Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

SMA Muhammadiyah 14 Jakarta Mengenal Hutan Papua bersama Momotoa

Bagikan Tulisan
Irma Malini, perwakilan dari Sudin KPKP Jakarta Pusat, menjelaskan kepada para peserta bagaimana cara menyemai benih bayam, kangkung, dan sawi dengan media tanam rockwool. (Yayasan EcoNusa/Elia Yunita Sari)

Peran generasi muda amat diperlukan dalam melindungi hutan yang menjadi rumah bagi berbagai keanekaragaman hayati dan penopang kehidupan manusia. Hutan tak hanya menopang yang hidup berdekatan dengan hutan, namun juga orang-orang yang hidup di perkotaan yang jauh dari hutan.

Berangkat dari hal tersebut, Yayasan EcoNusa melalui EcoDefender berkolaborasi dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Pusat, Kader Hijau Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah DKI Jakarta melaksanakan “Momotoa ke Sekolah” di SMA Muhammadiyah 14 Jakarta pada 10 Juni 2022.

“Kegiatan ini sangat bagus dan saya mendukung sepenuhnya, karena itu selaras dengan ajaran agama. Mengajarkan kepada para siswa tentang pentingnya kita menjaga lingkungan,” kata Sutarmono, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 14 Jakarta.

Baca juga: Peringatan Perlu Aksi Nyata

Momotoa ke Sekolah adalah sebuah program edukasi lingkungan ke sekolah-sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. Melalui program ini, diharapkan generasi muda dapat lebih paham dan peduli lagi tentang krisis iklim. Mereka juga diharapkan untuk turut beraksi dan ambil bagian dalam menjaga alam Indonesia Timur serta menciptakan masa depan yang lebih baik bagi Bumi.

Pada kegiatan Momotoa ke Sekolah yang dilaksanakan di Jakarta ini, para siswa mendapatkan pemaparan materi mengenai ancaman krisis iklim, dampak dari krisis iklim, dan kekayaan hutan di Indonesia Timur khususnya di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. 

Hutan yang ada di Indonesia Timur adalah benteng hutan alam yang tersisa di Indonesia untuk mengatasi krisis iklim. Data Badan Pusat Statistik tahun 2020 menunjukkan bahwa luas tutupan hutan di tanah Papua adalah 34,4 juta hektare, sedang di Kepulauan Maluku adalah 5,09 juta hektare. Bila dibandingkan dengan tutupan hutan di pulau-pulau besar Indonesia lainnya, yakni Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi, Tanah Papua memiliki tutupan hutan yang paling tinggi.

Baca juga: EcoNusa Ajak Generasi Muda Papua di SAI untuk Jaga Hutan

Aktivitas manusia, terutama yang hidup di perkotaan tanpa sadar telah menimbulkan ancaman bagi alam, termasuk hutan yang ada di Indonesia Timur. Beberapa ancaman yang ditimbulkan seperti alih fungsi hutan yang mendorong ketidakseimbangan ekosistem. Hilangnya hutan juga semakin mempercepat perubahan iklim yang mengakibatkan berbagai bencana bagi manusia. Kenaikan temperatur bumi, naiknya tinggi permukaan air laut, mendorong tingginya potensi cuaca ekstrem dan bencana alam. Kondisi semacam ini mengganggu ketahanan pangan, hingga merusak perekonomian dan tatanan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, melalui Momotoa ke Sekolah, Yayasan EcoNusa bersama EcoDefender bertekad untuk mengarusutamakan isu-isu lingkungan di kalangan muda guna meningkatkan kesadaran dan kepedulian mereka demi meredam dampak perubahan iklim yang lebih parah lagi. Kegiatan ini pun disambut baik oleh para siswa SMA Muhammadiyah 14 Jakarta.

“Kegiatan ini bagus banget, karena mengajarkan kita tentang gimana caranya anak muda bisa ikut menjaga hutan. Membuka mata dan menambah wawasan kita mengenai alam di Indonesia Timur,” ucap Mukhlas Innasir, salah satu pelajar SMA Muhammadiyah 14 Jakarta.

Baca juga: Sekolah Transformasi Sosial Resmi Dibuka Bupati Sorong Selatan

Tak hanya mendapatkan pengetahuan tentang isu lingkungan, lebih dari 50 peserta yang terdiri dari kelas X dan XI juga mendapatkan materi mengenai cara menanam dengan metode hidroponik oleh Sudin KPKP Jakarta Pusat. Irma Malini, perwakilan dari Sudin KPKP Jakarta Pusat, menjelaskan kepada para peserta bagaimana cara menyemai benih bayam, kangkung, dan sawi dengan media tanam rockwool. Rockwool adalah bahan peredam suara dari serat mineral ringan sekaligus media tanam yang banyak dipakai petani hidroponik. .

 Menurut Sutarmono, memupuk kepekaan dan kepedulian generasi muda sejak dini terhadap alam menjadi hal yang penting bila kita rasakan bahwa dampak dari krisis iklim semakin nyata. Edukasi adalah salah satu kunci utama yang menentukan masa depan alam dan kehidupan manusia seperti apa yang akan tercipta nantinya. Sebagai individu, sudah sepatutnya kita tak berhenti belajar, juga berbagi hal positif untuk lingkungan sekitar. Bersama kita berupaya memastikan kondisi bumi yang lebih baik demi kesejahteraan manusia dan alam.

“Mudah-mudahan tidak hanya sekali, tetapi dapat berkelanjutan agar para siswa dapat menyalurkan minat mereka sesuai dengan keinginan mereka,” tutup Sutarmono.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved