Search
Close this search box.
EcoStory

Mimpi Baru Demokrasi dan Ekologi

Bagikan Tulisan
Ilmuwan muda Papua berdiskusi dengan para peneliti senior untuk mempertajam proposal penelitian mereka. (Yayasan EcoNusa/Lutfy Mairizal Putra)

Pemilu presiden (pilpres) di Filipina pada 9 Mei lalu mau tak mau mengingatkan bahwa pemilu di Indonesia sudah terasa dekat, meskipun masih 2 tahun lagi dari sekarang. Suasana persiapan pemilu 2024 di Indonesia paling tidak sudah terasa hawanya. Kebetulan pula suhu di beberapa daerah di Indonesia akhir-akhir ini juga sedang memanas akibat permulaan musim kemarau dan pertumbuhan awan. Rasanya semua serba kontekstual.

Kembali ke pemilu di Filipina. Kemenangan putra mantan diktator dan presiden Filipina, Ferdinand Marcos Sr., yang terguling pada 1986 ini cukup mengundang polemik. Seharusnya kekuasaan rejim otoriter selama 21 tahun tidak begitu saja hilang dari ingatan warga Filipina. Tapi kemenangan Ferdinand Marcos Jr. atau Bongbong mengundang tanya. Banyak yang bertanya mengapa anak seorang mantan diktator kini bisa dipercaya untuk memimpin Filipina. Sebegitu mudahkah dosa-dosa politik ayahnya terhapus dari memori kolektif masyarakat di Filipina?

Baca juga: EcoNusa Ajak Generasi Muda Papua di SAI untuk Jaga Hutan

Mencermati tulisan Trias Kuncahyono di Kompas, isu terpilihnya Bongbong menjadi presiden Filipina ke-17 ini agaknya bisa relevan dengan situasi di Indonesia. Ternyata kemenangan Bongbong tidak lepas dari peran tim sukses dalam memainkan media sosial di kalangan generasi muda. Media sosial digunakan untuk mengkampanyekan Bongbong sekaligus sebagai upaya untuk membersihkan dosa-dosa sejarah dari memori kolektif rakyat Filipina. 

Para pendukung fanatik dan tim sukses Bongbong menggunakan Facebook, youTube, Tiktok, dan Twitter serta para pemengaruh (influencer) dengan cara yang strategis. Konten-kontennya pun berisi pembelokan fakta sejarah demi memenangkan pemilu. Media sosial menjadi senjata penting untuk membangun opini publik tentang citra Bongbong. Strategi penggunaan media sosial menjadi kekuatan kemenangan sehingga berhasil mendorong Bongbong menjadi orang nomor satu di Filipina.

Indonesia memiliki modal sosial yang kuat dalam menyambut pilpres di 2024 mendatang. Hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan bahwa generasi Y atau milenial (lahir 1981-1996) ada 69,4 juta jiwa atau 25,9 persen dari populasi Indonesia. Sedangkan generasi Z (lahir 1997-2012) ada 74,9 juta jiwa atau 27,9 persen. Menurut survey, 86,7 persen bersedia untuk ikut ambil bagian dalam pemilu 2024. 

Baca juga: Menke Womom, Bukti Kedekatan Suku Abun dan Sang Dewa Laut

Sementara itu, menurut Laporan Digital Indonesia 2022, ada 191,4 juta pengguna media sosial di Indonesia pada Januari 2022 atau sekitar 68,9 persen dari populasi Indonesia. Pada waktu yang sama, pengguna Facebook 129,9 juta, YouTube 139 juta, Instagram 99,2 juta, TikTok 92,1 juta, Twitter 18,5 juta di Indonesia. 

Di tahun pemanasan politik saat ini, banyak partai politik yang mulai serius menggarap potensi kaum muda tersebut sebagai kekuatan yang tak bisa diremehkan. Terutama generasi Z yang lahir di abad digital dan belum tahu persis bahwa Indonesia pernah memiliki sejarah kelam dan dosa politik dari penguasa sebelumnya. Jumlah mereka cukup signifikan dan rawan terhadap penyebaran disinformasi di konten media sosial. 

Kita punya modal sosial yang kuat dalam hal ini. Mungkin inilah saatnya kita yang lahir sebagai generasi sebelum milenial untuk memberikan edukasi politik. Kita bisa mengajak mereka untuk membangun mimpi baru tentang demokrasi dan ekologi di Indonesia. Demokrasi dan ekologi yang sudah lama rusak atau dirusakkan ini perlu dibenahi dengan sungguh-sungguh.  Dua hal tersebut menjadi pokok persoalan yang harus diperjuangkan agar Indonesia tidak menjadi negara gagal dalam konteks demokrasi dan ekologi. Artinya, jangan sampai negeri ini dipimpin oleh penguasa yang otoriter yang merusak demokrasi dan ekologi hanya demi memuaskan nafsu investasi  dan ekonomi sesaat. 

Baca juga: STS Hanya Permulaan

Saya berharap kaum muda dan para pemilih baru ini tidak dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan politik jangka pendek melalui manipulasi digital di media sosial. Jangan biarkan yang lolos jadi pemimpin negeri ini adalah orang yang tidak berkualitas yang menang hanya karena politik pencitraan lewat media sosial. 

Inilah saatnya untuk membangun mimpi baru demi mewujudkan bonum commune atau kesejahteraan bersama sebagai tujuan dari hidup bersama dalam tatanan politik. Di sana akan tercipta perdamaian, demokrasi yang tidak terpolarisasi. Kita perlu menyadarkan kaum muda untuk memilih calon pemimpin yang berintegritas, peduli lingkungan, dan tidak korup.

Kaum muda, Anda adalah generasi muda yang akan menjadi pemilih baru dan pemilik masa depan bumi Indonesia. Bangunlah #MimpiBaru tentang Indonesia dengan demokrasi dan ekologi yang lebih baik ke depan. 

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved