Tiga bangunan homestay berdiri tepat di depan pantai di Kampung Arefi Timur di Distrik Batanta Utara, Raja Ampat. Di depan ketiga bangunan eco-friendly tersebut enam turis dari luar negeri duduk beristirahat. Para turis itu berasal dari Bangladesh dan Belanda. Dua di antara mereka baru pulang menyelam.
“Tadi diving di dekat sini saja,” kata Riky Rumbewas, pemilik homestay bernama Biryei tersebut, Kamis, 12 April 2023. Ia menambahkan, “Sebentar malam ada tamu minta ditemani lihat ular. Nanti sa (saya) bawa ke air terjun,” ujarnya. Riky berencana membawa mereka ke air terjum Warinkabom yang terletak di tengah hutan Arefi Selatan.
Riky adalah salah satu orang asli Raja Ampat yang memiliki homestay. Meski hanya lulus Sekolah Dasar, Riky paham cara melayani tamu dan bisa berbahasa Inggris. Semuanya dia pelajari saat bekerja di sebuah resor di Batanta Utara. “Bahasa Inggris juga belajar dari buku,” tuturnya.
Baca Juga: Pembangunan Homestay di Arefi Timur, Upaya Pemulihan Ekonomi Masyarakat
Homestay adalah sebutan penginapan kecil yang umumnya dikelola oleh orang asli Papua dengan fasilitas yang sederhana, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan tamu, seperti kamar tidur, kamar mandi dan toilet bersama, serta makan. Sedangkan resor memiliki fasilitas dengan standar perhotelan dan umumnya dimiliki oleh orang asing.
Di Batanta Utara, homestay mulai ada sejak 2013. Adalah Kostan Thinopel Soor atau yang biasa disapa Novri yang memulai usaha tersebut. “Waktu itu sa lihat ada bule di Mansuar (Pulau Mansuar, Distrik Misool Selatan, Raja Ampat). Oh ternyata tamu asing juga mau menginap di homestay,” katanya.
Terinspirasi dari homestay di Mansuar itu, Novri membangun homestay Yenkarom di Kampung Arefi Timur. Selain belajar mengelola penginapan ke asosiasi, Novri juga belajar secara otodidak. Ia, misalnya, belajar berbahasa Inggris lewat kamus dan belajar memasak a la barat, seperti steak. Jika tak mengerti, Novri akan bertanya ke saudaranya yang punya pengetahuan lebih luas. “Seperti kemarin itu ada tamu yang bilang vegetarian, sa tra (saya tidak) tahu itu apa, jadi sa tanya ke saudara,” tuturnya.
Baca Juga: Tetap Relevan dalam Menjalani 2023
Meski Novri hanya lulusan Sekolah Menengah Atas, para tamu puas dengan pelayanannya. Penginapannya sudah ratusan kali menerima turis. Beberapa di antara mereka bahkan menginap lagi di Yenkarom saat kembali ke Raja Ampat. “Sa antar mereka ke spot dugong, mereka senang. Sampai ada yang menginap tiga kali,” ujarnya.
Dari hasil menyediakan jasa penginapan dan mengantar tamu sejak 2013 tersebut, Novri bisa membeli tiga perahu speedboat, membangun 2 kamar homestay lagi, membeli 15 paket peralatan diving, hingga menyelolahkan saudaranya ke akademi kepolisian. Namun sejak pandemi Covid-19, homestay miliknya rusak sehingga belum bisa kembali menerima tamu. Novri saat ini akan merenovasi homestay miliknya dengan dukungan pendanaan dari PT. KOBUMI.
Untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat, PT. KOBUMI dengan sokongan Yayasan EcoNusa memberikan pinjaman dengan syarat yang mudah. Baik Novri maupun Riky mengajukan pinjaman ke PT. KOBUMI tersebut. “Ini sangat membantu sekali. Sa bisa bangun lagi homestay yang rusak, syaratnya tidak buat kami pusing,” kata Novri.
Selain Novri dan Riky, ada pula Hermanus Rumbewas dan Yoris Warmasen yang mendapatkan dukungan pendanaan. Herman membuat Iboryomkum Homestay di Arefi Timur pada 2019. Namun, belum sempat menikmati hasil pembangunan tersebut, pandemi menyerang. “Ada (pandemi) Covid-19. Jadi langsung tutup, homestay jadi rusak,” ujar Herman yang juga tamatan SD tersebut.
Setelah mendapatkan bantuan pendanaan, Herman saat ini sudah membangun kembali homestay miliknya. “Sudah siap melayani tamu. Semoga banyak yang datang,” tuturnya.
Baca Juga: Praktik Baik dari Timur Indonesia Modal untuk Ekonomi Biru
Sama seperti Herman, Yoris Warmasen juga baru memulai kembali bisnis homestay miliknya setelah menerima bantuan pendanaan PT. KOBUMI. Bedanya, homestay Black Swees miliknya sudah melayani tamu dari liburan Natal tahun lalu. Sejak Desember 2022 hingga Maret 2023, satu kamar yang ia sewakan hampir selalu penuh. “Sa sampai tidak pulang-pulang ke kampung,” katanya dengan senyum mengembang.
Ketua Perkumpulan Penggerak Usaha dan Penghidupan Masyarakat Asli Raja Ampat (PERJAMPAT) Kristian Sauyai sepakat dengan sistem pinjaman untuk mendukung pemulihan ekonomi masyarakat Raja Ampat. Dari sekitar 120 anggota asosiasi, baru sekitar 70 anggota yang homestay-nya bisa melayani tamu. Sebanyak 50-an lainnya belum bisa aktif karena homestay mereka rusak sejak pandemi. “Kalau pinjaman bisa karena tidak membuat masyarakat bergantung,” tuturnya.
Menurut Kris, pasar homestay berbeda dengan resor. Meski demikian, ia berharap pemerintah bisa membatasi jumlah resor di Raja Ampat dan lebih berpihak pada upaya pengembangan ekonomi yang dilakukan oleh warga lokal. Ia juga berharap para pemilik homestay mau mengembangkan kemampuannya sehingga bisa bersaing dengan resor.