Search
Close this search box.
EcoStory

Bupati Keerom: Kabupaten Keerom Maju, Kalau Kampungnya Maju

Bagikan Tulisan
Bupati Keerom berfoto bersama Yayasan EcoNusa dan para peserta Workshop Kepala Kampung dan Sekolah Transformasi Sosial (Yayasan EcoNusa/Albert Yomo)

Kampung adalah basis dari daerah ini. Kalau kampung tidak maju, kabupaten juga tidak akan maju. “Keerom akan begini-begini saja (tidak berkembang), jika kampungnya tidak maju,” kata Bupati Kabupaten Keerom, Piter Gusbager, saat membuka kegiatan Workshop Kepala Kampung (WKK) dan Sekolah Transformasi Sosial (STS) di Kampung Wambes Distrik Mannem, Senin, 3 Oktober 2022.

Gusbager menjelaskan, kampung adalah kekuatan dari Kabupaten Keerom. Kampung dihuni oleh Orang Asli Papua (OAP) yang harus diurus dengan cara-cara yang khusus. Membangun pertanian dan ekonomi bagi OAP itu harus dengan cara yang unik dan tidak biasa dari ekonomi umum yang kita lihat sehari-hari.

Baca Juga: Bupati Keerom Canangkan Program Budidaya Pinang Batara

Banyak program ekonomi dari pusat ke daerah tidak berjalan baik, karena tidak sesuai dengan karakter orang asli Papua. Karena itu, perlu dicari cara lain untuk membangun ekonomi orang asli Papua sehingga bagaimana orang Papua bisa menerima program agar dapat berjalan dan berlanjut terus sampai mandiri.

Bupati Kabupaten Keerom ini mengakui, untuk mewujudkan OAP yang mandiri itu tidak mudah. Dibutuhkan pendampingan yang komprehensif.

Lebih dari 20 tahun Otonomi Khusus (Otsus) hadir di Papua dengan kucuran dana yang fantastis, tapi orang Papua di kampung-kampung hidupnya biasa-biasa saja. “Apa masalahnya?,” tanya Gusbager.

Baca Juga: Mimpi Mandiri dengan Vanili di Keerom

Karena itu, Bupati Negeri Tapal Batas ini percaya EcoNusa punya cara sendiri dengan konsep dan gagasannya untuk bisa menyentuh masyarakat di kampung. Harus ada sinergi antara program pemerintah daerah dan program Yayasan EcoNusa. Kolaborasi ini diharapkan dapat membawa perubahan bagi masyarakat di kampung.

“Program LSM manapun diharapkan dapat bersinergi dengan program pemerintah daerah. Sekali lagi, membangun masyarakat Papua di kampung-kampung itu bukan pekerjaan yang mudah. Komitmen dan konsistensi diperlukan untuk membangun masyarakat Papua di kampung,” ujarnya.

Bupati berpesan agar peran kepala kampung, aparat kampung dan masyarakat kampung harus diperkuat, karena mereka yang akan menjadi ujung tombak dalam membangun kekuatan di kampung. Bukan orang dari luar. Karena orang lain belum tentu datang membangun kampung ini dengan sepenuh hati, kecuali pemerintah kampung dan masyarakat kampung itu sendiri.

Baca Juga: Relawan Hutan Dorong Anak Muda Berkarya Nyata di Kampung

Gusbager mengingatkan bahwa  harapan itu tidak akan terjadi kalau aparat kampung tidak punya kapasitas dan ilmu pengetahuan yang cukup. Itu sebabnya kegiatan ini sangat penting untuk diikuti oleh aparat kampung. Aparat kampung harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih agar dapat mengurus pembangunan di kampung.

Aparat kampung, kata Bupati, harus memiliki kemampuan untuk menganalisa kesesuaian program, menganalisa kesesuaian lahan, dan kemampuan pengembangan bisnis yang sesuai dengan potensi kampungnya. Pemerintah melalui dinas terkait dan pihak LSM hanya memfasilitasi. Selebihnya ditentukan oleh aparat kampung dan masyarakat di kampung itu sendiri.

Kepala kantor Yayasan EcoNusa Wilayah Papua, Maryo Saputra Sanuddin, menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Bupati Kabupaten Keerom, pemerintah daerah, dan seluruh masyarakat Keerom yang telah mendukung terlaksananya kegiatan WKK dan STS di Kampung Wambes, Distrik Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.

Baca Juga: Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat

Maryo berharap proses ini dapat diikuti dengan baik oleh semua peserta, sehingga aparat kampung dan kader kampung memiliki informasi dan pengetahuan tambahan untuk dapat diterapkan dan dipraktikkan di kampungnya masing-masing.

“Saya yakin kalau proses ini diikuti dengan baik, Bapak Ibu akan memiliki konsep yang jelas dan terukur untuk merancang program dan kegiatan yang bermanfaat bagi kampungnya,” ujar Maryo. 

Kegiatan WKK dan STS merupakan bagian dari program School of Eco-Involvement (SEI) dari Yayasan EcoNusa yang bertujuan untuk membangun ketangguhan kampung. Program SEI ini merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan para pemangku kepentingan di kampung. Dua kegiatan ini berlangsung selama 6 hari, diikuti oleh 68 peserta dari 14 kampung di Kabupaten Keerom dan 3 kampung dari Kabupaten Jayapura.

Baca Juga: Sanggase, Calon Sentra Penghasil Beras di Distrik Okaba

Materi yang diberikan dalam WKK terdiri dari Kebijakan dan Kewenangan Pemerintah Kampung, Perencanaan dan Pengembangan Kampung Berbasis Potensi dan Aset lokal, Integrasi peta potensi dalam RTRW Kampung, Penyusunan RPJMDes, RKPDes, dan APBDes Partisipatif, serta penyusunan rencana kerja untuk implementasi hasil. Para peserta STS mendapatkan teori dan praktik tentang budidaya serta pengembangan tiga komoditas usulan Pemerintah Daerah dan masyarakat, yakni pinang batara, vanili, dan kakao.

Pembukaan SEI Keerom ini ditandai dengan penanaman bibit pinang batara yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Keerom di halaman kantor Pemerintah Kampung Wambes dan pembagian 1000 bibit pinang Batara kepada seluruh peserta SEI dari 16 kampung. Dalam pembukaan SEI Keerom ini, hadir juga Manajer Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) EcoNusa, Siti Masriyah Ambara, dan Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Kaum Muda (CYM), Nina Nuraisyah.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved