
Kampung Takar, yang terletak di Kabupaten Sarmi, Papua, dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil kopra dengan potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah. Komoditas utama masyarakat di kampung ini adalah kelapa, yang telah diolah menjadi kopra sejak akhir tahun 1970-an. Produk ini menjadi sumber penghidupan utama dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.
Potensi Usaha Kopra di Kampung Takar
Masyarakat menjual kopra dengan harga Rp600 per kilogram pada akhir 1970-an. Hingga kini, pekerjaan sebagai petani kopra masih dijalankan secara turun-temurun. Menurut para petani, hasil dari penjualan kopra mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka, bahkan membiayai pendidikan anak-anak mereka.
Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah keterbatasan akses transportasi dan pasar. Untuk mengatasi hal ini, Yayasan EcoNusa sejak tahun 2024 turut mendampingi masyarakat dalam memasarkan hasil kopra mereka. Pendampingan ini bertujuan membuka akses pasar yang lebih luas dan meningkatkan nilai jual produk kopra secara berkelanjutan. Baca Juga: Kelapa Nabire, Komoditas Bernilai Tinggi dari Pesisir Papua
Tantangan Literasi Keuangan di Kalangan Petani Kopra
Di balik kekuatan tradisi dan pengalaman, masih terdapat kelemahan dalam aspek pengelolaan keuangan usaha kopra. Banyak petani belum terbiasa mencatat pemasukan dan pengeluaran, sehingga kesulitan mengetahui keuntungan bersih serta menyusun perencanaan keuangan jangka panjang.
Kurangnya literasi keuangan ini menjadi penghambat dalam mencapai kemandirian ekonomi masyarakat kampung.
Pelatihan Literasi Keuangan oleh Yayasan EcoNusa
Sebagai upaya memperkuat kapasitas petani, pelatihan literasi keuangan di Kampung Takar diselenggarakan pada 6 Mei 2025 oleh Yayasan EcoNusa. Pelatihan ini diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari masyarakat dan perwakilan organisasi lokal. Baca Juga: Konsolidasi Pengembangan Usaha Berbasis Masyarakat Lokal di Kawasan Timur Indonesia
Pelatihan ini membahas:
- Konsep dasar perencanaan keuangan pribadi dan usaha
- Cara mencatat pemasukan dan pengeluaran secara teratur
- Strategi pengelolaan utang dan perlindungan finansial
- Praktik menyusun rencana keuangan sederhana untuk usaha kopra
Wawasan dan Harapan dari Pelatihan
Diskusi selama pelatihan menyoroti beberapa poin penting terkait usaha kopra di Kampung Takar:
- Kepemilikan kebun kelapa masih bersifat keluarga besar dan diwariskan secara adat.
- Panen dilakukan bergilir, dan hasilnya dibagi rata sesuai kesepakatan adat.
- Beberapa petani harus membeli kelapa dari luar untuk memenuhi kebutuhan produksi, yang memerlukan modal dan biaya transportasi tambahan.
- Pencatatan keuangan usaha masih menjadi kelemahan utama.
Salah satu peserta, Simon Sawefkoy, menyampaikan,
“Kami ikuti pelatihan ini untuk memahami lebih dalam soal usaha kopra. Hasilnya cukup untuk kebutuhan kami, tapi masalah kami ada di pengelolaan uang—terutama pengeluaran.”
Menuju Kemandirian Ekonomi Petani Kopra Papua
Direktur Keuangan dan Operasional Yayasan EcoNusa, Etik Meiwati, menegaskan pentingnya semangat kolaborasi dalam program ini. Ia menyampaikan:
“Kami semangat melihat keterlibatan bapak dan ibu dalam pelatihan ini. Harapan kami, kegiatan seperti ini bisa menjadi langkah awal membangun masyarakat Papua yang lebih mandiri secara ekonomi.”
Melalui pelatihan ini, diharapkan para petani kopra di Kampung Takar mampu meningkatkan keterampilan keuangan mereka, memperkuat usaha secara efisien, dan menciptakan masa depan yang lebih sejahtera dan berkelanjutan.