Search
Close this search box.
EcoStory

Bupati Keerom Canangkan Program Budidaya Pinang Batara

Bagikan Tulisan
Bupati Keerom, Piter Gusbager, saat memberikan sambutannya pada pencanangan program budidaya pinang batara (Yayasan EcoNusa/Roberto Yekwam)

Pemerintah Kabupaten Keerom bekerja sama dengan Yayasan EcoNusa akan mengembangkan budidaya tanaman Pinang Batara agar menjadi komoditas bernilai ekspor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kosmetik di luar negeri. Hal ini ditegaskan Bupati Kabupaten Keerom, Piter Gusbager, ketika mencanangkan penanaman Pinang Batara yang ditandai penanaman bibit Pinang Batara di Kampung Wambes, Distrik Mannem, Kabupaten Keerom, Papua, Senin 3 Oktober 2022.

Bupati Gusbager menjelaskan, hampir semua warga di Kabupaten Keerom menanam pinang, dan sebagian besar warganya menerima penghasilan tambahan dari hasil jualan pinang. Karena itu, kehadiran varietas Pinang Batara tentunya tidak sulit untuk dibudidayakan oleh masyarakat.

Baca Juga: Menggali Potensi Kampung Gisim di Sorong

Program budidaya Pinang Batara ini, lanjut Gusbager, sebenarnya sudah direncanakan dua tahun lalu, namun terkendala dengan pandemi Covid-19. Kemudian berkolaborasi dengan Yayasan EcoNusa, pemerintah daerah mendorong realisasi gagasan ini pada akhir 2022. Yayasan EcoNusa telah berinisiatif  mengawali pencanangan ini dengan menghadirkan 1.000 bibit Pinang Batara ke Keerom. Selanjutnya Pemerintah Kabupaten Keerom akan meningkatkan program Pinang Batara ini pada 2023.

Dengan budidaya Pinang Batara yang efektif, Gusbager berharap pada lima tahun mendatang Kabupaten Keerom akan menjadi daerah pengekspor Pinang Batara untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kosmetik di luar negeri.

Sementara itu, Kepala Kantor EcoNusa wilayah Papua, Maryo Saputra Sanuddin, mengapresiasi respon Bupati Kabupaten Keerom dalam pengembangan budidaya Pinang Batara. Maryo mengakui, Keerom terkenal sebagai sumber penghasil pinang bagi warga di Kota Jayapura dan sekitarnya yang gemar makan pinang. Karena itu, EcoNusa mengusulkan untuk mengembangkan pinang menjadi produk turunan lain.

Baca Juga: Sagu Tanaman Sejuta Manfaat yang Terancam oleh Pembangunan

“Namun saran dari Bapak Bupati adalah pengembangan varietas Pinang Batara. Mengingat itu adalah program beliau yang tertunda. Kami kemudian sepakat. Lalu bersamaan dengan STS Keerom ini, kami canangkan penanaman bibit Pinang Batara,” kata Maryo.

EcoNusa mengadakan kegiatan Workshop Kepala Kampung (WKK) dan Sekolah Transformasi Sosial (STS) sebagai bagian dari program School of Eco-Involvement (SEI). Tujuannya untuk membangun ketangguhan kampung. Program SEI ini merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan para pemangku kepentingan di kampung. Dua kegiatan yang berlangsung selama 6 hari ini diikuti oleh 68 peserta dari 14 kampung di Kabupaten Keerom dan 3 kampung dari Kabupaten Jayapura.

Baca Juga: Potensi Tuna Indonesia dan Nasib Nelayan Huhate

Materi yang diberikan dalam WKK terdiri dari Kebijakan dan Kewenangan Pemerintah Kampung, Perencanaan dan Pengembangan Kampung Berbasis Potensi dan Aset lokal, Integrasi peta potensi dalam RTRW Kampung, Penyusunan RPJMDes, RKPDes, dan APBDes Partisipatif, serta penyusunan rencana kerja untuk implementasi hasil. Para peserta STS mendapatkan Sedangkan materi yang diberikan dalam STS terdiri atas teori dan praktik tentang budidaya serta pengembangan tiga komoditasi usulan Pemerintah Daerah dan masyarakat, yakni Pinang Batara, Vanili, dan Kakao.

Pembukaan SEI Keerom ini ditandai dengan penanaman bibit Pinang Batara yang dilakukan oleh Bupati Kabupaten Keerom di halaman kantor Pemerintah Kampung Wambes dan pembagian 1.000 bibit pinang Batara kepada seluruh peserta SEI. 

Maryo berharap, pengembangan budidaya Pinang Batara ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan dikembangkan dengan serius, sehingga cita-cita untuk membangun kesejahteraan masyarakat kampung di Kabupaten Keerom dapat terwujud.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved