Search
Close this search box.
EcoStory

Gambar sebagai Bahasa bagi Pelestari Lingkungan

Bagikan Tulisan
Bahasa gambar menjadi medium yang dapat digunakan untuk kampanye dan advokasi lingkungan hidup (Yayasan EcoNusa/Rina Kusuma)

Sebagai bentuk ekspresi, gambar bersifat universal. Ekspresi visual tersebut lahir lebih dulu sebelum sebelum aksara diciptakan dan dikembangkan menjadi salah satu medium komunikasi. Bila kedua media tersebut disatukan, pesan yang ingin disampaikan menjadi jauh lebih kuat. Bahasa gambar, penggabungan gambar dan aksara, dapat digunakan sebagai salah satu media ekspresi penyelamatan lingkungan hidup.

Hal itu menjadi tema pokok yang diulas dalam rangkaian kegiatan School of Eco Diplomacy (SED) Kelas Dasar di Jayapura, Papua, pada tanggal 13 sampai 15 November 2019. SED terselenggara atas kerja sama Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Kehutanan, Universitas Cendrawasih, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, Forum Komunitas Jayapura-Rumah Bakau Jayapura, serta Yayasan EcoNusa.

“Bahasa visual menjadi bahasa komunikasi yang universal. Melalui bahasa gambar orang akan lebih mudah untuk mengerti dan memahami,” – Endang Sunandar, anggota Graphic Recorder Indonesia (GRID).

Endang menuturkan, pembuatan bahasa gambar menuntut seseorang untuk berpikir kreatif. Metode berpikir tersebut, kata Endang, dapat diterapkan dalam melihat masalah lingkungan hidup serta solusi kreatif yang diperlukan untuk mengatasinya. Dengan begitu, pesan yang hendak disampaikan dapat menjangkau masyarakat lebih luas, tak hanya rentang usia, namun juga letak demografi.

Teknik bahasa gambar diterapkan dalam sesi presentasi rencana aksi penyelamatan lingkungan hidup dan diskusi panel. Hadir sebagai panelis Kabid Perencanaan Kehutanan Dinas Kehutanan Propinsi Papua Dr. Estiko Tri Wiradyo, SH, MSi, Dosen Program Studi Pendidikan Geografi FKIP UNCEN Yehuda Hamokwarong, S.Pd, M.Sc, Dewan Pembina Yayasan EcoNusa Ir. Yan Pieter Karafir, M.Ec, Manajer Pengelolaan Sumber Daya Alam Yayasan EcoNusa Lie Tangkepayung.

Salah satu peserta, Yoke, dari Kampung Enggros, Jayapura, Papua, mengatakan bahwa pengetahuan baru yang didapatkan, seperti bahasa gambar, dari School of EcoDiplomacy, sangat berguna untuk bentuk komunikasi kreatif dalam merancang rencana aksi pasca School of EcoDiplomacy. Penggunaan bahasa gambar seperti komunikasi kreatif menjadi krusial apabila rencana aksi ingin dilakukan untuk merangkul masyarakat luas untuk bersama sama menjaga lingkungan.

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved