EcoStory

Workshop Kepala Kampung: Perubahan Dimulai dari Kampung

Bagikan Tulisan
Kepala Distrik Momi Waren, Martinus Ainusi, membuka kegiatan Workshop Kepala Kampung dan Sekolah Transformasi Sosial Manokwari Selatan dan Teluk Wondama, Senin, 27 Maret 2023. (Yayasan EcoNusa/Nur Alfiyah).

Membangun kemandirian kampung harus dimulai dari proses perencanaan kampung yang baik. Perencanaan tersebut sangat penting sehingga tidak boleh asal-asalan. Baru setelahnya dilanjutkan dengan tata kelola program yang baik pula. 

“Ketika kita salah merencanakan, berarti kita merencanakan kegagalan,” kata Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (DPMK) Manokwari Selatan, I Gde Wisnu Wardhana, saat memberikan materi di kegiatan Workshop Kepala Kampung (WKK) Manokwari Selatan dan Teluk Wondama, Selasa, 28 Maret 2023.

Berpijak pada Pasal 39 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, kepala desa atau kampung memegang jabatan selama 6 tahun. Untuk itu, kata Wisnu, kepala kampung harus memiliki visi dan misi yang jelas demi membangun kampung yang lebih maju. “Mau jadi apa kampung bapak-ibu dalam 6 tahun ke depan, itu tergantung bapak-ibu pu visi-misi,” ujarnya.

Baca Juga: Dokumen RPRKD Papua Rampung, Penentu Arah Kebijakan Provinsi Papua

Menurut Wisnu, pembangunan tersebut tidak hanya menyangkut urusan fisik, tapi juga tentang pembangunan manusia, misalnya mewujudkan masyarakat yang sehat dan cerdas. Setiap program tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa indikator. “Seperti kampung yang sehat berarti bebas malaria, tidak ada masyarakat yang mengalami gizi buruk, dan tidak ada ibu yang meninggal,” tuturnya.

Kepala kampung, kata Wisnu, berwenang melakukan pengadaan untuk menunjang berbagai program tersebut, termasuk juga membuat aturan agar program berjalan. Misalnya kepala kampung bisa melakukan pengadaan kelambu untuk mencegah malaria. “Setelahnya bisa dibuat aturan masyarakat harus tidur pakai kelambu, jika tidak dipakai akan diberi sanksi,” katanya menjelaskan.

Ia mengingatkan agar semua program harus dibuat berdasarkan kebutuhan seluruh masyarakat. Jangan sampai program hanya diciptakan berdasarkan keinginan kepala kampung atau untuk memenuhi keinginan sebagian kelompok. “Perubahan itu dimulai dari kampung. Kalau program bapak bagus masyarakat akan pilih bapak lagi. Bapak bisa jabat 3 kali periode, bisa 18 tahun,” katanya.

Baca Juga: Warga Wersar dan Tapiri Belajar Bertani Semi Modern di Sekolah Kampung

Di sesi yang berbeda, Cucun Kuswara dari Dinas Pertahanan Pangan dan Pertanian Manokwari Selatan mengatakan kini perencanaan pembangunan tidak lagi diturunkan dari pusat seluruhnya. Namun diupayakan diawali dari kampung. “Dikumpulkan keinginan masyarakat dari tingkat RT (rukun tetangga), RW (rukun warga), lalu kampung,” ujarnya. 

Namun dalam praktiknya, penyusunan rencana pembangunan tersebut memiliki banyak tantangan. Terlebih, banyak kepala kampung di Manokwari Selatan yang baru dilantik dan belum mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang penganggaran kampung. Saat sesi diskusi, Kepala Kampung Wama, Moses Iba, menyampaikan tantangan yang dihadapinya. “RPJMDes (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa) saya coba buat. Tapi saya belum terlalu paham karena baru pertama menjabat,” ujarnya. 

Ada pula beberapa kepala kampung yang bahkan tidak memiliki data penganggaran karena disusun oleh kepala kampung sebelumnya. Ada juga yang tidak bisa menyusun anggaran karena aparat kampung yang ia pilih belum dilantik.   

Baca Juga: Transformasi Sosial

Tapi ada juga kepala kampung yang berhasil menyusun anggaran sesuai kebutuhan masyarakat. Devis Torey, Kepala Kampung Uremi di Teluk Wondama, salah satunya. Sejak dilantik 2020, ia memiliki visi kampung yang Cerdas, Maju, Mandiri, Aman, dan Sejahtera (CEMMAS). Kampungnya meraih juara kedua dalam lomba kampung dan kelurahan tingkat Provinsi Papua Barat pada 2022. 

Devis memberikan tip agar perencanaan berjalan lancar. “Tiga bulan setelah dilantik, saya kumpulkan aparat lama, baru bentuk tim penganggaran untuk fokus ke RPJM. Setelah selesai RPJM baru saya ganti aparat kampung lama,” ujarnya. 

Workshop Kepala Kampung merupakan bagian dari Sekolah Eco-Involvement yang dilanjutkan dengan Sekolah Transformasi Sosial. Ada 12 kampung dari Manokwari Selatan dan 3 kampung dari Teluk Wondama yang mengikuti kegiatan WKK dan STS di Kampung Siwi tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan pada 27-31 Maret 2023. 

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved