Vanili (Vanilla planifolia) dikenal sebagai salah satu rempah-rempah paling berharga di dunia dan telah menjadi komoditas yang sangat diminati di pasar internasional. Permintaan yang tinggi terhadap komoditas tersebut disebabkan oleh rasa uniknya yang manis dan harum, sehingga menjadi salah satu rasa dan wangi favorit dalam makanan, minuman, serta parfum.
Proses budi daya vanili yang rumit menjadi salah satu alasan harganya begitu mahal. Membudidayakan tanaman tersebut bisa menjadi jalan peningkatan ekonomi lokal. Banyak petani kecil dan komunitas bergantung pada komoditas ini sebagai sumber penghasilan utama mereka. Dengan memanen vanili yang berkualitas, mereka dapat memperoleh pendapatan yang lebih baik dan meningkatkan taraf hidup mereka.
Melihat potensi itu, EcoNusa mendorong para petani di Kabupaten Keerom dan Kabupaten Jayapura, Papua, untuk membudidayakan vanili. Dengan harapan tanaman tersebut dapat memberikan manfaat dalam mendukung pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga serta membantu biaya pendidikan dan kesehatan anggota keluarga para petani.
Baca Juga: Cerita Sekolah Kampung Vanili: Berawal dari Pesimistis menjadi Keyakinan akan Perubahan
Bersama Yayasan EcoNusa, para petani dari enam kampung di dua kabupaten tersebut menanam vanili pada Agustus 2023. Keenam kampung tersebut adalah Warlef, Molof, Uskwar, dan Wembi di Kabupaten Keerom. Serta Kampung Sarmai Atas dan Kampung Rephang Muaif di Kabupaten Jayapura.
Agustus dipilih sebagai waktu penanaman. Penentuan waktu penanaman tersebut merupakan bagian dari materi pembelajaran yang diberikan saat pelaksanaan Sekolah Kampung. Di Sekolah Kampung yang diselenggarakan pada Februari-Maret 2023, pemateri menjelaskan bahwa penanaman vanili dilakukan setelah enam bulan usai pembukaan lahan, penanaman pohon pelindung, dan pembentukan mulsa. Pohon pelindung yang digunakan adalah pohon gamal (Gliricidia sepium) yang tunas percabangannya akan tumbuh pada usia enam bulan. Setelah tumbuh tunas inilah merupakan waktu yang tepat untuk menanam. Vanili yang ditanam adalah jenis tahiti dan planifolia.
Baca Juga: Usai Sekolah Transformasi Sosial, Kepala Kampung Yakin Vanili Menyejahterakan Masyarakat
Kosmas Boryam, petani dari Kampung Wembi berterima kasih kepada Yayasan EcoNusa karena tidak saja memberikan ilmu budidaya vanili melalui Sekolah Kampung, tapi juga telah membantu dengan memberikan bibit kepada petani di kampungnya. Ia juga memberikan motivasi agar petani di kampungnya serius membudidayakan tanaman tersebut untuk meningkatkan perekonomian mereka.
“Saya akan buktikan lewat vanili. Apakah tanaman ini akan menjadi jawaban atas masa depan 4 anak saya yang sekarang masih di bangku sekolah? Semua tergantung niat, dan bapa (saya) sudah komitmen, bahwa dari hasil ini, anak-anak bapa harus bisa sekolah sampai sarjana,” ujarnya.
Baca Juga: Membangun Asa Baru dari Vanili di Sekolah Kampung Molof dan Warlef, Keerom
Sambutan yang baik juga diterima dari Kepala Kampung Rephang Muaif, Alberthina Demotekai usai menerima 100 bibit vanili dari EcoNusa. Ia berjanji menganggarkan dana Rp100 juta. “Selain akan ditanam pada lahan yang sudah siap, dari pemerintah kampung juga sudah menyiapkan lahan 1 hektare. Uang Rp100 juta ini digunakan untuk pembukaan lahan, pembelian gamal, dan pembelian bibit vanili.” katanya.
Alberthina juga telah minta warganya agar serius merawat tanaman tersebut. Karena menurutnya, vanili akan menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan di masa depan. “Pemerintah akan hentikan BLT (bantuan langsung tunai) tahun depan. Saya selalu tegaskan kepada warga, jangan menggantungkan hidup dari BLT dan dana desa, mari buka kebun dengan tanam vanili, karena dari situ kita bisa dapat uang,” tuturnya.
Editor: Nur Alfiyah