Kepulauan Banda, yang terletak di Provinsi Maluku dan berada di bawah administrasi Kabupaten Maluku Tengah, merupakan kawasan yang tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa. Dalam beberapa tahun terakhir, kawasan ini mengalami peningkatan jumlah wisatawan, baik lokal maupun internasional, yang tertarik untuk mengeksplorasi keindahan alam dan sejarah Kepulauan Banda. Namun, peningkatan kunjungan wisatawan, terutama melalui kapal Live On Board (LOB), membawa tantangan tersendiri bagi kelestarian ekosistem laut di kawasan ini.
Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah kerusakan ekosistem terumbu karang akibat kurangnya fasilitas tambatan (mooring) yang memadai. Kondisi ini memaksa kapal-kapal yang berlayar di kawasan tersebut untuk membuang jangkar langsung di atas terumbu karang, yang seringkali menyebabkan kerusakan pada habitat bawah laut. Melihat situasi ini Yayasan EcoNusa bersama Universitas Banda Naira (UBN) dan Forum Koordinasi Pengawasan, Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan di Kepulauan Banda, mulai mendorong inisiasi pembuatan mooring kapal sebagai langkah penting untuk melindungi keanekaragaman hayati laut dan mendukung pengembangan pariwisata berkelanjutan di Kepulauan Banda.
Kepala Kantor EcoNusa Maluku, Gadri R Attamimi mengatakan, pembuatan mooring ini adalah upaya bersama untuk melindungi keanekaragaman hayati yang ada di Kepulauan Banda.
“Semakin banyak aktivitas pariwisata utamanya LoB yang ada di Banda, kami melihat adanya urgensi pembuatan mooring sebagai upaya melindungi keanekaragaman hayati yang ada di Pulau Banda,” kata Gadri saat membuka Workshop dan FGD Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan untuk Inisiasi Pembuatan Mooring di Kepulauan Banda, 10 Agustus 2024.
Pentingnya Mooring Kapal dalam Perlindungan Ekosistem Laut
Mooring kapal adalah sistem tambatan yang dirancang untuk menjaga kapal tetap pada posisinya tanpa perlu membuang jangkar. Sistem ini terdiri dari pelampung yang dipasang di permukaan air dan dihubungkan ke dasar laut dengan tali atau rantai yang terikat pada jangkar khusus atau blok beton. Mooring ini dipasang di lokasi yang telah ditentukan, sehingga kapal dapat dengan mudah tambat tanpa merusak lingkungan bawah laut.
Di Kepulauan Banda, pembuatan mooring kapal menjadi krusial karena perairan di kawasan ini merupakan rumah bagi lebih dari 600 spesies ikan, lamun, dan terumbu karang. Pemasangan mooring yang tepat akan membantu mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata, terutama kegiatan penyelaman yang menjadi daya tarik utama wisatawan di wilayah ini.
Kolaborasi dengan Berbagai Pihak
Rektor Universitas Banda Naira (UBN) DR. Muhammad Farid M.Sos menekankan pentingnya inisiatif pembuatan mooring ini sebagai langkah krusial dalam menjaga kelestarian ekosistem laut di Kepulauan Banda. Menurutnya, kerja-kerja ini tak bisa dilakukan sendiri.
“Ini inisiatif yang sangat aktual dan dibutuhkan oleh Banda Naira. Inisiatif ini harus segera kita wujudkan bersama. Ini katorang pung Negeri, jadi kita harus jaga sama-sama. Kalau pulau rusak dan hancur Banda tidak akan jadi destinasi orang-orang. Kami tidak mungkin gerak sendirian,” ujar Rektor UBN.
Hal senada disampaikan Camat Banda, Kadir Sailan. Ia mengatakan pemasangan mooring di Banda harus disegerakan. Menurutnya, sistem mooring ke depan, ini tidak hanya terbatas di Banda Naira saja, tetapi juga perlu diterapkan di pulau-pulau lain di kawasan tersebut.
“Kalau bisa jangan cuma di Banda Naira tapi di pulau-pulau lain juga. Kalau ada pelanggaran, harus ada penindakan yang tegas,”katanya.
Sementara itu, Kepala Cabdis Gugus Pulau VI Kepulauan Banda, Saifullah Marasabessy, S.Pi., M.Si. menyatakan, inisiatif pembuatan mooring kapal ini merupakan langkah penting yang perlu mendapatkan dukungan penuh dari semua pihak. Untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut di Kepulauan Banda, kita harus memastikan bahwa setiap langkah yang diambil dapat melindungi keanekaragaman hayati dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
“Dengan adanya fasilitas mooring yang memadai, kita dapat mengurangi kerusakan pada terumbu karang dan memastikan bahwa kawasan ini tetap menjadi tujuan wisata yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Dampak Positif bagi Pariwisata Berkelanjutan
Dengan adanya mooring kapal yang terpasang di lokasi-lokasi strategis di Kepulauan Banda, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi terumbu karang dan biota laut lainnya. Selain melindungi ekosistem, langkah ini juga akan meningkatkan citra Kepulauan Banda sebagai destinasi wisata yang peduli terhadap lingkungan, sehingga menarik lebih banyak wisatawan yang memiliki kesadaran ekologis.
Selain itu, dengan pengelolaan yang baik, mooring kapal dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat lokal melalui pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas tersebut. Hal ini juga dapat membuka peluang bagi peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat dalam bidang-bidang terkait, seperti pengelolaan pariwisata berkelanjutan dan konservasi laut.