Ekosistem mangrove punya peran penting bagi lingkungan, seperti melindungi pantai dari abrasi, habitat bagi hewan misalnya ikan dan burung, mampu menyimpan karbon sehingga mengurangi dampak krisis iklim, menyerap polutan yang ada di air laut, serta mendukung perekonomian masyarakat melalui pariwisata dan penangkapan ikan. Namun ekosistem tersebut banyak yang hilang akibat alih fungsi lahan menjadi tambak, kawasan industri, maupun perumahan warga.
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia memiliki luas hutan mangrove sampai 3,3 juta hektare dan menjadi yang terbesar di dunia. Data Badan Restorasi Gambut dan Mangrove menyebutkan bahwa sekitar 931 ribu hektare hutan mangrove perlu direhabilitasi.
Untuk mempercepat pelestarian ekosistem mangrove, Kwarnas Gerakan Pramuka dan Yayasan EcoNusa berkolaborasi membuat mangrove badge sebagai bagian dari Tanda Kecakapan Khusus bagi anggota Pramuka di semua tingkatan. Setelah melewati proses penyusunan buku modul, panduan, dan buku saku, mangrove badge tersebut disosialisasikan di Workshop Mangrove Badge Challenge di depan 40 kakak pembina Pramuka Ambon di Gedung PKK Provinsi Maluku pada Jumat, 6 Oktober 2023.
“Mangrove badge challenge merupakan tindak lanjut dari MoU (nota kesepahaman) antara Yayasan EcoNusa dengan Kwarnas Gerakan Pramuka pada 2022. Dengan harapan adik-adik Pramuka dengan jumlah yang begitu banyak dapat melakukan aksi besar untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui mangrove badge ini,” kata Gadri Attamimi, Kepala Kantor EcoNusa Kepulauan Maluku. Organisasi Kepanduan Dunia (WOSM) mencatat bahwa pada 2021 Indonesia merupakan negara dengan jumlah anggota pramuka terbanyak dunia, yaitu 25,27 juta anggota.
Baca Juga: EcoNusa dan Kwarnas Pramuka Berkolaborasi Ciptakan Pemimpin Peduli Lingkungan
Anggota Komisi Pengabdian Masyarakat Kwarnas Gerakan Pramuka, Saul R.J. Saleky, mengatakan bahwa mangrove badge challenge merupakan bagian dari upaya melestarikan lingkungan hidup yang menjadi salah satu tujuan Gerakan Pramuka.
Menurut dia, ada beberapa tujuan diadakannya mangrove badge challenge. Di antaranya mendorong anggota Pramuka sebagai generasi muda agar memiliki pengetahuan tentang mangrove, memahami peran pentingnya dalam mengurangi dampak krisis iklim, memahami bagaimana konteks lokal dari setiap daerah dalam menjaga ekosistem mangrove, dan menginisiasi anak muda untuk bergerak dalam skala yang masif serta mengadvokasi isu perlindungan mangrove.
“Mangrove badge challenge ini akan diberikan kepada anggota Pramuka mulai dari tingkat Siaga hingga Pandega dengan target yaitu dari Indonesia untuk dunia yang lebih baik,” katanya.
Saul menambahkan usai workshop dilakukan aka nada uji coba mengrove badge challenge. Selain di Provinsi Maluku, uji coba juga akan dilakukan di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Setelah percobaan berhasil, mangrove badge challenge akan diimplementasikan di seluruh Indonesia pada 2024-2025. Kwarnas Gerakan Pramuka merencanakan akan mengajukan tantangan tersebut ke tingkat dunia melalui beberapa tahap pada 2025 hingga 2028.
Baca Juga: Kolaborasi EcoNusa dan Pramuka untuk Lingkungan Berkelanjutan
“Setelah kegiatan ini para kakak pembina diharapkan untuk mensosialisasikan ke anggota Gudep bahwa anggota perlu melakukan aktivitas sesuai buku saku, mempublikasikan aktivitasnya di media sosial pribadi atau Gudep dengan menggunakan hashtag #mangrovebadge #mangrovebadgechallenge, dan melaporkan aktivitasnya ke www.scout.org,” ujarnya.
Saiful Alianmaskati, Sekretaris Kwarda Provinsi Maluku, berharap mangrove bagde challenge ini dapat berjalan sesuai rencana sehingga upaya Pramuka untuk ikut serta dalam pelestarian mangrove bisa terwujud.
“Kami harap kedepannya adik-adik Pramuka dapat berperan aktif untuk menyukseskan pelaksanaan mangrove badge challenge. Besar harapan kami agar adik-adik dapat memahami dan paham untuk melakukan aksi pelestarian lingkungan,” tuturnya.
Editor: Nur Alfiyah