Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

EcoNusa Dorong Masyarakat Halmahera Selatan Cegah Covid-19

Bagikan Tulisan
Tim medis EcoNusa memeriksa warga di kampung pesisir Maluku Utara (Dok. EcoNusa/Kei Miyamoto)

Pandemi Covid-19 sudah menginjak bulan kesebelas sejak pertama kali mewabah di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Data resmi dari pemerintahan Indonesia melalui laman covid19.go.id menunjukkan per 30 Oktober 2020, terdapat 404.048 orang yang positif terjangkit Covid-19 dan 13.701 jiwa diantaranya meninggal dunia. Angka statistik menunjukkan risiko paparan wabah Covid-19 lebih tinggi terjadi di kota-kota besar dengan penduduk yang padat seperti Jakarta. Namun tak lantas membuat wilayah-wilayah terpencil seperti desa-desa di sekitar Halmahera Selatan, Maluku Utara, luput dari risiko penyebaran wabah ini.

Menurut peta zonasi risiko yang dimuat covid19.go.id, wilayah Halmahera Selatan teridentifikasi sebagai zona kuning, yang berarti wilayah dengan risiko rendah. Wilayah ini memang tampak terpencil, namun tetap memiliki risiko akibat aktivitas mobilitas orang, baik dari dalam maupun luar wilayah Maluku Utara ke desa-desa atau pulau-pulau di dalamnya.

Berangkat dari kondisi tersebut, Tim Ekspedisi Maluku EcoNusa mengunjungi beberapa desa di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, untuk memberikan sosialisasi pencegahan Covid-19 dan berbagi alat dukungan kesehatan berupa masker kain, baju hazmat, face shield, dan perangkat rapid-test. Tim juga melakukan pemeriksaan kesehatan gratis di setiap desa yang disinggahi, di antaranya adalah Gane Dalam, Sali Kecil, Samo, Posi-posi, Gumira, Kajoa, Makian, dan Tidore.

Tim medis juga memberikan pengetahuan seputar Covid-19: termasuk cara pencegahannya, apa yang harus dilakukan bila ada yang dinyatakan terinfeksi penyakit ini, cara menggunakan dan mencuci masker yang benar, hingga cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Berdasarkan pemantauan, tampaknya masyarakat telah menyadari dan mengetahui betul tentang keberadaan wabah virus Covid-19. Hanya saja, mereka belum sepenuhnya menerapkan protokol kesehatan. Hal itu disebabkan oleh ikatan persaudaraan antarwarga yang sangat erat sehingga protokol kesehatan sulit dilakukan secara disiplin. Selain itu, kebanyakan warga juga masih merasa bahwa desanya aman dari Covid-19 karena belum ada kasus positif yang terjadi. 

Baca juga: Ekspedisi Maluku EcoNusa: Misi Solidaritas untuk Kepulauan Maluku

Protokol kesehatan yang tak diterapkan dengan disiplin amat terlihat saat kami tiba di salah satu perhentian, Desa Gane Dalam. Tim disambut dengan tari Cakalele dan Ronggenglala oleh masyarakat. Saat menyambut kami, warga tidak menggunakan masker maupun menjaga jarak. Hal ini juga terjadi di beberapa desa lainnya seperti Sali Kecil, Samo, Posi-posi, dan Gumira.

“Kalau tong semua di sini tra pakai masker, hari-hari juga tarada kasih pakai masker. Karena tong di sini aman. Tapi kalau tong mau pergi ke Ternate, itu harus pakai masker. Kalau tidak dong kasi tong tilang itu di Pelabuhan atau dong suruh kami pulang,” ucap Nurbaya, 44, saat berbincang di tengah Festival Kampong Pesisir Desa Gumira.*

Dari kelima desa yang sudah kami singgahi tersebut, ada satu desa yang kami pikir memiliki risiko terpapar Covid-19 paling tinggi, yaitu Desa Sali Kecil yang terletak di Kecamatan Bacan Timur, Kabupaten Halmahera Selatan.

Desa Sali Kecil, merupakan salah satu pulau kecil yang paling banyak dikunjungi, baik oleh orang-orang dari dalam maupun luar Halmahera Selatan. Keberadaan makam keramat di belakang pulau Sali Kecil menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung dan berziarah ke pulau ini. Kabarnya, makam tersebut adalah makam moyang generasi kedua yang menjadi asal-usul terbentuknya kampung tersebut. Selain itu, ada pula resort milik warga negara asing yang cukup banyak mendatangkan turis asing memasuki Sali Kecil. Tingginya kunjungan pendatang ke pulau ini berpotensi meningkatnya risiko paparan virus Covid-19. Apalagi, penerapan protokol pencegahan Covid-19 di pulau ini masih minim.

Hingga saat ini belum ada kasus Covid-19 di desa-desa yang kami kunjungi. Namun desa-desa dapat dikategorikan rentan penularan karena adanya kapal penumpang yang setiap hari singgah di setiap desa. Selain itu, masyarakat kerap pergi ke kota Ternate atau Bacan. Hal ini menambah risiko paparan Covid-19.

Lain halnya dengan Desa Gumira. Ini adalah salah satu desa yang paling disiplin menerapkan protokol kesehatan sepanjang perjalanan Ekspedisi Maluku EcoNusa. Hal ini tercermin dari perayaan Festival Kampong Pesisir, yang mewajibkan kami sebagai tamu mencuci tangan sebelum memasuki area festival. Saat kami datang, semua warga menggunakan masker kain. Selama kegiatan, satu sama lain juga saling mengingatkan untuk menjaga jarak. Padahal saat menjalankan aktivitas harian mereka tidak mengenakan masker. Tapi saat menerima tamu dan mengadakan perayaan dengan jumlah peserta yang banyak, mereka sadar untuk lebih disiplin dan saling menjaga agar desa tetap terbebas dari wabah.

Pandemi Covid-19 memberikan dampak perekonomian yang luar biasa bagi masyarakat di desa-desa kecil Halmahera Selatan. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidup pada sektor wisata dan komoditas hasil bumi kini tak berpenghasilan cukup. 

Ibrahim Nasir, salah satu orang dari masyarakat desa Sali Kecil, mengatakan beberapa masyarakat Sali yang bekerja di resort dipotong gajinya karena tidak ada tamu yang datang. “Di sana (resort) mereka tu pe kerja macam-macam. Ada di taman, ada yang anak kampong di sini jadi guide untuk bawa tamu, ada di resto, laundry. Biasanya mereka kerja satu bulan, sekarang tinggal sepuluh hari. Jadi dalam sepuluh hari tu, masing-masing dibayar Rp.800.000. Kalau kemarin kan ada yang Rp.3.500.00, ada yang Rp.2.800.000. Tergantung dia pe pekerjaan apa,” ungkap Ibrahim.**

Masyarakat berharap, pandemi segera berlalu. Semua warga sehat dan terbebas dari paparan virus sehingga roda perekonomian kembali berjalan. Maka, penting bagi masyarakat untuk memiliki kesadaran dan pengetahuan yang cukup mengenai pencegahan penularan. Tugas kita adalah membantu mereka agar memiliki bekal yang cukup untuk melawan penularan Covid-19.

*) “Kalau kita (masyarakat) di sini tidak menggunakan masker, sehari-hari pun tidak mengenakan masker. Karena kita (merasa) di sini aman (dari Covid-19). Tapi kalau kita ingin pergi ke Ternate, harus mengenakan masker. Kalau tidak mengenakan masker, kita bisa diberi denda oleh pihak Pelabuhan atau mereka menyuruh kami pulang (kembali ke desa),” ucap Nurbaya, 44, saat berbincang di tengah Festival Kampong Pesisir Desa Gumira.

**) “Di sana (resort) mereka memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Ada yang menjadi pemelihara taman, pemandu wisata, bekerja di restoran, atau di laundry. Biasanya mereka bekerja satu bulan, sekarang hanya bekerja selama sepuluh hari. Dari sepuluh hari itu, mereka dibayar Rp.800.000 dimana sebelumnya pendapatan mereka selama sebulan Rp. 2.800.000 hingga Rp. 3.500.000 tergantung apa pekerjaan mereka.”

dr. Iqra Alimus

Tim medis Ekspedisi Maluku EcoNusa

Editor: V.A Wulandani & Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved