EcoStory

Penutupan STS Morekau, Sesi Berbagi Membangun Negeri

Bagikan Tulisan
Peserta Sekolah Transformasi Sosial (STS) Make Nusa berfoto bersama guru STS dan tim Yayasan EcoNusa usai penutupan STS di Negeri Kamal, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. (Yayasan EcoNusa/Roberto Yekwam)

Sekolah Transformasi Sosial (STS) Saka Mese Nusa yang berlangsung di Negeri Morekau, Kabupaten Seram Bagian Barat yang mulai diadakan pada 8-25 Februari 2021, ditutup bulan ini. Penutupan dilakukan di Negeri Kamal, Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, pada 19-21 Mei 2022. 

“Teman-teman sudah belajar di STS tahun lalu dan sudah setahun lebih mempraktikkan ilmu yang didapat di kampung masing-masing. Penutupan ini untuk menilai apakah teman-teman sudah lulus atau belum,” kata Zamzaini, guru STS Saka Mese Nusa dari Insist (Indonesian Society for Social Transformation) saat membuka sesi evaluasi pada 19 Mei 2022.

Kegiatan penutupan ini bukan sekedar acara seremonial. Aktivitas dimulai dengan sesi evaluasi. Di sini para peserta berbagi pengalaman saat mempraktikkan ilmu yang mereka dapatkan dari STS di negeri (kampung) masing-masing. Beberapa orang bercerita tentang pengalaman mereka membuat rumah pengering di kampungnya. Sedangkan banyak peserta lain berkisah tentang pengalaman mereka menanam sayuran organik atau merawat tanaman dengan pupuk organik untuk pertama kalinya. 

Baca juga: STS Hanya Permulaan

Katong (kami) dari dulu berkebun, tapi untuk tanaman jangka panjang seperti pala. Seng (tidak) pernah bertanam sayuran,” kata Buce Somae, peserta dari Negeri Rambatu.  

Hari kedua, masing-masing peserta merefleksikan perubahan yang sudah mereka lakukan di kampung. Ada yang bisa menggerakkan para pemuda pengangguran untuk konsisten berkebun sayur organik. Ada yang menginisiasi ibu-ibu jemaat di gereja untuk membangun kebun bersama. Bahkan ada pula yang sampai bisa membuat pemerintah negeri menganggarkan dana untuk membuat rumah pengering dan mendukung pertanian organik. 

“Pulang dari STS, katong koordinasi dengan pemerintah kampung untuk minta dukungan. Dana sudah dianggarkan pemerintah, akan cair tahun ini,” ujar Mesak Pasale, salah satu peserta dari Negeri Buria. Sedangkan hari ketiga, para peserta diminta untuk membuat rencana yang akan mereka lakukan di kampung masing-masing. 

Baca juga: Peserta STS Mogatemin Berjanji Olah Potensi Udang di Kampungnya

STS di Morekau digelar tahun lalu atas inisiasi dari EcoNusa sebagai bagian dari program School of Eco Involvement (SEI). Tujuannya untuk memperkuat ketangguhan masyarakat tempatan dalam mengelola sumber daya alam. Program ini diikuti oleh 34 pemuda dari 13 kampung dan 2 organisasi. Mereka dibagi menjadi tiga kelompok belajar, yaitu kelas budi daya pertanian organik, kelas biogas, dan kelas pengering serbaguna. 

Di kelas pertanian, para peserta belajar mulai dari menyemai bibit, membuat pupuk organik dan pestisida organik dengan bahan-bahan yang tersedia di kampung, hingga rotasi tanaman agar hasil panennya optimal. Di kelas biogas, mereka belajar membangun reaktor biogas, mulai dari mengumpulkan kotoran ternak sebagai dasar hingga pemasangan instalasi kompor dan lampu. Sementara di kelas pengering, para peserta belajar mulai dari membangun fondasi rumah pengering, mendirikan rangka besi, membuat rak penjemuran hingga memasang atap polikarbonat. 

Para peserta STS juga diminta untuk membuat rencana yang akan mereka lakukan di kampung masing-masing guna membangun ketahanan kampung. Mereka diminta mempraktikkan ilmu yang mereka dapat dan menggerakkan masyarakat sekitar. Beberapa kali EcoNusa dan Dewan Guru STS datang ke kampung-kampung peserta untuk memantau perkembangan dan melakukan asistensi.   

Baca juga: Tamatan SMP Ajari Warga Buat Pupuk Organik dan Sambung Pucuk

Namun, tidak semua peserta mempraktikkan ilmu yang mereka dapat. Beberapa di antaranya berhenti karena memilih bekerja di kota. Ada pula yang berhenti karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah negeri. 

“Yang tidak aktif, tidak kami undang ke penutupan,” kata Kepala Kantor EcoNusa Kepulauan Maluku , Carmelita Mamonto. Ada 10 negeri dan 2 organisasi yang diundang ke acara penutupan, 2 negeri yang lain tidak diundang karena akses yang sulit, dan 1 negeri tidak diundang karena peserta STS tidak aktif berkegiatan.   

Acara penutupan di Kamal ini berlangsung meriah. Para peserta tak sungkan-sungkan untuk membagikan pengalaman, kritikan, dan masukan kepada peserta lain. Mereka sama-sama ingin membuat perubahan positif di kampung masing-masing. “Ke depan yang menjadi target kita adalah ketangguhan pangan negeri bisa terjawab,” kata Salmon Salenussa, peserta dari Negeri Morekau yang ditunjuk menjadi kepala sekolah STS Saka Mese Nusa.

Editor: Leo Wahyudi, Carmelita Mamonto, Lutfy Putra

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved