Sekitar pukul 6 pagi Waktu Indonesia Timur, berbagai komunitas mulai berkumpul di sekitar Pantai Hechnuk di Jayapura, Papua. Tak lama berselang, Wakil Wali Kota Jayapura Rustan Saru membuka acara Beach Clean Up Jayapura pada 4 Desember 2020. Dalam sambutannya, Rustan memberikan apresiasi dan terima kasih kepada sejumlah pihak yang terlibat dalam pelaksanaan aksi bersih pantai.
“Sampah itu perang kita bersama. Begitu hujan selesai, kita keluar dari rumah, ada sampah. Begitu kita naik perahu, kita pungut itu sampah dari laut. Saya bangga dengan adanya kegiatan ini. Saya berterima kasih,” ucap Rustan.
Pantai Hechnuk merupakan ekowisata yang dikelola oleh Eugenes, warga Kampung Engross, Distrik Abepura, Kota Jayapura. Pengunjung bisa menikmati keindahan Jembatan Merah Holtekamp, jembatan penghubung antara Kota Jayapura dengan Skouw, perbatasan Papua Nugini.
Baca juga: Melawan Monster Plastik di Penghujung Tahun
Sayangnya, keindahan kawasan ekowisata pantai ini mulai rusak karena sampah. Selain sampah yang berasal dari aktivitas pengunjung, kebanyakan sampah yang ada di bibir pantai berasal dari limbah pasar yang terdampar dari laut. Dua kilometer dari kawasan pantai, terdapat Pasar Hamadi yang menjual berbagai barang dagangan seperti sayur-mayur, ikan, kebutuhan pokok, hingga kerajinan tangan dan oleh-oleh. Biasanya, sampah-sampah makanan dan minuman dari sana dibuang ke laut oleh masyarakat.
“Sampah biasanya dibawa pengunjung ke sini, atau kadang datang dari Pasar Hamadi di dekat situ,” ujar Eugenes.
Oleh karena itu, Yayasan EcoNusa bersama sejumlah lembaga, komunitas lokal dan perkumpulan mahasiswa melaksanakan aksi bersih pantai atau Beach Clean Up di Pantai Hechnuk dan Pantai Holtekamp. Kegiatan ini terselenggara sebagai puncak rangkaian acara Sail to Campus yang dilakukan di tiga perguruan tinggi di Jayapura, yakni Universitas Cenderawasih, Universitas Yapis Papua dan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura pada tanggal 11 hingga 19 November 2020. Kegiatan bersih pantai juga dihadiri oleh CEO Yayasan EcoNusa, Bustar Maitar.
Baca juga: EcoNusa Ajak Masyarakat Lestarikan Soki dan Posi-Posi
Ada sekitar 200 orang yang terlibat dalam aksi bersih pantai pagi itu. Beberapa lembaga, komunitas dan kelompok mahasiswa yang hadir di antaranya adalah mahasiswa dari Universitas Cenderawasih, Universitas Yapen, Universitas Sains & Teknologi Jayapura dan Universitas Ottow Geissler, Komunitas Rumah Bakau, Komunitas Selam dan Komunitas Earth Hour. Di samping komunitas pemuda, kegiatan ini juga didukung oleh Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lamtamal) X Jayapura serta Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pariwisata Kota Jayapura.
Dalam 2 jam, terkumpul 515 kilogram sampah yang terdiri dari 269 kilogram botol plastik, 72 kilogram botol kaca, dan 174 kilogram sampah campuran (kantong kresek, bungkus minyak goreng, bungkus nasi dan kemasan makanan cepat saji).
Baca juga: Tanam Mangrove dan Transplantasi Terumbu Karang, Dukungan untuk Haruku
Banyaknya sampah plastik yang terkumpul membuktikan bahwa sampah plastik sekali pakai membutuhkan waktu lama untuk terurai. Sangat disayangkan jika indahnya alam tercemar dengan lautan sampah plastik sekali pakai.
“Kita harus meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai karena sulit hancur. Saya tekankan ke diri sendiri untuk tidak menggunakan plastik agar tidak menjadi sampah yang mencemari pantai ini. Tong bawa botol dari rumah saja,” ujar Saneraro Rumere, peserta Beach Clean up.
Editor: Leo Wahyudi & Lutfy Mairizal Putra