Search
Close this search box.
EcoStory

Membawa Isu Laut ke Kampus

Bagikan Tulisan
Yayasan EcoNusa dan Pandu Laut Nusantara menyelenggarakan Sail to Campus (STC). STC membawa berbagai isu kelautan dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan berkeadilan ke dalam civitas academica. (Yayasan EcoNusa/Yuda Rahmat Afandi)

Tak bisa dipungkiri Indonesia memiliki kekayaan dan keindahan laut yang luar biasa. Negeri yang berada di dalam segitiga terumbu karang ini dikenal sebagai negara penghasil ikan terbesar kedua di dunia. Ribuan spesies biota laut terhampar di wilayah perairan Indonesia. Namun kini kondisi tersebut makin terancam kelangsungannya. Ada banyak masalah yang melingkupi, seperti polusi sampah plastik sekali pakai.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Yayasan EcoNusa dan Pandu Laut Nusantara menyelenggarakan Sail to Campus (STC) sebagai sarana kampanye kelautan bagi kaum muda. STC membawa berbagai isu kelautan dan pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan dan berkeadilan ke dalam komunitas kampus.

Tujuannya untuk membangun gerakan nyata untuk bersama-sama mengurai persoalan laut dan masyarakat yang bergantung padanya. Kaum muda, terutama mahasiswa, adalah agen perubahan yang dapat menjadi mitra dalam dalam menjaga kelestarian laut Indonesia. Melalui gerakan ini, diharapkan tercipta kantung-kantung gerakan kaum muda dalam melakukan aksi nyata.

STC akan menyasar lima universitas di Indonesia,yaitu Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Gadjah Mada, Universitas Pattimura dan Universitas Indonesia. Kali ini Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur, dijadikan lokasi pertama berlabuhnya jangkar STC pada 13 November 2019. Diskusi publik bertajuk “Melihat Laut 2019-2024: Lebih Konservasi atau Eksploitasi” menghadirkan sejumlah pemantik diskusi, antara lain Koordinator Staf Khusus Satuan Tugas Nasional Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal Mas Achmad Santosa, Ketua Pusat Studi Pesisir dan Kelautan UB Andi Kurniawan, Ocean Program Manager Yayasan EcoNusa Wiro Wirandi, dan musisi Kaka Slank. 

“Jangan sampai mahasiswa atau anak muda Indonesia tidak tahu bahwa anugrah terbesar yang diberikan oleh Tuhan pada bangsa Indonesia adalah laut,” ujar Andi Kurniawan. 

Diskusi publik mendapat sambutan hangat dari para mahasiswa. Antusiasme kaum muda itu terlihat dari ratusan mahasiswa yang mengikuti jalannya diskusi publik yang berlangsung selama tiga jam. Tercatat sekitar 454 mahasiswa dari Fakultas Kelautan dan Perikanan hadir memenuhi UB TV Hall. Selain itu, sekitar 120 mahasiswa dari berbagai kampus di sekitar UB bergabung menjadi relawan Pandu Laut Nusantara.

Jumlah tersebut menandakan kaum muda memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kekayaan dan kelestarian laut Indonesia. Ada optimisme bahwa kepedulian kaum muda ini akan bertambah besar. Apalagi Indonesia akan memanen bonus demografi penduduk pada 2045 dimana hampir 70 persen penduduk berusai 20-35 tahun. Inilah usia produktif untuk membangkitkan gerakan nyata demi laut Indonesia.

Selain diskusi publik, STC Yayasan EcoNusa dan UB mengumumkan komitmen bersama terkait pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Kesepakatan komitmen ini tentu saja menjadi pemantik optimisme sambal  mengajak mahasiswa dan kaum muda pelajar di Malang untuk menyelamatkan laut Indonesia. Apalagi Indonesia tercatat sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Editor: Leo Wahyudi S.

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved