Search
Close this search box.
EcoStory

Membentuk Generasi Umat yang Cinta Alam di Tanah Papua, Guru Sekolah Minggu Ikuti Pelatihan Perlindungan Hutan

Bagikan Tulisan
Pelaksanaan Lokakarya dan Pelatihan Guru Sekolah Minggu untuk Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam di Tanah Papua. (Foto: Yayasan EcoNusa/Jeane M.)

Tanah Papua adalah tanah kaya yang dianugerahi Tuhan dengan kekayaan alam yang berlimpah. Ini merupakan aset dan potensi yang harus dijaga dengan pemanfaatan yang bijak dan berkelanjutan. Sayangnya, kondisi alam di bumi cenderawasih mengalami degradasi akibat eksploitasi sumber daya alam yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan alam Tanah Papua adalah dengan membentuk generasi manusia yang peduli dan sadar akan pentingnya melindungi alam yang menjadi penopang kehidupan, dan peran umat beragama dapat menjadi salah satu kanal pendidikan lingkungan.

“Anak-anak sekolah minggu adalah generasi mendatang. Penting bagi kita membekali mereka tentang hal apa saja terkait pemberitaan firman, termasuk tentang pentingnya menjaga lingkungan, menjaga alam di Tanah Papua ini,” kata Pendeta Ronal Tapilatu (18/9). Kesadaran inilah yang membuahkan inisiatif Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) wilayah Papua menyelenggarakan Lokakarya dan Pelatihan Guru Sekolah Minggu untuk Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Papua yang dilaksanakan pada 17-21 September 2023. Kegiatan yang didukung Yayasan EcoNusa ini menghadirkan 20 peserta dari berbagai lokasi di Tanah Papua.

Baca juga: Cerita dan Inisiatif Baik dari Tanah Papua Tersiar di New York Climate Week 2023

Agama memiliki peranan penting dalam mengatur sendi-sendi kehidupan manusia, dan memberikan petunjuk menuju kebaikan bersama, termasuk alam. Pengenalan terhadap pemahaman tentang pentingnya menjaga alam sebagai salah satu bentuk ketaatan kepada Tuhan merupakan salah satu hal mendasar yang penting untuk dipahami sedari dini.

Pendeta Ronal menjelaskan bahwa guru sekolah minggu menjadi garda terdepan dan memainkan peran vital dalam membina kerohanian anak dan remaja kristiani, termasuk salah satunya dengan menjalani kehidupan yang peduli dan mau melindungi hutan dan alam di Tanah Papua. Oleh karena itu, menggunakan penguatan kapasitas bagi para pengajar Sekolah Minggu dipilih sebagai pendekatan paling tepat dalam mewujudkan hal ini. “Upaya merawat dan menjaga hutan itu harus dipahami oleh guru-guru Sekolah Minggu dengan baik, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana mereka memaknai itu sebagai amanah dan perintah Tuhan, dan mereka harus meneruskan dengan baik kepada anak-anak murid Sekolah Minggu,” jelas Pendeta Ronal.

Baca juga: Catatan Perjalanan: Kekompakan Suku Ireres Melindungi Wilayah Adat

Tak hanya dibekali berbagai muatan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan pentingnya melindungi hutan dan alam, peserta juga dilibatkan dalam menyusun rencana kerja, rencana aksi, dan silabus sekolah minggu secara kolaboratif yang akan digunakan dalam menebarkan pesan-pesan cinta lingkungan dalam setiap kegiatan Sekolah Minggu di gerejanya masing-masing.

Cicilia Novalia Jambuani, salah satu peserta lokakarya ini bercerita bahwa ini merupakan pertama kalinya para guru Sekolah Minggu mendapatkan pelatihan tentang pentingnya menyisipkan pengetahuan dan muatan cinta lingkungan dalam pelaksanaan Sekolah Minggu. “Biasanya kita mendapatkan pelatihan tentang rohani ataupun teknik mengajar, ini pertama kalinya kami mendapat pelatihan tentang topik peduli lingkungan,” kata Cicilia.

Baca juga: Kemah Pemuda Manokwari: Membangun Jejaring Anak Muda yang Peduli Lingkungan

Cicilia juga berpendapat bahwa memasukkan topik peduli pada lingkungan dan pelestarian alam sangat penting, dan menjadi bagian dari kehidupan beragama dan menjalankan firman Tuhan. Dia menjelaskan bahwa manusia hidup sangat bergantung dengan alam sehingga memupuk kepedulian dan rasa cinta lingkungan merupakan suatu keharusan agar dapat mewujudkan kehidupan yang berkelanjutan hingga masa depan, khususnya di Tanah Papua. “Apa yang kita lakukan, biarpun kecil tapi sebenarnya dia pasti punya dampak. Sa percaya kalau setiap aksi itu menyebar,” tutup Cicilia.

Data Ditjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri tahun 2021 menunjukkan bahwa sebanyak 69,56 persen penduduk di Tanah Papua beragama Kristen. Hal ini memperlihatkan bahwa langkah yang diambil PGI Wilayah Papua memasukkan nilai-nilai cinta alam dalam kurikulum sekolah minggu dapat menjadi salah satu langkah efektif dan strategis dalam hal edukasi lingkungan, guna menumbuhkan rasa cinta alam dan kepedulian anak-anak di bumi cenderawasih untuk menjaga “surga” di bumi ini.

Editor: Swinny Adestika

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved