Search
Close this search box.
EcoStory

Kewang Muda Maluku Mencetak Generasi Penerus Bumi

Bagikan Tulisan
Peserta Kewang Muda Maluku berfoto bersama para narasumber.

Persoalan lingkungan merupakan masalah yang timbul dari manusia sendiri. Karena itu penanggulangannya ditentukan oleh perilaku hidup manusia yang ramah lingkungan. Salah satu upaya yang segera dilakukan adalah dengan proses pendidikan baik secara formal maupun informal.

“Salah satu pendidikan informal adalah Sekolah Kewang Muda Maluku yang diharapkan dapat menciptakan manusia yang memiliki kepedulian dan ramah terhadap lingkungan,” kata Roy C Siauta, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku dalam sambutan tertulisnya pada acara pembukaan acara Kewang Muda Maluku 2022 pada 27 Mei 2022 di Kampung Laga, Pulau Gunung Api, Kepulauan Banda.

Menurut Roy, pendidikan Kewang Muda ini akan melahirkan generasi muda yang menjadi pewaris bumi dengan kesadarannya untuk mencintai lingkungan. “Yayasan EcoNusa dan pihak-pihak terkait telah membantu tugas dan tanggung jawab kami selaku pemerintah daerah dalam melakukan pembinaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,” lanjutnya. 

Baca juga: Menyerap Spirit Kewang untuk Maluku Berkelanjutan

Berkolaborasi dengan EcoNusa, Moluccas Coastal Care (MCC) menggelar Kewang Muda Maluku 2022 sebagai bagian dari Kemah Pemuda yang akan diadakan di Sorong, Manokwari dan Jayapura. Kewang Muda Maluku diadakan pada 27-29 Mei 2022 yang diikuti oleh 20 pemuda-pemudi yang berasal dari Kota Ambon, Kepulauan Banda, Maluku Barat Daya, Tual dan Dobo. Mereka terpilih dari puluhan pendaftar dari seluruh Maluku. 

Program Kemah Pemuda mengutamakan pendekatan diplomasi lingkungan yang menegosiasikan kepentingan para pihak dengan menekankan pentingnya proteksi dan penyelamatan ekologi. Dalam konteks lingkungan dan adat di Maluku, Kewang Muda dilaksanakan untuk membangkitkan kembali spiritualitas menjadi seorang kewang yakni orang terpanggil untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. 

Acara ini menghadirkan Georgia Manuhuwa Beta dari Bank Sampah, Mika Ganobal sebagai aktifis lingkungan, James Abrahamz, Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FPIK) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, dan Tim Kelle Project sebagai pakar media komunikasi. Para fasilitator memberikan pemahaman ekologi kepada peserta sesuai dengan pengalaman dan keahliannya. 

Baca juga: Sampah, Perhatian Utama Kewang Muda Maluku

Salah satu Kewang di Maluku, Eliza Kissya yang akrab disapa Opa Eli, dari Negeri Haruku turut berbagi pengalaman tentang spiritualitas Kewang Muda. “Momen yang ditunggu datang lagi, karena akan lahir kewang-kewang muda yang akan meneruskan cita-cita Opa Eli,” katanya. 

Opa Eli mengajari tentang asal usul kewang yang berasal dari sebutan para leluhur tentang hutan atau ewang dan juga peran pemuda adat dalam pelestarian kebudayaan dan sumber daya kelautan dan perikanan dengan kearifan lokal. 

“Kami yakin ke-20 anak muda dari 5 kabupaten/kota ini dapat menjadi motor penggerak untuk menyuarakan isu-isu lingkungan setelah mereka selesai mengikuti kegiatan Kewang Muda,” kata Teria Salhuteru, Direktur MCC. 

Baca juga: Papua, Maluku, Torang Bisa, Barang Apa Jadi

Menurut Teria, Kewang Muda Maluku tahun ini spesial karena didukung oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku yang mengawal pergerakan teman-teman muda. “Dinas Lingkungan Hidup Provinsi harus punya yang namanya Kewang Muda Maluku, yang menjadi penggerak penyelamatan lingkungan di Maluku,” tegas Teria.

Selain pengetahuan, para peserta mendapatkan pembekalan dasar ilmu komunikasi, termasuk penggunaan telepon pintar untuk merekam hasil observasi. Peserta dibagi dalam tiga kelompok untuk mengobservasi beberapa titik di Banda, seperti perkebunan kayu manis dan hutan kenari di Gunung Api, Bank Sampah di Banda Neira, dan Hutan Kele di Lonthoir. Peserta sebagai kewang muda diharapkan dapat menggunakan perangkat audio visual untuk memberikan informasi tentang lingkungan yang mereka dapatkan.

Setelah acara berakhir, para peserta sudah menyusun rencana aksi untuk melakukan aksi nyata di daerah mereka masing-masing. Mereka dapat memulai dengan aksi-aksi kecil namun dilakukan dengan konsisten dan serempak di setiap pulau sehingga akan berdampak bagi lingkungan. Para peserta juga berkeliling Banda untuk berwisata dan belajar sejarah, seperti Pulau Sjahrir, benteng-benteng peninggalan Belanda. Mereka juga belajar tentang budaya di Neira dan Lonthoir. Seluruh peserta Kewang Muda Maluku telah berkomitmen untuk menjaga lingkungan di daerah masing-masing.

Editor: Lutfy Putra

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved