Search
Close this search box.
EcoStory

Kaum Muda Ciptakan Narasi Positif Indonesia Timur

Bagikan Tulisan
Kaum muda dari Jabodetabek yang terpilih sedang mengikuti Co-Creation Workshop SED Menengah. (Foto: Dok. EcoNusa)

Kaum muda identik dengan kreativitas tanpa batas. Kaum muda yang lahir di era teknologi informasi memiliki pemikiran lebih terbuka serta melek terhadap perkembangan teknologi dan informasi terkini. Menurut data BPS tahun 2018, populasi kaum muda usia 16-30 tahun mencapai 68,82 juta atau setara 24,51% dari total penduduk. Di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku sendiri, populasi kaum mudanya 1,8 juta jiwa. 

Besarnya angka populasi kaum muda dan kedekatannya dengan perkembangan teknologi dan informasi membuat peran dan peluang kaum muda sangatlah besar untuk dapat terlibat dalam upaya pelestarian ekosistem hutan dan laut. Potensi-potensi yang dimiliki kaum muda dapat digali lebih jauh sehingga bisa menjadi agen perubahan yang efektif dalam mengkomunikasikan kelestarian lingkungan hidup. Mereka dapat mempromosikan keberagaman budaya serta keanekaragaman hayati di Indonesia, tak terkecuali di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku. 

Di Indonesia Timur sendiri, berbagai ancaman kerusakan alam, terutama akibat alih fungsi lahan hutan menjadi lahan industri, penebangan pohon, kegiatan pertambangan dan pembangunan tengah terjadi. Forest Watch Indonesia mencatat, dalam periode 2009-2013, jumlah area hutan di Tanah Papua yang hilang mencapai 490.000 hektar. Pembukaan lahan hutan di Tanah Papua menempati urutan ketiga setelah Sumatera (Riau) dan Kalimantan (Kalimantan Tengah). 

Peran kaum muda dalam upaya menyuarakan pelestarian alam, menjaga ekologi dan membendung laju kerusakan alam di Indonesia Timur tersebut sangatlah diperlukan. Persepsi masyarakat pada umumnya tentang Indonesia Timur yang jauh dan sulit dijangkau, rawan konflik, serta masyarakatnya yang terbelakang  pun perlu diluruskan kembali dengan narasi-narasi positif yang membanggakan. Sejatinya Indonesia Timur menyimpan kekayaan, keindahan alam, serta kearifan budaya yang luar biasa. Dalam hal ini, diperlukan strategi dan terobosan yang dapat dimainkan oleh kaum muda dalam menciptakan narasi positif tersebut. 

Untuk itulah, Yayasan EcoNusa menggagas School of Eco Diplomacy (SED) sebagai program peningkatan kapasitas kepemimpinan lingkungan untuk generasi muda Indonesia. Program pelatihan dirancang berjenjang dari Kelas Dasar untuk anak muda perkotaan di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku usia 16 – 25 tahun, Kelas Menengah untuk anak muda dari seluruh Indonesia usia 18 – 30 tahun, dan Kelas Atas untuk profesional muda usia 25 – 35 tahun. Hasil yang ingin dicapai adalah terciptanya jejaring anak muda perkotaan di Indonesia, khususnya di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku yang peduli akan isu lingkungan. Mereka diharapkan dapat mencetuskan aksi-aksi kaum muda dalam pelestarian lingkungan hidup, serta melahirkan profil-profil anak muda yang berkontribusi nyata untuk penyelamatan lingkungan Indonesia Timur. Narasi-narasi positif yang mereka kembangkan diharapkan juga dapat mengubah cara pandang masyarakat asli dan masyarakat luar terhadap kehidupan dan kekayaan alam di Indonesia Timur menjadi lebih baik. 

Baca juga: Melibatkan Kaum Muda untuk Mengelola SDA di Kaimana

SED Kelas Menengah 

Tahun ini, EcoNusa akan menyelenggarakan pelatihan virtual kelas Menengah SED. Dalam pelatihan akan dipilih 30 peserta yang berkesempatan mendapatkan mentoring dan peningkatan kapasitas dari para pakar dan praktisi di bidang lingkungan, komunikasi publik, hingga manajemen proyek. Tema pelatihan akan difokuskan pada isu krisis iklim, nol deforestasi dan pengelolaan  hutan lestari, serta bebas sampah laut.   

Berbeda dengan kegiatan SED sebelumnya, kali ini SED Menengah dilakukan secara virtual akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung mereda. Mentransformasikan kegiatan yang telah dirancang sebagai kegiatan tatap muka menjadi kegiatan online bukanlah perkara mudah. Membuat program pelatihan dan pendampingan yang tetap menarik, efektif, dan dapat memberi manfaat sesuai tujuan meski dilakukan secara virtual merupakan tantangan tersendiri. 

Baca juga: Aksi Pegiat Muda Lingkungan untuk Tanah Papua

Co-Creation Workshop SED Menengah

Untuk mendapatkan formula yang tepat dalam penyampaian materi SED Menengah virtual kepada para peserta nantinya, tim Public and Youth Mobilization Yayasan EcoNusa pun menggandeng kaum muda di Jabodetabek untuk merancang kurikulum dan timeline pelatihan dalam kegiatan Co-Creation Workshop SED Menengah yang telah dilakukan di The Hermitage Jakarta, 3 September 2020 lalu. Meski dilakukan di tengah pandemi, kegiatan tetap menerapkan protokol kesehatan yang disiplin.

Kaum muda terpilih dari Jabodetabek yang berjumlah 15 orang kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok untuk mendiskusikan cara belajar jarak jauh yang menarik sehingga tidak membosankan, membuat peserta menjadi eksis dengan pelatihan virtual, dan tetap mudah diaplikasikan dengan teknologi. Dengan difasilitasi tim EcoNusa dan Digdaya Selaras selaku mitra kegiatan, masing-masing kelompok membuat prototype modul pelatihan jarak jauh sekreatif dan semudah mungkin untuk diikuti teman-teman mereka yang akan mengikuti SED Menengah nanti. 

Para kaum muda yang terpilih mengikuti Co-Creation Workshop sedang menyusun prototype modul pelatihan jarak jauh di The Hermitage Jakarta. (Foto: Dok. EcoNusa)

Dengan keterlibatan kaum muda dalam merancang kurikulum pelatihan, diharapkan materi yang disampaikan dalam pelatihan SED Menengah akan lebih sesuai dengan sudut pandang kaum muda dan lebih terkoneksi dengan dunia kaum muda yang serba modern saat ini. 

“Metode Co-creation sangat menarik dalam pengembangan program SED karena memberikan akses kepada anak muda untuk terlibat dalam perancangan model pelatihan yang mereka inginkan dan disesuaikan dengan perilaku serta kebiasaan anak muda yang menjadi target pelatihan ini,” ujar Rina Kusuma, Manajer Program Mobilisasi Dukungan Publik dan Kaum Muda Yayasan EcoNusa.  

Pendaftaran SED Menengah sendiri telah dibuka sejak bulan Juli 2020. Hingga pendaftaran ditutup 11 September 2020 lalu, telah ada 135 pendaftar SED Menengah yang selanjutnya akan dipilih lagi menjadi 30 besar. Para peserta terpilih diumumkan pada 30 September 2020. Sedangkan pelatihan akan dimulai 17 Oktober hingga akhir November  2020, disusul dengan pelaksanaan dan pendampingan  pada 1 Januari hingga 31 Mei 2021. 

Peninjau: Rina Kusuma, Manager Program Mobilisasi Dukungan Publik dan Kaum Muda Yayasan Econusa

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved