Pesona dan keindahan Kaimana di Papua Barat menjadi impian para pelancong. Salah satunya adalah kampung wisata Namatota selain objek-objek wisata menarik lainnya. Agar lebih menambah daya tarik, EcoNusa bersama masyarakat di Kampung Namatota membangun enam tempat santai berbentuk honai, tiga ayunan di sekitar pantai, dan menara pandang sebagai tempat untuk menyaksikan matahari terbit di bukit sekitar pantai.
Pembangunan tempat santai berbentuk honai tersebut merupakan salah satu langkah awal dari EcoNusa yang berkolaborasi dengan pemerintah bersama masyarakat Kampung Namatota untuk meningkatkan fasilitas penunjang pariwisata. Hal ini selaras dengan visi dan misi Bupati Kaimana Freddy Thie untuk mempromosikan Kabupaten Kaimana melalui wisata Kampung Namatota.
Melihat potensi wisata tersebut, Bupati Freddy berkomitmen untuk mendukung pendanaan dengan mengalokasikan sekitar Rp200 juta. Dana ini akan digunakan untuk membangun fasilitas umum seperti toilet umum, papan informasi, papan penunjuk arah, dan perbaikan fasilitas penginapan (guest house).
Baca Juga: Kenari, Pohon Pelindung yang Menjadi Sumber Penghidupan
Rencananya masyarakat kampung bersama EcoNusa akan membangun 10 honai. Namun, yang sudah berhasil dibangun baru 6 unit. “Kami baru menyelesaikan 6 buah honai dan akan melanjutkan 4 honai yang tersisa sebelum pemerintah menguji coba paket wisata pada Oktober tahun ini,” kata Alosius Numberi, Kepala Kantor EcoNusa di Kaimana.
Pengembangan potensi wisata di Namatota ini disambut baik oleh masyarakat. Menurut salah satu warga yang turut membangun honai, Arif Sirfefa atau biasa dipanggil Mas Papua, ini merupakan pengalaman pertamanya membangun honai. Arif melihat upaya EcoNusa untuk membantu Kampung Namatota menjadi kampung wisata terbaik.
”Dari situ saya melakukan apa pun yang belum pernah saya lakukan demi membangun kampung. Saya merasa lega ketika kampung terlihat indah,” kata Arif yang bertanggung jawab untuk mengerjakan 3 unit honai.
Menanggapi hal tersebut, Dahlan Samai, seorang tukang bangunan, mengatakan bahwa membuat bangunan dan memasang daun seng lebih mudah daripada mengerjakan honai. Pembuatan honai di Kampung Namatota ini juga menjadi pengalaman pertama Dahlan. “Kami biasanya hanya melihat honai, namun saat ini EcoNusa mengajak kami untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan sisa honai yang akan dikerjakan,” kata Dahlan
Baca Juga: Cerita Pala Bagian 2: Hasil Sasi Adat dan Pohon Uang di Kaimana
Sementara itu, Harmoko Mandefa yang menjadi penanggung jawab untuk menjaga menara pandang tempat melihat matahari terbit mengaku sudah sering membuat honai. Harmoko sangat mendukung upaya EcoNusa di Kampung Namatota. Dia tampak bersemangat dan sangat senang melihat adanya perubahan yang terjadi di Kampung Namatota, terutama menara pandang matahari terbit.
“Menurut saya, ini sangat membantu meningkatkan pendapatan bagi kami di kampung. Contohnya jika orang-orang dari kota datang dan ingin berfoto-foto dari puncak, bisa membayar retribusi,” kata Harmoko.
Inisiatif ini membuat masyarakat makin aktif dalam menata kampungnya. Mereka juga melakukan edukasi lingkungan dengan membersihkan pesisir pantai dari sampah-sampah. Anak-anak sekolah juga diajak untuk menjaga laut dan ekosistemnya dengan tidak merusak terumbu karang yang berada di sekitar jembatan, tidak memancing di sekitar jembatan, dan tidak membuang sampah ke laut.
Baca Juga: Perahu Tradisional dan Motif Pelayaran Suku Biak
Selain itu, pemerintah daerah saat ini juga sedang mengerjakan Base Transceiver Station (BTS) atau Tower Penguat Sinyal daya yang dapat menghubungkan jaringan sebuah operator telekomunikasi seluler dengan pelanggannya. Proses pemasangan itu juga dilakukan di Kampung Namatota.
“Penguatan jaringan telekomunikasi ini menjadi penting agar wisata Kampung Namatota dapat mempromosikan potensi wisata yang beraneka ragam dengan panorama alam dan laut alami yang sangat indah,” kata Alosius sambil berharap agar pembangunan pariwisata dilakukan secara berkelanjutan.
Editor: Leo Wahyudi