Gerakan lingkungan Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) menjadi manifestasi baru bagi kaum muda dalam merespon krisis iklim yang tengah mengancam dunia. Lebih dari 7.700 orang serentak melakukan aksi lingkungan pada hari perayaan Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober di 142 titik yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia. Mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, Papua Barat, dan Papua.
“Krisis iklim bukan kabar bohong. Ini terjadi di seluruh dunia. Jika dulu orang bersumpah untuk menyatukan Indonesia, saat ini kita jalankan komitmen itu dengan komitmen menjaga iklim,” kata CEO EcoNusa, Bustar Maitar, di kawasan Ancol, Jakarta, Kamis (28/10/2021).
AMJI terlaksana atas inisiasi Yayasan EcoNusa yang bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pramuka, beberapa universitas, dan sejumlah komunitas serta organisasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan pada 28 Oktober tersebut merupakan puncak acara AMJI yang rangkaiannya mulai dilakukan pada awal Oktober 2021. Sepanjang Oktober, ada 142 titik tempat kegiatan AMJI. Selain membersihkan pantai, gerakan AMJI diisi dengan penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, pembersihan sungai dan pantai, penanaman kerang hijau, pelepasan tukik, serta webinar dan siaran langsung Instagram tentang isu lingkungan.
Semula, aksi tersebut hanya direncanakan di 76 titik di berbagai wilayah Nusantara untuk memperingati 76 tahun kemerdekaan Indonesia. Rencananya kegiatan itu hanya dilangsungkan pada Hari Sumpah Pemuda. Rupanya, banyak pemuda yang antusias dengan kegiatan ini sehingga jumlah titik dan rangkaian kegiatan terus bertambah.
Data yang berhasil dikumpulkan oleh tim AMJI, sebanyak 33.572 bibit mangrove dan pohon sudah ditanam, 1.058 terumbu karang ditransplantasi, 24.241 sampah dibersihkan dari sungai dan pantai, dan 1.000 kilogram kerang hijau ditanam, serta pelepasan 200 ekor tukik.
Bustar mengatakan, krisis iklim yang terus berlangsung akan memberikan dampak besar bagi Indonesia. Menurut Bustar, peringatan Sumpah Pemuda menjadi momen penting bagi seluruh kaum muda di Indonesia untuk bergerak bersama demi mempertahankan kelestarian laut dan hutan yang tersisa, khususnya di timur Indonesia.
Baca juga: Izin Sawit Bermasalah, Warga Merasa Kena Tipu
Krisis iklim yang disebabkan oleh pemanasan global sudah di depan mata. Pusat Informasi Lingkungan Nasional Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), mencatat bulan Juli tahun 2021 menjadi bulan dengan suhu terpanas di bumi dalam 142 tahun terakhir atau sejak tahun 1880. Selain itu, dalam rentang tujuh tahun terakhir, yakni 2015 hingga 2021, bulan Juli tercatat menjadi bulan terpanas dalam sejarah.
Selain NOAA, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mencatat tahun 2020 adalah tahun terpanas. Rata-rata suhu global bumi pada 2020 naik 1,02 derajat celsius dibanding rata-rata dasar 1951-1980. Organisasi Meteorologi Dunia bahkan memprediksi kenaikan suhu bumi 1,5 derajat celsius dibanding masa pra industri akan terjadi pada 2025.
“Kenaikan suhu bumi akan membuat pasokan pangan menipis akibat gagal panen, kenaikan permukaan laut, kerusakan terumbu karang, berkurangnya sumber penghidupan nelayan dan masyarakat di pulau-pulau kecil, serta bencana iklim yang mengintai Indonesia,” ujar Bustar.
Esterlina Virginia Muabuay, Eco Defender asal Jayapura, mengatakan bahwa krisis iklim dapat menjadi isu penting dalam perbincangan kaum muda. Kawasan hutan yang beralih fungsi, banjir rob, polusi sampah plastik di laut, adalah fenomena yang kerap ditemui masyarakat dan kaum muda. Ester yang tinggal di kawasan pesisir menyadari polusi plastik di laut semakin bertambah.
Baca juga: Penyelamatan Hutan Papua dan Maluku Tak Hanya Menyangkut Kelestarian Cenderawasih
“Waktu TK (Taman Kanan-kanak) lautnya bersih, selesai kuliah lautnya banyak sampah plastik. Penting bagi kaum muda untuk merasakan ‘Wah sudah segini parahnya’. Kaum mudah harus bergerak bersama dan jadi tongkat estafet untuk menggerakkan teman-teman lainnya,” ujar Ester.
Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhammad Yusuf, mengatakan, ikrar sumpah pemuda untuk melindungi bumi dapat terjadi dengan melakukan aktivitas sederhana, yakni mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, hemat menggunakan air, dan menghabiskan makanan.
“Kalau kita ke restoran, kita lihat berapa banyak sampah makanan. Bayangkan kalau dikumpulkan berapa triliun negara ini rugi karena kita memeras sumber daya semaksimal mungkin tapi tidak memanfaatkan dengan baik,” pungkas Yusuf.
Editor: Nur Alfiyah