Papua Barat memiliki kawasan strategis yang dijuluki Mahkota Permata Tanah Papua (Crown Jewel Papua/CJP) yang memiliki fungsi lindung, keanekaragaman hayati, dan budaya yang mendukung inisiatif pembangunan berkelanjutan. Pengelolaan bentang alam Mahkota Permata Tanah Papua untuk mendukung komitmen pemerintah Provinsi Papua Barat dalam menerapkan 14 butir Deklarasi Manokwari terkait dengan implementasi pembangunan berkelanjutan.
Kawasan Mahkota Permata Tanah Papua seluas 2,3 juta hektare ini meliputi 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Manokwari Selatan, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Tambrauw, dan Kabupaten Pegunungan Arfak. Kawasan ini terdiri dari kawasan lindung atau konservasi, kawasan penyangga, dan kawasan yang sudah menjadi permukiman.
Melihat kondisi ini Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Papua Barat bersama Yayasan EcoNusa menyelenggarakan pelatihan intensif (bootcamp) Ilmuwan Muda Papua (IMP) selama tiga hari pada 1-3 September 2022 di Manokwari, Papua Barat.
Baca Juga: Peringatan Perlu Aksi Nyata
Kegiatan IMP dilaksanakan untuk memberikan rangsangan positif bagi para pemuda, calon ilmuwan masa depan. Hal ini disampaikan Charlie Danny Heatubun, Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, dalam pembukaan IMP mewakili Penjabat Gubernur Papua Barat. “Kami sengaja memfokuskan kegiatan riset untuk mendukung inisiatif pengelolaan Kawasan Strategis Provinsi, Mahkota Permata Tanah Papua,” kata Charlie.
Pelatihan IMP ini diikuti oleh 25 mahasiswa perwakilan perguruan tinggi di Tanah Papua. Mereka terdiri dari 10 orang dari Universitas Cenderawasih, 8 dari Universitas Negeri Papua, 2 dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Manokwari, 4 dari Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, dan 1 orang dari Universitas Victory Sorong.
Sebelumnya, para peserta telah melalui proses seleksi sesuai dengan proposal penelitian yang telah mereka ajukan. Proposal tersebut harus melewati tahapan seleksi oleh para mentor berdasarkan kesesuaian objek, yakni hutan dan laut. Peserta bootcamp akan diberi materi pemantapan teknik penelitian dan sistematika penulisan selama tiga hari oleh 8 mentor yang berasal dari Unimuda Sorong, Universitas Victory Sorong, Universitas Cenderawasih, Universitas Papua, and Polbangtan Manokwari.
Baca Juga: Kewang Muda Maluku Mencetak Generasi Penerus Bumi
Charlie berharap hasil penelitian ini akan mengungkap keanekaragaman hayati, sosial, budaya, hubungan antara masyarakat yang sudah hidup turun temurun dengan sumber daya dan keanekaragaman hayati yang ada di sekitarnya. “Kami ingin mengembangkan paradigma, kajian atau riset sebagai dasar pengambilan keputusan kebijakan pembangunan di Papua Barat,” kata Charlie.
Sementara itu, Novi Hematang, Kepala Kantor Wilayah EcoNusa di Manokwari, dalam sambutannya menyampaikan bahwa EcoNusa sangat berkomitmen untuk selalu meningkatkan kapasitas anak muda, bukan hanya di bidang penelitian, tetapi juga di banyak bidang melalui program-program lain dari EcoNusa untuk anak muda. “Karena menurut kami, masa depan bangsa ini berada di tangan anak muda,“ kata Novi.
Menurut Novi, pelatihan IMP ini baru langkah awal untuk menjadi ilmuwan muda dalam penelitian. Melalui bootcamp ini EcoNusa mengharapkan adanya terobosan dan inovasi dalam penelitian yang akan berkontribusi pada pembangunan di Tanah Papua. “Penelitian ini bukan hanya untuk Econusa atau Balitbangda, tapi penelitian ini harus punya manfaat bagi masyarakat di Tanah Papua,“ kata Novi.
Baca Juga: Forum Dekan jadi Pengawal Kebijakan Kelautan dan Perikanan
Lukas Kristian, Koordinator Mobilisasi Kaum Muda dari EcoNusa, sebagai penanggung jawab kegiatan Ilmuwan Muda Papua 2022, menekankan bahwa kegiatan Ilmuwan Muda Papua ini menjadi media untuk membangun gerakan anak muda yang mencintai lingkungan melalui dunia penelitian. Tema yang bersumber dari persoalan (problem statement) masyarakat akan menghasilkan penelitian sebagai solusi tanding terhadap persoalan tersebut. “Jadi diharapkan hasil penelitian anak muda ini dikembalikan kepada masyarakat atau stakeholder sebagai bagian dari solusi masalah yang ada,” kata Lukas.
Riset ini sangat dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana mengelola kawasan tersebut serta strategi ke depannya. Apalagi, Provinsi Papua Barat sudah dideklarasikan sebagai Provinsi Konservasi yang ditandai dengan Deklarasi Manokwari oleh Dominggus Mandacan, Gubernur Papua Barat periode 2017 – 2022, pada saat menerima penghargaan sebagai Pahlawan Konservasi Global di Los Angeles, California, Amerika Serikat pada 2019.
Selama tiga hari pelatihan, peserta IMP mendapatkan materi Peran Riset dan Publikasi Ilmiah dengan Penetapan Pembangunan di Daerah, Metode Penelitian dan Pengambilan Data Ilmiah, Penulisan Akademik, Komunikasi dan Publikasi, Pengantar Teori Pembuatan Peta, dan Pengenalan Tools Pemetaan, Aplikasi Penelitian, Coaching Clinic, Substansi Penelitian, Anggaran dan Tata Kelola Waktu, Kerja Mandiri, dan Presentasi.
Baca Juga: EcoNusa Ajak Generasi Muda Papua di SAI untuk Jaga Hutan
IMP merupakan salah satu platform yang diinisisasi Econusa dengan dukungan penuh dari Balitbangda Papua Barat yang bertujuan untuk mengorganisir partisipasi anak muda Tanah Papua melalui penelitian. Harapannya, hasil penelitian mereka dapat berkontribusi pada pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam di Tanah Papua.
Sampai 2022, EcoNusa sudah mengadakan IMP pada 2020 dan 2021. Pada saat berkolaborasi dengan Balitbangda pada 2021, kegiatan IMP melibatkan 35 peneliti muda dari 5 kampus ternama di Papua dan 5 pakar dalam bidang penelitian yang mendampingi para peserta.