Search
Close this search box.
EcoStory

Catatan Perjalanan: Bumi Membutuhkan Kru, Bukan Hanya Penumpang

Bagikan Tulisan
Tim Ekspedisi Maluku sedang mengangkut dukungan yang akan diberikan masyarakat di Kepulauan Maluku. (Dok. EcoNusa)

Sejak 22 Oktober lalu, Tim EcoNusa yang diawaki 13 orang telah memulai perjalanan Ekspedisi Maluku EcoNusa 2020. Ekspedisi ini adalah yang kedua setelah September lalu Tim EcoNusa melakukan perjalanan EcoNusa Covid-19 Response Raja Ampat dengan mengunjungi kampung-kampung pesisir dan pulau di Sorong dan Raja Ampat selama 15 hari. 

Kali ini, tim berlayar untuk menjangkau kampung-kampung terpencil di pesisir dan pulau-pulau kecil di Papua Barat, Maluku Utara, dan Maluku. Misi perjalanan ini adalah memberikan dukungan dan semangat kepada masyarakat di pelosok Kepulauan Maluku yang terdampak COVID-19. Dampak pandemi bukan hanya soal ancaman penyebaran virus itu sendiri bagi kesehatan. Namun ada pula dampak lain yang ditimbulkan, yakni dampak ekonomi dan ancaman ketahanan pangan. 

Misi perjalanan kedua ini difokuskan di Maluku Utara dan Maluku yang membentang dengan pulau-pulau kecilnya. Sebagian dari kampung-kampung di Kepulauan Maluku adalah kampung-kampung terpencil. Mungkin sebagian diantaranya memiliki wilayah hutan yang menghadapi ancaman kerusakan karena ekspansi pembukaan perkebunan skala besar dan tambang. Mungkin pula kampung-kampung itu  memiliki fasilitas kesehatan yang minim atau bahkan tidak ada sama sekali.

Tim Ekspedisi Maluku EcoNusa berangkat dari Sorong, Papua Barat, menggunakan kapal dengan fasilitas memadai untuk mendukung misi ini. Tim ini terdiri dari 2 orang dokter, 2 orang perawat, 4 orang ahli pertanian, 4 orang ahli dokumentasi, 8 orang relawan logistik dan 2 orang pendukung administrasi, serta dibantu 11 orang kru kapal profesional.

Baca juga: Ekspedisi Maluku EcoNusa 2020, Misi Solidaritas untuk Kepulauan Maluku

Keberanian relawan-relawan muda pada ekspedisi pertama maupun yang kedua ini patut diapresiasi. Di saat orang lain sibuk beraktivitas dari rumah, anak-anak muda ini berani terjun ke lapangan dan menanggung resiko besar, yakni terpapar COVID-19, virus yang paling ditakuti saat ini. 

Para relawan ini beranggapan bahwa di luar sana ada banyak masyarakat yang membutuhkan bantuan karena jauh dari fasilitas kesehatan atau fasilitas pendukung lainnya. Walau mungkin jauh dari episentrum penyebaran virus, minimnya fasilitas kesehatan akan membuat masyarakat rentan. Bahkan nyawa masyarakat satu kampung bisa terancam kalau ada salah satu yang terinfeksi Covid-19. 

Salah satu relawan menyampaikan bahwa Covid-19 bukan lagi sebuah resiko, melainkan “kenyataan hidup” yang harus dihadapi. Virus ini akan ada terus bersama manusia sampai waktu yang sangat lama atau bahkan seterusnya. Covid-19 tidak seharusnya menghentikan kita untuk saling membantu, terutama bagi masyarakat yang tidak punya “kemewahan” fasilitas pendukung seperti di perkotaan. Toh daya tahan tubuh (imunitas) dan protokol kesehatan yang ketat menjadi senjata untuk terus produktif beraktivitas. 

Protokol kesehatan juga diterapkan secara ketat bagi semua tim yang bergabung dalam ekspedisi ini, terutama saat berinteraksi dengan sesama tim dan masyarakat. Resiko terpapar virus memang tetap selalu ada. Namun dengan kesadaran tim untuk melakukan protokol ketat, setidaknya meminimalisir resiko tersebut.

Tim ekspedisi ini membawa kurang lebih 8 ton barang yang terdiri dari sarana produksi pertanian, obat-obatan, masker kain yang sebagian diproduksi oleh kelompok ibu-ibu di Maluku dan Papua, alat pelindung diri lengkap untuk tenaga medis yang akan diberikan kepada puskesmas-puskesmas, materi sosialisasi terkait COVID-19 dan alat tes cepat COVID-19. Dukungan ini merupakan hasil donasi dari masyarakat umum dan organisasi, baik di Indonesia maupun dari luar negeri. 

Selain dukungan kepada masyarakat terkait dampak COVID-19, Tim EcoNusa juga akan menyalurkan dukungan penguatan ketahanan pangan dan dukungan pemulihan ekonomi masyarakat lokal. Pemantauan terhadap situasi hutan, aksi bersih pantai, dan pendokumentasian kearifan masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam tanpa merusak hutan maupun laut juga dilakukan sebagai bagian dari kegiatan.

Selama 27 hari, tim Ekspedisi Maluku EcoNusa berencana menyinggahi 25 kampung di tujuh kabupaten dan tiga provinsi, yaitu Papua Barat, Maluku Utara, dan Maluku. Ekspedisi ini akan menempuh sekitar 2.000 kilometer jalur laut. 

Semoga semesta merestui dengan cuaca yang baik, agar baku dukung kepada masyarakat pesisir dan hutan di Kepulauan Maluku lancar terlaksana. Harapannya bumi senantiasa terjaga, masyarakat di sekitar laut dan hutan pun terlindungi dari ancaman Covid-19. Jika bumi diibaratkan sebagai kapal, manusia semestinya adalah kru, bukan hanya sekedar penumpang. Karena penumpang hanya menunggu untuk diselamatkan. Namun kru ikut menyelamatkan. Bumi, kapal tempat kita bernaung ini membutuhkan kru, bukan penumpang.

Bustar Maitar

CEO EcoNusa & Tim Leader Ekspedisi Maluku EcoNusa

Editor: Leo Wahyudi & V. Arnila Wulandani

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved