EcoStory

Membangkitkan Kembali Kejayaan Kakao di Kampung Konderjan

Bagikan Tulisan
Para peserta pelatihan berfoto usai melakukan praktik budi daya kakao di kebun. (Yayasan EcoNusa)

Kabupaten Sarmi direncanakan menjadi salah satu daerah sentra penghasil kakao di Papua. Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua mencanangkan kabupaten tersebut sebagai pusat sentra komoditas cokelat pada 2016. Namun, selama ini sektor perkebunan kakao rakyat kurang berkembang dengan baik. Banyak kebun masyarakat yang terserang hama dan ditinggalkan begitu saja. 

Yayasan EcoNusa bersama Yayasan Intsia Papua menggelar Pelatihan Pasca Panen dan Rehabilitasi Kebun di Kampung Konderjan, Distrik Tor Atas, Kabupaten Sarmi. Kegiatan yang berlangsung pada 18-21 Maret 2025 tersebut dihadiri oleh 46 peserta. Mereka belajar tentang teknik budi daya kakao, termasuk mengatasi cara hama dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar.

Baca Juga: Kisah Petani Kakao di Papua, Dulu Berjaya, Kini Berjuang

Dalam sambutannya, Kepala Kampung Konderjan, Aser M. Borom, mengatakan sudah lama kebun masyarakat mendapat serangan hama penggerek tanaman kakao. Namun mereka tidak bisa mengatasinya. Masyarakat sudah beberapa kali meminta bantuan kepada pemerintah, namun belum mendapat penanganan yang dibutuhkan. 

Kepala Kampung berharap dengan adanya pelatihan ini, warga kampung bisa benar-benar belajar dan mempraktikan ilmu yang disampaikan oleh para fasilitator, seperti menjaga kebun tetap bersih dan produktif. Ia juga mengajak para ketua kelompok dan aparat kampung untuk berperan aktif dalam mendukung keberlanjutan program ini sehingga bisa menjadikan Kampung Konderjan sebagai kampung percontohan dalam budidaya kakao.  “Dahulu Kampung Konderjan dikenal sebagai raja cokelat. Saya berharap program ini diharapkan dapat menghidupkan kembali kejayaan kakao,” tuturnya.

Baca Juga: Bupati Keerom: Kabupaten Keerom Maju, Kalau Kampungnya Maju

Di hari pertama pelatihan, Andi Wamafma dari Instia dan fasilitator Benny Ramandey menggali terlebih dahulu cara masyarakat berkebun selama ini. Mulai dari pembukaan lahan, pengenalan bibit, semai bibit, pemangkasan dahan, panen, hingga proses pasca panen. Menurut Andi, masyarakat selama ini sudah mempraktikan cara merawat tanaman, namun ada beberapa hal yang perlu ditambahkan supaya hasil panennya baik, termasuk untuk mengatasi hama. “Saya percaya bahwa ilmu itu ada banyak di bapak dorang, tinggal kita lengkapi saja,” kata Andi.

Pada hari berikutnya, para peserta dibawa ke kebun untuk bisa melihat praktik secara langsung. Mulai dari membersihkan tumbuhan yang bisa menganggu pertumbuhan pohon cokelat sebelum melakukan penanaman, memilih buah yang bagus untuk dijadikan bibit, hingga praktik sambung tunas. “Sambung samping biasa dilakukan untuk kakao yang umurnya sudah tua. Kita sambung supaya pohon yang tua itu, dia bisa menghasilkan tanaman dan buah yang bagus,” ujarnya. 

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved