Search
Close this search box.
EcoStory

Mangrove di Air Besar dan Pager Kindik Belum Termanfaatkan

Bagikan Tulisan
Kampung Air Besar dan Pager Kindik, Kabupaten Fak-Fak, Papua Barat, membudidayakan pala sebagai salah satu komoditas ekonomi. (Yayasan EcoNusa/Kei Miamoto)

Kawasan hutan mangrove di wilayah Air Besar dan Pager Kindik, Kabupaten Fak-Fak, hampir tidak tersentuh sama sekali. Kawasan itu masih lebat dan asri. Sayangnya, sedikit sekali masyarakat yang memanfaatkan sumber daya ekosistem mangrove tersebut.

Mangrove di Air Besar hanya dimanfaatkan oleh 2-3 orang yang selalu memancing ikan dan kepiting di sekitar kawasan tersebut. Bahkan, sumber daya kawasan mangrove di Desa Pager Kindik, Distrik Warbea Utara, sama sekali tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya.

Kedua kampung tersebut hanya mengandalkan hasil pertanian pala. Karena menurut mereka, pala lebih bernilai secara ekonomis karena harga pala per kilogram mencapai Rp50.000. Sementara itu, masyarakat di wilayah Air Besar yang secara administratif sangat berdekatan dengan Kabupaten Fak-Fak makin gencar memanfaatkan hasil hutan yang berupa biji pala untuk dijual.

Kawasan hutan mangrove di Desa Pager Kindik yang berdekatan dengan jalan raya antardesa kondisinya mulai menurun dari sebelumnya yang luasnya beberapa hektar.  Kini luasnya berkurang drastis akibat proyek jalan raya antardesa yang memanfaatkan sebagian wilayah kawasan hutan mangrove. Hal ini diperburuk oleh masyarakat yang mengambil bebatuan yang ada di kawasan tersebut.

Minimnya pemanfaatan sumber daya kawasan hutan mangrove bukan tanpa alasan. Pasalnya, menurut pengakuan dua kepala kampung Air Besar dan Pager Kindik, mereka kurang mendapatkan sosialisasi tentang pemanfaatan mangrove. Mereka jarang sekali mendapatkan pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pihak-pihak terkait dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.  Padahal, pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di dua kampung tersebut sangat diperlukan ke depannya.

Sosialisasi tentang pemanfaatan ekosistem mangrove di Kampung Air Besar dan Pager Kindik masih minim, seperti halnya yang terjadi di Kampung Kambala di Kabupaten Kaimana. Tak heran jika pengetahuan tentang potensi dan manfaat hutan mangrove masyarakat pun minim. Akibatnya, kedua wilayah tersebut hanya memanfaatkan satu komoditas pala saja sebagai mata pencaharian masyarakat sehari-hari.

Hal ini sangat disayangkan karena Papua Barat memiliki luasan mangrove cukup besar. Kawasan mangrove di provinsi ini sangat luas, atau 69 persen dari luasan mangrove yang ada di Indonesia. Kawasan mangrove yang masih dalam kondisi sehat berada di wilayah pesisir selatan Papua Barat. Kampung Kambala, Air Besar, dan Pagar Kindik berada dalam jalur pesisir tersebut.

Melihat kondisi ini, semua pihak, terutama pemerintah, masyarakat, serta organisasi non-pemerintah harus meningkatkan intensitas perhatiannya terhadap kawasan ekosistem mangrove di wilayah Papua. Mangrove akan memberikan kesehjateraan bagi masyarakat sekitar jika mereka mengetahui pengelolaan dan pemanfaatan hutan mangrove secara berkelanjutan.

Editor: Leo Wahyudi S.

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved