Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Membicarakan Lingkungan Hidup Serenyah Keripik Kentang

Bagikan Tulisan
Pembukaan School of Eco DIplomacy (SED) 2018 di kompleks Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Yayasan EcoNusa/Moch Fikri

Menjaga lingkungan hidup tak bisa dilakukan layaknya perangai pahlawan super, punya kekuatan aneh dan bertindak seorang diri dalam gelap demi menyelamatkan bumi. Yang dibutuhkan adalah sebaliknya: semakin banyak kesadaran dan uluran tangan agar kita bisa tetap hidup di planet biru, satu-satunya planet yang ramah bagi manusia.

Dalam urusan lingkungan hidup, anak muda memiliki peran sangat signifikan. Mereka memiliki niat tulus untuk menciptakan perubahan, daya pikir imajinatif, dan usia yang relatif panjang untuk terus menggugat dan menciptakan perubahan berikutnya. Sayangnya, perubahan tak lahir dari ruang hampa. Rasa gelisah terhadap sesuatu yang tak berjalan dengan semestinya tak begitu saja keluar dari kepala manusia – baik tua maupun muda. Dibutuhkan penggalian kesadaran untuk menyadari situasi dan bertindak mencari solusi. Dan sekali lagi, hal ini tak bisa dilakukan sendiri.

Melalui program School of Eco Diplomacy (SED), Yayasan EcoNusa berusaha mengajak anak muda menikmati wacana lingkungan hidup serenyah keripik kentang, semenyenangkan irama lagu Black Pink, atau semenarik Liga Champions. Lingkungan hidup diharapkan tak lagi dianggap layaknya lampu merah di perempatan jalan: keberadaannya penting namun banyak orang menghindarinya.

Hingga penghujung tahun 2019 mendatang, Yayasan EcoNusa akan membuka program SED untuk kelas Dasar di tiga kota: Sorong, Manokwari, dan Jayapura. Program ini menjaring anak muda dalam rentang usia 16-25 tahun, untuk membahas wacana lingkungan hidup yang terjadi di tiap kota. Selepas mengikuti program SED kelas dasar, peserta bisa mengikuti kelas Menengah bersama anak muda dari wilayah lain di Indonesia. Diharapkan setelah mengikuti program SED, mereka dapat turut serta mencari solusi lingkungan hidup bagi sekitar tempat tinggalnya.

“Ini menjadi penting sebagai wujud teori perubahan yang diusung oleh EcoNusa untuk membangun narasi baru tentang Tanah Papua. Bahwa anak Papua dapat berkontribusi pada perubahan positif di wilayah mereka tinggal dengan melakukan diplomasi terkait isu lingkungan hidup. Mungkin dalam sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan bisa bikin sekolah tentang ini. Kami tidak menutup kemungkinan,” ujar Manajer Pengembangan Masyarakat dan Kepemudaan Yayasan EcoNusa Rina Kusuma.

editor: Indrawardhani D. Pringgodigdo

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved