Tanpa terasa, perjalanan waktu membawa kita semua pada penghujung tahun. Aneka rupa peristiwa menghiasi perjalanan di sepanjang 2022. Pandemi Covid-19 makin melandai. Setidaknya kasus-kasus yang muncul dan angka kematian dapat ditekan. Ini semua berkat kesadaran kolektif antara masyarakat dan pemerintah dalam menyikapi pandemi, terlepas dari mutasi-mutasi virus dengan varian beragam.
Di sisi lain, bencana alam banjir, kekeringan, tanah longsor, gempa bumi makin meningkat frekuensinya. Musim pun kian sulit diprediksi. Tak terhitung korban material dan nyawa yang terenggut oleh bencana tersebut. Kehilangan penghidupan, tempat tinggal, seolah menjadi jamak.
Situasi normal baru makin tak kentara, karena kehidupan nyaris sudah hampir kembali normal seperti saat belum terjadi pandemi. Denyut nadi kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan makin terasa biasa kembali.
Dalam bingkai politik, negeri ini pun sedang sibuk berkemas untuk menyongsong tahun politik menjelang Pemilu serentak pada 2024. Para tokoh politik, partai politik, ramai-ramai beradu cepat untuk mencuatkan calon pemimpin Indonesia setelah era kepemimpinan Presiden Jokowi.
Sementara itu, di belahan dunia lain, Rusia sedang menggebu-gebu menggempur Ukraina yang juga sibuk mempertahankan harga diri sebagai bangsa. Perdamaian dunia sedang terkoyak oleh perang tersebut. Persatuan dunia pun terpecah kembali menjadi Blok Barat dan Blok Timur atas nama solidaritas politik dan kepentingan.
Dalam perspektif geopolitik, Indonesia sebagai negara non-blok berusaha berada di tengah dalam posisi netral di antara kedua kubu. Sikap politik bebas dan aktif ini justru membuat Indonesia makin diakui keberadaan dan perannya. Tak heran, Indonesia yang menjadi negara yang mulai berkembang ekonominya dengan proses konsolidasi demokrasi ini dipercaya untuk memimpin negara-negara maju yang tergabung dalam G20.
Secara geoekonomi, perang Rusia-Ukraina memberi dampak serius tak hanya negara-negara maju di Eropa, tetapi juga Indonesia. Perang itu membuat pasokan pangan dan energi dunia terganggu. Harga minyak global pun makin terkerek naik. Akibatnya industri manufaktur dan pengolahan pun ikut terdampak.
Dunia sedang dihantui oleh resesi global karena perekonomian yang tak menentu. Namun, ketika banyak negara maju mengalami tingkat inflasi yang melambung tinggi, perekonomian Indonesia justru memiliki fundamental yang cukup kokoh. Indonesia justru diuntungkan oleh kenaikan harga komoditas karena geopolitik global dan disrupsi rantai pasok yang terganggu oleh konflik Rusia-Ukraina. Hal ini didukung dengan kenaikan ekspor non-migas dari komoditas berbasis sumber daya alam seperti CPO dan batubara.
Namun kita tak boleh terlena. Ketidakpastian ekonomi di 2023 masih mungkin terjadi. Sudah selayaknya Indonesia menyiapkan langkah dan kebijakan strategis untuk mengantisipasi agar resesi dunia tidak memporakporandakan atau menghambat pertumbuhan perekonomian Indonesia. Alih-alih mendongkrak pertumbuhan ekonomi, komoditas berbasis sumber daya alam dieksploitasi habis-habisan. Ujung-ujungnya alam Indonesia, baik hutan maupun laut, makin terancam keutuhannya.
Apalagi tahun politik menjelang pemilu 2024 sudah makin terasa di 2023. Isu ekologi dan demokrasi harus terus digemakan agar menjadi isu sentral dalam pesta politik bangsa ini. Kaum muda yang akan menjadi pemilih pemula harus diberi kesadaran kritis agar bisa memilih calon pemimpin yang peduli dan berkomitmen kuat terhadap persoalan demokrasi, ekologi, dan ekonomi.
Saya berharap kita semua semakin menyadari bahwa krisis iklim dan krisis lingkungan berdampak serius terhadap kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya bangsa kita. Sudah saatnya kita mengadopsi filsafat ekologi dalam (deep ecology) yang merupakan konstruksi pemikiran untuk membangun gerakan sosial yang radikal untuk mengubah relasi manusia dengan alam.
Konkretnya bagaimana? Mau tak mau kita harus bersikap relevan dengan memberikan dukungan terhadap inisiatif-inisiatif baik yang sudah dimulai pemerintah dan semua pemangku kepentingan terutama dalam hal penyelamatan lingkungan dan penghidupan masyarakat yang terdampak oleh krisis iklim. Sebagai lembaga, EcoNusa akan tetap melanjutkan praktik-praktik baik yang selama ini sudah dijalankan. Dengan demikian, saya yakin upaya kita di 2023 tetap akan bermakna meskipun dunia berada dalam bayang-bayang ketidakpastian global.
Selamat Natal dan Tahun Baru 2023. Semoga lingkungan tetap terjaga, agar dunia tetap damai dan sejahtera.
Bustar Maitar