Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Kacang Mete dari Soa untuk Meningkatkan Ketahanan Masyarakat

Bagikan Tulisan

Jambu mete merupakan salah satu komoditas unggulan Merauke, Papua Selatan. Lebih dari 200 hektare lahan telah digunakan untuk menanam jambu mete sejak 1997. Para petani jambu mete dapat memanen lebih dari 1.000 ton per tahun. Biasanya hasil panen tersebut dijual begitu saja karena masyarakat yang merupakan penduduk asli Papua belum memiliki keterampilan untuk mengolah hasil panen menjadi produk yang bernilai lebih. 

Yayasan EcoNusa, Yayasan Dahetok Milah (YDML), dan Gereja Protestan Indonesia di Papua mendukung petani jambu mete dengan memberikan pelatihan pengembangan produk buah dan kacang mete. Pelatihan tersebut bertempat di Kampung Soa/Senayu, Distrik Tanah Miring pada 17-18 Juni 2024. 

Baca Juga: Catatan Perjalanan: Ayam Petelur dan Sayuran Organik untuk Peningkatan Gizi dan Ekonomi Masyarakat 

Sebanyak 20 perempuan dari Kampung Soa mengikuti pelatihan pengolahan kacang mete. Mereka belajar cara membuat kacang mete mentah menjadi panganan ringan dengan berbagai rasa, yakni original, madu, coklat, balado, wijen madu, asin, tepung renyah, dan pedas. Selain itu, mereka juga memasaknya menjadi stik dan susu. 

Beragam Manfaat Pelatihan Kacang Mete bagi Masyarakat

Di samping menambah keterampilan masyarakat, pelatihan tersebut kami harapkan akan memberikan banyak manfaat. Secara kesehatan, konsumsi kacang mete secara teratur dapat memberikan kontribusi terhadap hasil kesehatan yang lebih baik, seperti peningkatan kesehatan jantung dan penurunan risiko penyakit kronis. Karena kacang merupakan sumber pangan bergizi, kaya protein, mengandung lemak sehat, vitamin, dan mineral. Selain itu, budi daya kacang mete dapat meningkatkan ketahanan pangan lokal dan meningkatkan keragaman pangan.

Secara sosial, pelatihan tersebut bisa menumbuhkan kohesi dan kerja sama masyarakat untuk membudidayakan dan mengolah kacang mete. Sehingga dapat memperkuat ikatan sosial dan ketahanan kolektif. Bagi perempuan dan pemuda, ini bisa menjadi peluang untuk mendorong mereka lebih berpartisipasi aktif dalam perekonomian lokal dan proses pengambilan keputusan.

Sedangkan secara ekonomi, kami berharap nantinya masyarakat bisa konsisten menghasilkan produk olahan kacang mete, sehingga bisa menjadi sumber pendapatan berkelanjutan bagi masyarakat adat, meningkatkan kemandirian finansial, serta mengurangi kemiskinan. Dan jika dikelola dengan baik dengan tambahan pelatihan pengembangan bisnis, pemasaran, dan manajemen rantai pasokan, masyarakat bisa terbantu untuk mengakses pasar yang lebih luas, termasuk ekspor. Terlebih permintaan akan jenis kacang ini masih tinggi di pasar global. 

Menurut data Kementerian Pertanian, kacang mete termasuk salah satu produk kacang-kacangan yang paling banyak diperdagangkan di dunia dan termasuk komoditas mewah bila dibandingkan dengan kacang tanah atau almond.  Dengan rata-rata nilai ekspor produk mete dari Indonesia pada 2017-2020 mencapai US$119,938.25 per tahun. Sepanjang 2020 volume ekspor gelondong mete dan kacang mete masing-masing adalah 85.584 ton dengan nilai US$149.75 juta.

Baca Juga: Membangun Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Komoditas Keladi

Ada pun manfaat secara lingkungan, jika masyarakat bisa mendapatkan manfaat lebih dari pohon jambu mete, mereka akan membudidayakan tanaman tersebut dengan lebih baik. Pohon jambu mete relatif tangguh dan dapat tumbuh di tanah marginal di mana tanaman lain mungkin tidak dapat tumbuh subur. Hal ini menjadikannya tanaman yang dapat diandalkan untuk penghidupan jangka panjang dan berkelanjutan bagi masyarakat OAP.

Masyarakat Berharap Dukungan dari Pemda

Mama Clara Berenun, salah satu peserta pelatihan, mengatakan bahwa kegiatan ini berpeluang untuk meningkatkan penghasilan mama-mama di Kampung Soa. Ia pun berterima kasih atas pelatihan yang diberikan kepada mereka. “Pelatihan ini bermanfaat bagi kami,” ujarnya.

Baca Juga: Petani Kepulauan Maluku Sebarkan Harumnya Rempah Pala Hasil Agroforestri ke Mancanegara

Bapa Bernadus Kani, Sekretaris Kampung Soa, berharap nantinya dari hasil produksi kacang mete, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun pendidikan anak-anak mereka, sehingga cita-cita anak-anak bisa tercapai. Dia pun meminta agar Pemda Merauke membuat program supaya produksi kacang mete dari masyarakat Soa bisa dipasarkan ke daerah lain. 

Jika pasar kacang mete telah terbuka, masyarakat juga diharapkan semakin peduli dengan tanaman jambu mete mereka. Sehingga peremajaan pohon mete dapat dilakukan dan masyarakat tidak mengkonversi lahan mete untuk dijadikan lahan tebu atau komoditi lain. “Kami harap Masyarakat bisa memanfaatkan lahan pekarangan mereka untuk menanam lebih banyak jambu mete,” kata Bernadus.

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved