Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Pentingnya Gerakan Anak Muda untuk Selamatkan Laut Kita

Bagikan Tulisan

Generasi muda dikenal sebagai generasi yang berpikiran kritis, kreatif, dan mawas akan kemajuan teknologi. Dengan kelebihan ini, generasi muda diharapkan dapat menjadi pemimpin yang unggul di masa depan, termasuk menyelesaikan berbagai permasalahan lingkungan yang ada dan menciptakan kehidupan Bumi yang lebih baik

“Semakin ke sini, makin banyak anak muda yang menunjukkan ‘taringnya’ dalam menyuarakan kepeduliannya terhadap isu lingkungan, baik isu darat maupun laut,” ucap Bryan Auriol, Koordinator Nasional Penjaga Laut yang berperan sebagai moderator saat membuka webinar TM Share Rasa Timur Volume 218. TM Share Rasa Timur merupakan kolaborasi antara Teras Mitra dan EcoNusa.

Mengusung tajuk “Anak Muda dan Aksi Jaga Laut”, kegiatan yang dihelat pada Sabtu, 25 Juni 2022 ini mendatangkan dua pemuda inspiratif yang juga menunjukkan “taringnya” melalui aksi nyata menjaga laut, yakni Muhammad Tofan Saputra, founder Rumah Bahari Gemilang (Rubalang); dan Cyecilia Pical, Program Manager Moluccas Coastal Care (MCC).

Baca Juga: Yosua, Penggerak Komunitas Rumah Baca Wet Saifi

Tofan menyampaikan pandangannya tentang pentingnya anak muda mengetahui sebuah persoalan secara utuh bila ingin turut andil dan berperan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Pemikiran ini kemudian diimplementasikan oleh Rubalang melalui Program Sekolah Pemuda Penggerak. Program tersebut merekrut anak-anak muda, melatihnya, kemudian mengirimkan mereka ke wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil untuk tinggal bersama masyarakat pesisir, agar mereka melihat langsung, mengambil bagian, dan berkontribusi menyelesaikan permasalahan yang ada.

Sejak berdiri pada 2014, program Sekolah Pemuda Penggerak telah dilaksanakan sebanyak tujuh kali. Dalam kurun waktu tersebut, Rubalang mencetak 181 penggerak muda dari sepuluh universitas yang tersebar di Indonesia, melibatkan empat kelompok profesional, 13 desa implementasi yang tersebar di lima kabupaten, puluhan aktor lokal, dan memberikan manfaat kepada dua ribu anak di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. 

Awalnya Rubalang berfokus pada isu pendidikan, kesehatan, dan isu sosial lainnya, dua tahun belakangan ini mereka mulai menambahkan isu lingkungan. “Jika laut rusak, maka yang terdampak pada akhirnya anak-anak pesisir juga. Nelayan jadi sulit mencari ikan, penghasilannya menurun, akhirnya dukungan untuk anak dalam hal pendidikan, kesehatan, dan hal-hal lainnya juga menurun,” tutur Tofan.

Baca Juga: SMA Muhammadiyah 14 Jakarta Mengenal Hutan Papua bersama Momotoa

Tergerak atas kesadaran akan pentingnya melakukan aksi nyata yang bertujuan menjaga lingkungan, Rubalang melakukan berbagai aksi lingkungan, di antaranya turut serta dalam Aksi Muda Jaga Iklim yang diinisiasi oleh EcoNusa, melakukan riset sampah laut, dan kampanye setop sampah plastik.

“Ini menjadi bukti bahwa kita masih punya harapan yang sangat besar untuk memajukan Indonesia di masa depan,” kata Tofan.

Inspirasi lainnya datang dari Kepulauan Maluku. Cyecilia bersama dengan kawan-kawannya di MCC ikut menjaga laut melalui kegiatan mereka, di antaranya: School of Eco-diplomacy (SED) Kewang Muda Maluku bersama EcoNusa; membangun Sekolah Katong Lestarikan Kampong (Kalesang) yang tersebar di Pulau Gunung Api, Pulau Banda Besar/Lonthoir, Pulau Rhun, dan Ambon; Aksi bersih sampah melalui program Siar Kebersihan untuk Darat dan Laut (Si Kuda Laut). Juga aksi penanaman pohon dalam program Tree of Hope; Transplantasi Karang; dan mendukung Festival Budaya Lewetaka: Jaga Banda. Lewetaka merupakan sebuah festival yang diinisiasi oleh MCC dan Yayasan EcoNusa yang memanfaatkan ritual adat “kasi makan darat, kasi makan laut” sebagai nilai budaya yang dijunjung untuk menjaga lingkungan.

Cyecilia bercerita tentang program SED Kewang Muda Maluku, sebuah program yang dijalankan oleh lembaganya bersama Yayasan EcoNusa. Kewang sendiri merupakan pranata adat di Maluku yang memiliki arti penjaga hutan. Namun lebih dari itu, secara umum kewang merupakan penjaga lingkungan. Membawa semangat kewang, SED Kewang Muda Maluku diharapkan dapat mencetak generasi muda yang mau bergerak untuk menjaga hutan dan laut di manapun para kewang muda berada. Sejauh ini SED Kewang Muda telah memiliki 39 alumni yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Maluku. Mereka menjalankan aksi-aksi jaga laut di daerahnya masing-masing.

Baca Juga: Cerita #RasaTimur, Mengintip Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia Timur

“Kita lihat kawan-kawan muda ini banyak yang punya potensi, namun ada yang belum berani bergerak, atau merasa tidak punya wadah. Harapannya Kewang Muda ini bisa menjadi wadah yang mendorong teman-teman muda untuk melakukan aksi lingkungan yang nyata,” kata Cyecilia.

#BetaMuda #BetaBisa adalah semangat yang dibawa oleh MCC dalam setiap gerakannya. Cyecilia juga menuturkan tentang pentingnya memulai gerakan menyelamatkan lingkungan bersama dalam napas kolaborasi.

Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa penduduk Indonesia didominasi oleh kelompok usia muda, yang terdiri dari generasi milenial yang lahir pada 1981–1996 sebanyak 25,87 persen; generasi Z yang lahir pada 1997–2012 sebanyak 27,94 persen; dan post Gen-Z yang lahir setelah 2013 yakni sebanyak 10,88 persen.

Generasi muda adalah generasi penentu masa depan bumi, termasuk alam Indonesia. Membentuk generasi muda yang peka dan peduli terhadap alam adalah salah satu kunci penting untuk masa depan alam kita.

“Karena kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?” pungkas Cyecilia.

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved