Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Masih Berevolusi, Hiu Berjalan Perlu Dilindungi

Bagikan Tulisan
Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti). Sumber: Oceansociety/ Jim Capaldi

Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tentang Hiu Berjalan perlu menjadi perhatian serius pemerintah. LIPI bersama sejumlah lembaga menemukan bahwa Hiu Berjalan masih dapat melakukan proses evolusi. Dengan temuan tersebut, pemerintah perlu bertindak cepat untuk melindungi hewan unik dan langka, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.

Dalam publikasi berjudul Walking, Swimming, or Hitching A Ride? Phylogenetics and Biogeography of Walking Shark Genus Hemiscyllium di jurnal Marine and Freshwater Researchpada 21 Januari 2020, para peneliti mendapati Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti) dan Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium Halmahera) masih dalam proses diferensiasi. Sayangnya, hasil evolusi tak dapat kita lihat mengingat lamanya waktu yang diperlukan.

Temuan tersebut menggunakan pendekatan filogeni molekuler. Peneliti dapat memperkirakan kapan terjadinya evolusi serta proses yang mengarah pada pembentukan spesies baru.  Hiu Berjalan diperkirakan berevolusi sekitar 9 juta tahun lalu. Ini menjadikan Hiu Berjalan menjadi spesies hiu terakhir yang berevolusi, sebab sebagain besar hiu berevolusi pada 200 juta tahun lalu.

“Kami menemukan perubahan permukaan laut, formasi terumbu karang baru, dan daratan memainkan peran,” kata Christine Dudgeom, peneliti dari University of Queensland yang menjadi peneliti utama, seperti dikutip dari Kompas.id

Hingga saat ini hanya ada sembilan Hiu Berjalan di dunia. Lima diantaranya berada di Indoensia, hanya empat spesies Hiu Berjalan yang endemik. Selain itu, Hiu Berjalan dari Kepulauan Raja Ampat ditemukan lebih dulu. Dia dideskripsikan pada 1824. Kemudian, Hiu Berjalan Teluk Cendrawasih (Hemiscyllium Gelei) dan Hiu Berjalan Kaimana (Hemiscyllium henryi) dideskripsikan pada 2008. Terakhir, Hiu Berjalan Halmahera dideskripsikan pada 2013. Satu spesies lain, Hemiscyllium trispeculare ditemukan di Pulau Aru dan Benua Australia bagian barat.

Hiu Berjalan tak seperti hiu pada umumnya. Hiu, yang menjadi predator teratas, pada umumya memiliki tubuh yang besar. Hiu Berjalan bertubuh kecil dengan panjang tak lebih dari 1 meter. Hiu Berjalan Halmahera misalnya, panjang tubuhnya hanya 70 cm. Kemampuan uniknya, ikan tersebut menggunakan siripnya untuk berjalan.

Sayangnya hewan unik ini rentan mendapat ancaman. Mereka mudah ditemukan saat seseorang menyelam dangkal (snorkling) atau menaiki perahu di perairan dangkal. Potensi penangkapan berlebih juga tak dapat diabaikan. Ancaman lainnya datang dari polusi sampah plastik, limbah industri, dan pembangunan yang tak mengindahkan kaidah lingkungan.

Pemerintah Indonesia menerapkan perlindungan pada beberapa spesies hiu. Dari 117 jenis hiu di Indonesia, baru 8 jenis hiu yang dilindungi; Hius Paus (Rhincodon typus), 3 spesies Hiu Martil (S. lewiniS. mokarran, dan S. zygaena), Hiu Koboi (Carcharhinus longimanus), Hiu Lanjaman (Carcharhinus falciformis), dan 2 spesies Hiu Tikus (A. pelagicus dan A. superciliosus).

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan oleh pemerintah dengan menggandeng berbagai pemangku kepentingan. Salah satu riset yang dapat dilakukan, misalnya, mengetahui populasi dan sebaran Hiu Berjalan, hingga memperbarui statusnya dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Dalam situs IUCN, tak ada data tren populasi Hiu Berjalan Kaimana karena kekurangan data.

Ocean Program Manager Yayasan EcoNusa, Wiro Wirandi mengimbau kepada pemerintah untuk segera mengambil berbagai langkah untuk melindungi Hiu Berjalan. Menurut Wiro, Hiu Berjalan mendapat ancaman dari kegiatan penangkapan berlebih dan penangkapan ilegal. Tanpa perhatian yang cukup, hanya menunggu waktu hingga hiu berjalan dinyatakan sebagai hewan langka. “Kementerian Kelautan dan Perikanan telah berdiskusi dengan sejumlah pihak terkait konservasi Hiu Berjalan. Langkah konkret sangat diperlukan untuk melindungi Hiu Berjalan,” ujar Wiro.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved