Search
Close this search box.
EcoStory

Relawan Hutan Dorong Anak Muda Berkarya Nyata di Kampung

Bagikan Tulisan
Youth Mobilization Coordinator, Lukas Kristian Windya Nugraha, berdiskusi dengan peserta Relawan Hutan Merdeka.

Di tengah meningkatnya ancaman deforestasi dan degradasi hutan dan laut di Indonesia timur  yang menjadi benteng pertahanan terakhir, peran semua pihak, terutama kaum muda sangat diperlukan. Melihat kondisi semacam ini, EcoNusa menginisiasi gerakan Relawan Hutan Merdeka (RHM) dengan menggandeng Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong untuk bekerja sama mewujudkan  agenda tersebut. UNIMUDA memiliki infrastruktur pembelajaran Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang bisa diadaptasikan menjadi gerakan anak muda untuk menerapkan potensi dan keilmuannya untuk kembali ke kampung dan melakukan pengembangan masyarakat di kampung.

RHM merekrut anak muda yang mempunyai keahlian khusus dan berminat untuk membaktikan dirinya selama minimal 6 bulan sampai 1 tahun tinggal di kampung untuk mengimplementasikan ilmu, pengetahuan, hobi, serta inovasi demi kemajuan masyarakat. Melanjutkan kegiatan pada 2021, EcoNusa kembali bekerja sama dengan UNIMUDA mengadakan pelatihan intensif (bootcamp) RHM untuk mahasiswa pada 1-3 September 2022 di UNIMUDA.

Dari 78 pendaftar, setelah melalui seleksi administratif ada 20 anak muda yang terpilih untuk mengikuti wawancara dan psikotest sebagai tahapan seleksi berikutnya. Seleksi ketat itu akhirnya memilih 5 orang yang memenuhi semua persyaratan. Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor 3 Bidang Kemahasiswaan UNIMUDA, Sirojuddin, yang didampingi Kepala Lembaga Implementasi MBKM UNIMUDA Sorong, Wisnu Wardoyo. 

“Ini merupakan komitmen kita untuk memilih peserta yang tepat dan sesuai dengan program Relawan Hutan Merdeka. Jangan sampai kita salah pilih. Yang kita berangkatkan saat ini adalah orang orang yang komunikatif, punya jiwa kerelawanan dan tahan banting sehingga bersedia mengabdi selama 6 bulan di kampung,“ kata Sirajuddin dalam sambutannya.

Konsep RHM dibangun sebagai bagian dari membangun gerakan anak muda khususnya di Indonesia timur. Keterlibatan anak muda dalam kegiatan ini merupakan bagian dari jawaban atas keprihatinan terhadap kondisi hutan, laut, perubahan iklim dan masyarakat adat.

Laporan dari Auriga yang dirilis pada Februari 2021 menyebutkan bahwa luas hutan alam di Tanah Papua menyusut 663.443 hektare  dalam 20 tahun terakhir. Dari beberapa sumber diketahui bahwa izin perkebunan kelapa sawit mengalami peningkatan pesat. Hal ini menggambarkan bahwa persoalan lingkungan memang ada dan harus segera ditangani, salah satunya melalui peran anak muda.

Selama bootcamp 3 hari,  peserta akan mempelajari materi pendukung agar mereka siap untuk berkarya di kampung. Mereka akan belajar tentang pemahaman krisis ekologi, pengembangan masyarakat, pengorganisasian masyarakat (Community Organizing), masyarakat adat, komunikasi, publikasi, dan advokasi. Materi tersebut disampaikan oleh para mentor berpengalaman dari Econusa dan UNIMUDA. 

Untuk membangun kesadaran, acara ini diawali dengan mengajak para peserta untuk mengidentifikasi persoalan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Ada banyak tulisan yang mereka identifikasi, mulai dari persoalan limbah rumah tangga terutama plastik, deforestasi, perebutan lahan untuk perkebunan, konflik lahan antara warga sampai pada rendahnya kualitas pendidikan di kampung karena kurangnya tenaga guru. 

Kesadaran ini semakin kuat saat fasilitator mengajak melihat potensi yang mereka miliki. Mereka kemudian menuliskan latar belakang pendidikan, keterampilan terbaik , serta hobi yang dimiliki. Dari sini mereka kemudian diajak menuliskan apa saja yang akan mereka lakukan di kampung selama 6 bulan dan mimpi apa yang akan mereka wujudkan di kampung.

Iva, salah satu peserta yang berlatar belakang pendidikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat senang mengikuti proses ini. “Saya akan mencoba melakukan analisa kebutuhan di kampung dan akan melihat persoalan pendidikan yang ada di sana,” katanya. Harapan Iva ini sejalan dengan Eky yang berlatar belakang Pendidikan Olahraga. Dengan pengetahuannya tentang dunia pendidikan, Eky akan memberikan solusi alternatif dalam proses pembelajaran di kampung.

Sementara itu, peserta lainnya, Ayu dan April yang berlatar belakang Teknologi Informatika ini berniat membuat sebuah sistem informasi desa berbasis laman (website). Bahkan April yang kebetulan salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari juga berniat menggali kesenian dan budaya masyarakat yang ada di kampung.

Semua harapan para peserta RHM tersebut digunakan untuk membangun dasar perencanaan kampung dan membangun pondasi mimpi yang akan mereka wujudkan di kampung. Hari pertama bootcamp RHM memberi penguatan terhadap idealisme anak muda untuk membangun Indonesia dari kampung. Melakukan sesuatu yang kecil dengan cara yang besar. Itulah spirit yang ditanamkan oleh fasilitator. 

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved