Berdasarkan data dari Global Wetlands, Indonesia merupakan negara dengan lahan gambut terbesar kedua setelah Brazil. Luas wilayah gambut di negara ini diperkirakan mencapai 36.458.236 ha. Luas sekali, ya! Mungkin sebagian dari kamu memang cukup sering mendengar tentang lahan gambut. Tapi, apakah kamu sudah benar-benar tahu apa itu gambut dan mengapa keberadaannya sangat bermanfaat bagi lingkungan? Bahkan, ekosistem gambut pun sering disebut-sebut memegang peranan penting bagi upaya mengatasi krisis iklim. Yuk, langsung saja simak artikel ini untuk berkenalan lebih lanjut dengan gambut dan manfaatnya bagi lingkungan!
Apa itu lahan gambut?
Ekosistem lahan gambut ialah jenis lahan basah yang terbentuk dari penumpukan material organik, seperti sisa pohon, rumput, lumut, dan jasad hewan yang setengah membusuk. Proses penumpukan ini biasanya terjadi selama ribuan tahun. Untuk membentuk gambut dengan kedalaman mencapai 4 meter, dibutuhkan paling tidak waktu 2.000 tahun. Lalu, terdapat istilah ‘gambut dalam’ untuk menyebut gambut dengan kedalaman hingga 10-15 meter. Lahan gambut dapat terbentuk di iklim yang beragam di seluruh dunia, mulai dari wilayah pesisir, hutan hujan tropis, hingga wilayah kutub. Di Indonesia, lahan gambut kebanyakan ditemukan di Pulau Papua, Kalimantan, dan Sumatra. Keberadaannya bermanfaat untuk berbagai macam kepentingan, seperti area pertanian dan kehutanan hingga menjadi rumah bagi aneka spesies tumbuhan serta hewan.
Lalu, apa saja manfaat dari lahan gambut?
Gambut memegang peranan penting dalam upaya mengatasi krisis iklim. Meskipun jumlah lahan gambut hanya sekitar 3-5% dari total wilayah di permukaan bumi, tapi keberadaannya mampu menyerap karbon dalam jumlah yang besar. Diperkirakan bahwa keseluruhan lahan gambut di dunia dapat menyimpan hingga 30% karbon dunia agar tidak terlepas ke atmosfer. Jumlah ini pun jauh lebih besar dibandingkan jumlah karbon yang mampu disimpan oleh hutan di seluruh dunia. Oleh karenanya, lahan gambut harus dijaga dan dikelola dengan baik. Ketika gambut terbakar, maka ada banyak karbon dioksida dan zat-zat lainnya yang terlepas ke atmosfer dan berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Selain sebagai penyimpan karbon, lahan gambut juga memiliki sejumlah manfaat lainnya. Misalnya adalah memiliki kemampuan untuk menampung air pada saat musim hujan dan melepaskannya secara perlahan-lahan saat musim kemarau. Sehingga, keberadaannya pun dapat membantu mencegah terjadinya banjir saat musim hujan dan mencegah kekeringan ketika musim kemarau datang. Selain itu, gambut juga menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati. Ada banyak flora dan fauna, termasuk yang dilindungi yang hidup dan tumbuh dengan baik di lahan gambut. Contohnya adalah orang utan, harimau Sumatra, beruang madu, bungur, dan meranti rawa. Bahkan, di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah yang disebut-sebut sebagai lahan gambut dengan pusat keanekaragaman hayati tertinggi di Indonesia, tercatat terdapat 808 jenis flora, 35 jenis mamalia, 182 jenis burung, dan 54 spesies ular yang berada di wilayah tersebut.
Sayangnya, pada saat ini banyak wilayah lahan gambut yang terancam keberadaannya karena diubah menjadi lahan perkebunan dan pemukiman, dan juga digunakan untuk kegiatan lain yang menyebabkannya menjadi terbakar. Berdasarkan data dari Center for International Forestry Research, dalam kurun waktu 1990 hingga 2010, tutupan hutan pada lahan gambut di gambut di Kalimantan, Semenanjung Malaysia, dan Sumatra saja telah hilang dari 77% hingga menjadi 36%. Keadaan ini pun tidak boleh dibiarkan begitu saja. Telah ada berbagai upaya yang dilakukan mulai dari tingkat global, nasional, dan juga regional untuk melindungi dan merestorasi lahan gambut. Misalnya dengan adanya undang-undang yang melarang pembukaan lahan di kawasan gambut yang dilindungi dan mewajibkan pemilik usaha untuk merestorasi gambut yang rusak karena kegiatan usaha yang dilakukan. Selain itu, terdapat pula upaya untuk melakukan pemetaan terhadap area gambut di Indonesia dengan lebih menyeluruh.
Adanya kebijakan-kebijakan tersebut memang merupakan sebuah langkah yang baik untuk melindungi gambut, tapi tidak cukup tanpa adanya pengawasan terhadap pengimplementasiannya. Maka dari itu, sebagai anak muda kita pun sudah harus mulai peduli dengan isu perlindungan dan restorasi gambut agar keberadaannya dapat terus terjaga hingga masa yang akan mendatang. Kita dapat memulainya dengan menyadari pentingnya hal ini, mengedukasi diri sendiri, dan ikut mengedukasi orang-orang di sekitar tentang manfaat lahan gambut bagi lingkungan.
Menyadari pentingnya kesadaran anak muda terhadap isu lingkungan, sejak tahun 2018 Yayasan EcoNusa juga telah mengajak anak-anak muda dari seluruh Indonesia untuk mengikuti program School of Eco Diplomacy. Melalui program ini, para anak muda yang terpilih mendapatkan pelatihan intensif, seminar, kunjungan ke lapangan, hingga dibimbing untuk dapat mengidentifikasi masalah lingkungan di sekitarnya dan membuat rencana aksi untuk membuat perubahan. Kalau kamu tertarik untuk ikut program ini juga, terus pantau website dan media sosial EcoNusa untuk mendapatkan informasi School of Eco Diplomacy berikutnya, ya!