orang-orang di sekitarnya.
Jambore Nasional XI resmi berakhir pada 20 Agustus 2022. Pada Malam Apresiasi Duta Muda Jamnas XI di Kampung Global Pembangunan Berkelanjutan, Yayasan EcoNusa memberikan selempang duta keanekaragaman hayati kepada 68 Pramuka Penggalang terbaik yang berasal dari perwakilan 34 provinsi dalam kelas edukasi mangrove EcoNusa. Penyematan selempang ini disematkan secara simbolis oleh Nina Nuraisyah, Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Pemuda Yayasan EcoNusa kepada M. Alif Alfarabi, Pramuka Penggalang dari Kwartir Cabang (Kwarcab) Sukabumi, Jawa Barat yang mewakili para Pramuka Penggalang.
“Harapannya, para Pramuka bisa menjadi champion yang mengerti, paham, mau membagikan informasi, dan juga melakukan aksi nyata untuk bersama-sama berupaya menahan laju perubahan iklim, salah satunya dengan menjaga keanekaragaman hayati seperti mangrove,” tutur Nina.
Editor: Nur Alfiyah dan Leo Wahyudi