Search
Close this search box.
EcoStory

Catatan Perjalanan: Ketahanan Pangan Warga Saat Pandemi

Bagikan Tulisan
Padi yang sedang ditumbuk dan dipisahkan dari kulit luarnya di Kampung Posi-posi. (Dok.EcoNusa/Kei Miyamoto)

Selasa, 27 Oct 2020, pagi hari jam 08.00, tarian Cakalele menyambut kami di Kampung Samo, Halmahera Barat. Ini adalah pesisir Halmahera yang terpencil. Warga menyambut kami dengan protokol kesehatan yang ketat. Kapal hanya berlabuh sekitar 700 meter dari kampung Samo. Kami akan singgah di sini selama 3 hari untuk bersama warga merayakan keberhasilan dalam membangun kemandirian pangan dan perlindungan hutan. Paling tidak ada 3 kampung yang secara berturut-turut akan menyambut kami. Kampung Samo, Posi-posi, dan Gumira. Ini adalah kampung-kampung yang didukung oleh EcoNusa bersama PakaTiva Maluku Utara dalam 2 tahun terakhir. Mendukung dan membangkitkan kembali ketahanan warga untuk mempertahankan hutan dan pangan lokal. 

Di belakang kampung-kampung ini, sebelumnya beroperasi perusahaan penebangan kayu, yang mengambil kayu-kayu bernilai tinggi dan harganya mahal. Padahal hutan itu adalah harta masyarakat Kampung Samo, Posi-posi dan Gumira. Hutan-hutan Halmahera telah ditebang sejak tahun 1980-an. Kayu-kayu besar dan bernilai tinggi telah dikorbankan. Namun kesejahteraan warga tak juga meningkat.  Kehidupan warga selama berpuluh tahun tetap sama, dengan rumah-rumah dan kehidupan yang tetap sederhana. Jalur transportasi tetap menjadi kendala utama dalam memasarkan hasil-hasil pertanian dan perikanan masyarakat. Hasil utama masyarakat di sini adalah kopra, pala, cengkeh, dan perikanan.

Baca juga: Mengembalikan Kemandirian Pangan Masyarakat di Pesisir Halmahera 

Ketika pandemi mulai merajalela dan akses transportasi tertutup sama sekali, masyarakat bersyukur karena sejak tahun lalu sudah mulai bertanam padi. Menurut warga, mereka terakhir kali bertanam padi ladang sekitar 25 tahun lalu. Gencarnya beras bantuan pemerintah ketika itu membuat masyarakat terlena. Ketika bantuan beras murah terhenti, mereka mulai secara reguler membeli beras dari luar. 

Tahun lalu, PakaTiva Maluku Utara dengan dukungan EcoNusa mulai mendorong kembali kegiatan menanam padi ladang. Bibit diambil dari Halmahera Timur. Awal 2020 masyarakat sudah panen sekitar 2,5 ton padi yang mereka tanam sendiri. Ketika pandemi melanda, masyarakat tidak khawatir karena ada stok makanan yang cukup. Selain beras, masyarakat juga mengonsumsi sagu dan ubi kayu. Semua potensi pangan ini dijaga dan mulai dikembangkan kembali untuk memperkuat ketahanan pangan warga.

Kami melihat warga sangat antusias dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Samo, Posi-posi, dan Gumira. Inisiatif ketiga kampung ini mulai tersebar ke beberapa kampung tetangga, sehingga mereka juga memulai inisiatif yang sama. Kebun-kebun benih dan percontohan dibangun warga di setiap kampung untuk memudahkan warga yang ingin belajar. Kebun-kebun ini menjadi pusat benih yang bisa dibagikan kepada siapa saja, baik warga kampung atau warga kampung lain yang membutuhkan. Alhasil, warga kini sudah mulai mencukupi kebutuhan sayuran dan lainnya yang biasanya diperoleh dari luar.

Selama tiga hari, kami juga melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan terkait Covid-19 dan mengadakan konsultasi kesehatan serta pengobatan massal untuk warga. Tidak ada Puskesmas di kampung-kampung ini. Hanya ada 1 orang bidan di setiap kampung. Selain konsultasi kesehatan, kami juga memberikan masker ke warga dan mengajarkan kepada bidan bagaimana menggunakan alat tes cepat Covid-19 untuk pendeteksian dini penyakit Covid-19 yang hingga kini masih merajalela.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved