EcoStory

Konsolidasi Pengembangan Usaha Berbasis Masyarakat Lokal di Kawasan Timur Indonesia

Bagikan Tulisan

Awal Maret menjadi momentum penting bagi berbagai koperasi dan usaha berbasis komunitas di Kawasan Timur Indonesia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Dalam dua hari, EcoNusa menggelar Konsolidasi Pengembangan Usaha Berbasis Masyarakat Lokal, mempertemukan para pelaku usaha dari sektor agroforestri, perikanan, dan ekowisata di Kota Sorong, Papua Barat Daya. Ini bukan sekadar pertemuan formal, melainkan ajang bertukar pengalaman, merancang strategi, dan mempererat jejaring demi masa depan ekonomi komunitas yang lebih berkelanjutan.

Lokakarya ini dihadiri oleh 17 lembaga usaha berupa koperasi dan asosiasi dari wilayah Maluku & Tanah Papua. Dalam kegiatan tersebut, semua lembaga usaha berbagi pengalaman serta strategi mereka dalam mengembangkan usaha berbasis komunitas. Salah satunya adalah Koperasi Agro Sejahtera, yang sejak 2010 berkembang dari kelompok tani kecil menjadi koperasi yang kini mengelola kakao dan nilam. Dengan dukungan EcoNusa sebesar Rp235 juta, koperasi ini telah memiliki gudang pengolahan kakao dan alat penyulingan nilam, membuka jalan bagi petani lokal untuk mendapatkan harga jual yang lebih baik. 

Koperasi Agro Sejahtera bergerak di bidang usaha agribisnis dan saat ini memiliki 125 petani dampingan. Koperasi tersebut memiliki tiga kegiatan utama yaitu pembibitan kakao, produksi biji kakao fermentasi, dan produksi minyak atsiri dari nilam. Pendampingan dilakukan agar para petani memiliki kemampuan untuk meningkatkan produktivitas pohon kakao dengan target panen 2 ton per hektare. Selain kakao, koperasi Agro Sejahtera juga memiliki kebun inti untuk penanaman nilam dan merencanakan untuk memperluas kebun hingga 10-20 hektare. “Kami menginginkan koperasi dapat berperan sebagai mitra petani dan juga memiliki kapasitas untuk menjangkau market. Sehingga terintegrasi proses dari hulu hingga hilir dan mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan pengelolaan sistem perkebunan agroforestry,” kata Pabeangi P Ladjo, perwakilan Koperasi Argo Sejahtera.

Baca Juga: Kopra Kaimana Didistribusikan ke Pasar Nasional

Di sisi lain, Asosiasi Homestay Raja Ampat, yang berdiri sejak 2012, terus mengembangkan pariwisata berbasis komunitas. Mengelola lebih dari 117 homestay di Pulau Waigeo dan Pulau Batanta, mereka berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. “Homestay yang kami bangun menggunakan bahan dari alam dan dikelola langsung oleh keluarga, sehingga hasilnya dapat langsung dinikmati oleh masyarakat setempat,” ujar Kristian Sauyai, Ketua Asosiasi Homestay Raja Ampat.

Dengan keindahan alam yang luar biasa, Raja Ampat menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai belahan dunia. Oleh karena itu, peningkatan layanan, pelatihan pengelolaan homestay, dan diversifikasi atraksi wisata menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing mereka.

Tak kalah penting, Badan Pengembangan Ekonomi Gereja Protestan di Indonesia (BPE GPI) juga hadir dengan pengalaman mereka dalam mendampingi jemaat untuk mengolah komoditas yang ada di sekitar, yakni kacang mete, vanili, hasil laut, juga membangun usaha ayam petelur. Lebih dari sekadar meningkatkan hasil panen, mereka telah membantu masyarakat mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi. “Kami sebagai pendeta tidak hanya bertanggung jawab diatas mimbar dalam gereja, tetapi kami membawa mimbar-mimbar gereja itu keluar dan lebih dekat dengan masyarakat. Membantu masyarakat dan bersama jemaat mencari solusi untuk masalah-masalah yang dihadapi terutama terkait kemandirian ekonomi,” ujar Pdt. Johan Andreas Herlawan, Direktur  BPE GPI.

Sepanjang sesi konsolidasi, koperasi-koperasi dan kelompok ekonomi lainya mulai memetakan kebutuhan dan mencari solusi untuk mengembangkan usaha mereka ke tingkat berikutnya. Koperasi Saloi Rempah Binaya, misalnya, memiliki ambisi besar dalam produksi cengkeh dan kakao, tetapi tantangan finansial dan akses pasar masih menjadi kendala utama. Mereka memerlukan modal yang cukup besar untuk mendukung proses pembelian dan pengolahan hasil panen. 

Baca Juga: KOBUMI dan Bulog Bersinergi untuk Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani di Maluku

Sementara itu, BPE GPI juga ingin meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas jaringan distribusi kacang mete mereka agar lebih kompetitif di pasar nasional maupun internasional. Di sektor ekowisata, Asosiasi Homestay dan Kampung Ekowisata mengusulkan pembangunan homestay baru serta peningkatan fasilitas. Dengan memberdayakan masyarakat dalam mengelola homestay serta memperkaya atraksi wisata berbasis budaya dan alam, mereka berharap ekowisata di kawasan ini bisa menjadi lebih inklusif dan menguntungkan bagi penduduk setempat. 

Selain membahas strategi bisnis, pertemuan ini juga menjadi ajang untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan utama yang mendukung pertumbuhan usaha komunitas. Mulai dari bantuan peralatan produksi, akses pasar yang lebih luas, hingga pelatihan bagi pelaku usaha agar semakin cakap dalam mengelola bisnisnya. Pemetaan ini menjadi pondasi penting dalam menyusun strategi pengembangan jangka panjang yang lebih sistematis dan berkelanjutan.

Dalam kesempatan ini, CEO EcoNusa, Bustar Maitar, juga memberikan arahan strategis untuk memastikan keberlanjutan usaha berbasis komunitas. Ia menekankan pentingnya menetapkan target yang harus dicapai dalam jangka waktu satu tahun guna memastikan kelancaran pasokan komoditas. Untuk sektor pariwisata, ia menyarankan agar homestay menambah tipe-tipe kamar agar dapat memenuhi kebutuhan wisatawan yang lebih beragam. Selain itu, alat diving dan atraksi wisata baru juga perlu ditambahkan guna meningkatkan pengalaman tamu.

Baca Juga: Catatan Perjalanan: Ayam Petelur dan Sayuran Organik untuk Peningkatan Gizi dan Ekonomi Masyarakat 

Bustar juga menyoroti pentingnya monitoring dan evaluasi homestay secara berkala untuk memastikan kualitas layanan tetap terjaga. Dari sisi pertanian dan perkebunan, ia menyarankan agar koperasi belajar fermentasi dari koperasi Agro di Sulawesi Tengah guna meningkatkan kualitas dan nilai jual produk. Selain itu, koperasi dan pelaku usaha di wilayah ini didorong untuk memiliki lebih banyak produk serta meningkatkan pemahaman mereka tentang manajemen keuangan.

“Saling mendukung di wilayah Tanah Papua dan Maluku adalah kunci keberlanjutan usaha. Kita harus menyusun rencana konkret mengenai kebutuhan yang akan diberikan agar bisnis dapat berkembang dengan baik,” ungkapnya.

Dengan berakhirnya kegiatan ini, para peserta membawa pulang berbagai gagasan baru, jejaring yang lebih kuat, serta langkah-langkah konkret untuk mewujudkan visi mereka. Terlebih, konsolidasi ini tidak hanya dihadiri oleh koperasi dan kelompok ekonomi yang telah berjalan, tetapi juga melibatkan beberapa kelompok dan koperasi baru sebagai proses pembelajaran langsung. Sangat jarang ada pertemuan antar pelaku usaha di wilayah timur indonesia untuk saling belajar praktik baik serta berbagi pembelajaran juga tantangan. Untuk itu, acara ini menjadi momentum untuk para pelaku usaha di wilayah timur indonesia saling bersinergi dan kedepan dapat menciptakan ekosistem usaha yang berkelanjutan dan berbasis komunitas lokal. 

Konsolidasi ini menjadi bukti bahwa kerja sama antara koperasi, pemerintah, dan organisasi seperti EcoNusa dapat membuka peluang baru bagi masyarakat untuk tumbuh dan berkembang. Dengan komitmen yang kuat dan dukungan yang tepat, ekonomi berbasis komunitas di Maluku dan Papua diharapkan dapat terus bertumbuh, memberikan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat, dan menjadi contoh nyata bagaimana pengelolaan sumber daya lokal dapat membawa perubahan besar.

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved