Search
Close this search box.
EcoStory

Kajian Ilmiah Landasan Pembangunan Papua Barat

Bagikan Tulisan
Sekretaris Daerah Provinsi Papua Barat, Nataniel Mandacan memberikan sambutan mewakili Gubernur Papua Barat dalam pembukaan Bootcamp Ilmuwan Muda Papua di Manokwari. (Dok.Yayasan EcoNusa/Lutfy Mairizal Putra)

Analisis data dan hasil penelitian menjadi landasan pembangunan berkelanjutan yang telah dicanangkan oleh Provinsi Papua Barat. Provinsi ini mendeklarasikan diri sebagai provinsi konservasi pada 19 Oktober 2015 dan mengganti nama menjadi provinsi berkelanjutan. Sejak itu Papua Barat menggandeng berbagai pemangku kepentingan untuk bekerja sama menjalankan kebijakan demi menyejahterakan orang asli Papua dan melestarikan sumber daya alam di Tanah Papua.

Hal itu disampaikan Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan yang diwakili Sekretaris Daerah Nataniel Mandacan dalam pembukaan Bootcamp Ilmuwan Muda Papua di Manokwari pada Selasa (15/9/2020). Acara tersebut terselenggara atas kerja sama Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Papua Barat, Universitas Cenderawasih, Universitas Papua, Universitas Musamus, dan Yayasan EcoNusa.

“Hasil dan tindak lanjut dari kegiatan ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah melalui instansi teknis sehingga dapat diadopsi. Pembangunan memerlukan data dan kajian ilmiah agar impian kita meningkatkan kesejahteraan orang asli Papua serta perbaikan tata kelola sumber daya alam dapat terlindungi secara pasti dan terukur,” kata Dominggus.

Ilmuwan Muda Papua memfasilitasi penelitian di tingkat universitas dengan tema “Pembangunan Berkelanjutan di Tanah Papua”. Sejak pendaftaran dibuka pada 6 April 2020, 10 sepuluh proposal penelitian terpilih mendapatkan beasiswa dana penelitian, pendampingan hingga seminar hasil penelitian.

Kepala Balitbangda Papua Barat Charlie D. Heatubun mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan tak bisa dipisahkan dari hasil penelitian. Kekayaan sumber daya alam yang tinggi maupun kekayaan budaya di Tanah Papua menjadi lahan subur obyek penelitian yang belum sepenuhnya terungkap. 

Merujuk pada hasil penelitian terbaru di jurnal Nature, Pulau Papua menyimpan kekayaan biodiversitas flora tertinggi di dunia, menggeser peringkat yang dipegang Madagaskar. Penelitian yang melibatkan 99 peneliti dari 19 negara itu mendapati bahwa Pulau Papua menjadi rumah bagi 13.634 spesies tumbuhan dengan 68 persen diantaranya berstatus sebagai spesies endemik.

“Peneliti muda di Tanah Papua memiliki tugas mengungkap ‘misteri’ yang tersimpan melalui hasil penelitian. Dengan itu pula para peneliti muda mengharumkan nama Tanah Papua melalui kontribusi mereka terhadap dunia ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Charlie. 

Sementara itu, Wakil Rektor III Universitas Papua Keliopas Krey mengapresiasi pelaksanaan IMP sebagai implementasi program Kampus Merdeka yang menjadi kelanjutan dari program Merdeka Belajar. Kampus Merdeka memberikan kesempatan kepada mahasiswa dan mahasiswi menggali pengalaman baru di luar perguruan tinggi. 

“Merdeka belajar adalah mahasiswa difasilitasi untuk belajar dengan siapa saja, baik praktisi, industri, media, bahkan belajar dengan hal-hal yang tidak dibatasi dengan kuliah secara fisik. Inilah konsep merdeka belajar. Jadi Bootcamp Ilmuwan Muda Papua adalah salah satu implementasi bagaimana kita mendukung kebijakan pemerintah pusat berkaitan dengan kampus merdeka, merdeka belajar,” ungkap Keliopas.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved