EcoStory

Menke Womom, Bukti Kedekatan Suku Abun dan Sang Dewa Laut

Bagikan Tulisan

Bagi Suku Abun, penyu belimbing adalah dewa laut yang penting untuk dijaga kelestariannya. Keberadaan satwa ini dipercaya membawa berkat bagi makhluk di sekelilingnya, termasuk juga Suku Abun, suku asli yang mendiami Distrik Abun, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Oleh karena itu, Suku Abun memiliki ritual Menke Womom, sebuah ritual pemanggilan penyu untuk singgah ke bibir pantai, terutama untuk bertelur agar populasi Sang Dewa Laut tetap lestari.

Ritual Menke Womom berawal dari ritual keluarga yang kemudian berkembang dan menjadi kearifan lokal yang dilakukan oleh masyarakat Suku Abun sejak dulu kala. Bila Suku Abun merasa kehadiran penyu belimbing ke pantai mereka semakin berkurang, mereka biasanya akan menggelar ritual Menke Womom dalam skala yang lebih besar, tak sekadar ritual keluarga lagi.

Ritual ini biasanya dilakukan pada akhir Juni, yang merupakan puncak musim penyu bertelur. Hari dan titik lokasi pelaksanaan ritual ditentukan melalui sidang adat yang dilakukan secara tertutup. Pantai Jamursba Medi, yang kini dikenal dengan nama Pantai Jeen Womom, dan Pantai Wormon menjadi dua pantai yang kerap menjadi tempat ritual tersebut digelar.

Baca Juga: Masih Berevolusi, Hiu Berjalan Perlu Dilindungi

Menke Womom biasanya digelar saat senja tiba. Waktu ini dipilih karena reptil besar penjelajah laut ini kerap datang mendarat untuk singgah ke pantai saat senja. Ritual ini harus dilakukan secara tertutup oleh 13 pemuka adat, dua orang di antara mereka bertugas sebagai pemanggil Sang Dewa Laut di tepi pantai.

Lengkap dengan pakaian tradisional, orang-orang Abun mempersiapkan berbagai perangkat untuk melaksanakan ritual. Salah satunya adalah sepasang pelepah kelapa lengkap dengan nyiur daun yang akan digunakan sebagai “alat” pemanggil penyu. Ketika matahari nyaris tenggelam, dua orang yang bertugas sebagai pemanggil Dewa Laut akan berdiri di bibir pantai. Bermandikan cahaya senja, mereka akan memukul air laut sebanyak tiga kali seraya membacakan mantra-mantra.

Selain memanggil penyu belimbing, ritual pemanggilan ini juga adalah bentuk rasa terima kasih orang Abun kepada laut yang telah menjaga Sang Dewa Laut dan memberikan mereka kesejahteraan. Saat penyu hadir dan mendarat di pantai, itu menjadi pertanda keberkahan bagi orang-orang Abun.

Baca Juga: Kampung Mandoni, Kampung Kepiting Bakau

Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) atau dalam bahasa Abun disebut Womom merupakan spesies penyu terbesar yang berada di ambang kepunahan. Mengacu pada daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini ditetapkan masuk ke dalam kategori Rentan (Vulnerable) dengan tren populasi yang terus menurun. Di Indonesia, spesies penjelajah samudera ini dilindungi dalam P106 Men-LHK Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Keberadaan penyu belimbing terancam oleh polusi plastik di laut, pembabatan mangrove di kawasan pantai peneluran, hingga kerap menjadi tangkapan sampingan (bycatch) oleh para nelayan yang melakukan aktivitas perikanan tangkap yang tidak berkelanjutan.

Pantai Jeen Womom dan Pantai Wormon yang berada di kepala burung Pulau Papua disinyalir menduduki posisi ketiga sebagai lokasi peneluran penyu belimbing, setelah Papua Nugini dan Kosta Rika. 

Baca Juga: Tanam Sagu, Tanam Masa Depan

Berdasarkan dokumen Rencana Pengelolaan dan Zonasi Taman Pesisir Jeen Womom tahun 2016-2035 yang diterbitkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tambrauw pada Juli 2016, selain menjadi habitat penting bagi penyu belimbing, Pantai Jeen Womom dan Pantai Wormon juga merupakan tempat hidup bagi tiga spesies penyu lainnya, di antaranya penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). 

Adanya ritual Menke Womom adalah pertanda dari betapa dekatnya hubungan Suku Abun, laut, dan penyu. Keberadaan penyu yang dianggap Dewa dalam adat dan budaya Suku Abun membawa dampak positif bagi kelestarian suku Abun di habitatnya. Hal ini dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu tahun, tercatat setidaknya 200 individu penyu yang bertelur di pantai ini dengan usia 15 hingga 30 tahun.

Menke Womom merupakan bagian dari cara Suku Abun beradat menjaga lautnya. Bila laut dan penyu lestari, kemakmuran manusia, termasuk suku Abun pun akan terjamin. Sudah saatnya kita mulai ambil bagian dalam pelestarian laut dan semua keanekaragaman hayati di dalamnya. Sampaikan pesan dukunganmu dalam pelestarian laut Indonesia melalui info.econusa.id/dukungparadise sekarang!

Editor: Nur Alfiyah, Leo Wahyudi, Lutfy Putra

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved