Search
Close this search box.
EcoStory

Membawa Isu Pemanasan Global ke Tingkat Kampung

Bagikan Tulisan

Kaum muda memiliki peran signifikan dalam implementasi agenda nasional dan internasional terkait pemanasan global. Mereka berperan sebagai salah satu penentu keberhasilan kebijakan pengendalian pemanasan global. Selain itu, kaum muda juga turut berperan menyingkap ruang gelap yang membuat sebagian besar masyarakat acuh tak acuh terhadap isu pemanasan global itu sendiri.

Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi, dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut (BRG) Myrna A. Safitri mengatakan, kaum muda dapat membawa isu besar pengendalian pemanasan global hingga ke tingkat kampung atau desa. Dalam lingkup pertanian di lahan gambut misalnya, penerapan pertanian bijak iklim bisa mengurangi risiko emisi karbon. 

Luas lahan gambut Indonesia mencapai 22,5 juta hektare, atau terluas kedua setelah Brazil dengan 31,1 juta hektare. Meski terbilang kecil dibanding dengan luas daratan dunia, lahan gambut menyimpan 30 persen karbon dunia. Tingginya kandungan karbon yang tersimpan di lahan gambut berperan besar dalam menjaga kenaikan suhu permukaan bumi.

BRG membentuk Desa Peduli Gambut (DPG) sebagai wadah edukasi, peningkatan perekonomian masyarakat, dan pendukung restorasi gambut. Hingga September 2020, telah terbentuk 624 DPG di seluruh Indonesia. DPG terbanyak terdapat di Provinsi Kalimantan Timur dengan 174 DPG dan 12 DPG di Provinsi Papua. 

“Kaum muda berperan penting dalam berbagai aktivitas DPG. Salah satunya Sekolah Lapang Pertanian Gambut. Sekolah Lapang bertujuan untuk mengedukasi petani gambut agar bertani bijak iklim di lahan gambut, seperti tidak menggunakan bahan kimia dan tidak membakar lahan,” kata Myrna dalam diskusi virtual pelatihan kelas menengah School of Eco Diplomacy yang bertajuk Agenda Nasional dan Internasional untuk Perlindungan Hutan dan Perubahan Iklim pada Sabtu, 24 Oktober 2020.

Myrna menuturkan, sebagian besar anggota Sekolah Lapang Pertanian Gambut adalah petani muda. Ia optimis petani muda dapat mengubah stigma profesi petani. Selain itu, menurutnya, pertanian adalah satu-satunya sektor perekonomian dengan pertumbuhan positif dan memiliki ketahanan tinggi dalam menghadapi pandemi COVID-19.

“Ada banyak anak muda yang semula gengsi, tapi dengan interaksi yang ada bisa berubah. Menjadi petani itu tidak memalukan, tapi membanggakan. Ketahanan pertanian terhadap pandemi juga tinggi. Dan bertani bisa dilakukan di mana saja. Bayangkan jika diplomat muda lingkungan juga dapat turut serta menggalakkan pertanian. Artinya bisa menjadi langkah dalam menjaga iklim juga,” ucap Myrna.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, Charlie D. Heatubun mengatakan, perubahan iklim dan pemanasan global telah menjadi isu penting pemerintah Papua Barat. Menurut Charlie, kaum muda memiliki peran besar dalam upaya menahan kenaikan suhu permukaan bumi. 

Sejak 2015, Papua Barat mendeklarasikan diri sebagai provinsi konservasi. Inisiatif tersebut ditindaklanjuti dengan Deklarasi Manokwari pada 2018 bersama Provinsi Papua. Kemudian, Peraturan Daerah Khusus Nomor 10 tahun 2019 tentang Pembangunan Berkelanjutan di Provinsi Papua Barat mengamanatkan perlindungan minimal 70 persen luas hutan dan 50 persen pesisir laut dan terumbu karang.

“Di sini peran kaum muda sangat besar. Ada kelompok kaum muda di Papua Barat yang saat ini bekerja sama dengan kami terkait pengembangan ekonomi kreatif dan ekonomi hijau. Komoditas unggul non-deforestasi terus kami kembangkan,” ujar Charlie.

Editor: Leo Wahyudi dan Veronica Arila Wulandani

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved