Beberapa bulan terakhir ini, pandemi Covid-19 menghentikan hampir seluruh aktivitas manusia. Sayang, absennya aktivitas manusia itu seolah tak mampu membendung kerusakan hutan-hutan Indonesia. Meski Pembatasan Sosial Berskala Besar diterapkan di berbagai wilayah guna menekan penyebaran Covid-19, faktanya pembukaan hutan, penebangan, dan kebakaran di kawasan hutan Indonesia terus terjadi tanpa henti.
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (GAKKUM KLHK) mencatat, sejak Maret 2020 berbagai gangguan kerusakan hutan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia, dari Pulau Sumatera hingga Pulau Papua. Penebangan ilegal dan pembukaan lahan hutan menjadi kasus yang mendominasi. Kebakaran hutan pun menjadi ancaman serius. Menurut BNPB, ada 253 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia hingga Agustus 2020. Sedangkan data dari Global Land Analysis and Discovery Laboratory University of Maryland yang dianalisis Greenpeace memaparkan, dalam 20 minggu pertama tahun 2020, persentase hilangnya hutan Indonesia meningkat 50% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 silam.
Di Tanah Papua sendiri, pantauan tim riset EcoNusa melalui interpretasi citra landsat dan sentinel mengidentifikasi ada 1.669 hektar hutan yang hilang selama Januari – Juni 2020 atau setara 2.225 kali lapangan sepak bola akibat alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit. Lokasi pembukaan hutan tersebar di Merauke, Fakfak, dan Manokwari. Akibat hilangnya tegakan hutan tersebut, sebanyak 288.462 tonC cadangan karbon terlepas di atmosfer.
Tak dapat dipungkiri, kebijakan pro investasi, ekspansi industri, serta pembangunan infrastruktur menjadi ancaman nyata terhadap keutuhan hutan seluas 42,48 juta hektar ( 2018) di Tanah Papua. Meski diyakini meningkatkan perkembangan ekonomi, hilangnya hutan-hutan di Tanah Papua nyatanya membawa kerugian yang tak ternilai. Termasuk masyarakat adat yang terpaksa harus kehilangan hutan-hutan di wilayah adatnya yang menjadi tempat mereka untuk menggantungkan hidup.
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan mengatakan, saat ini di Provinsi Papua Barat terus menghadapi ancaman kerusakan hutan yang serius akibat aktivitas pembangunan yang tak terkontrol. Illegal logging dan alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan sawit menjadi isu utamanya. Padahal, hutan di Tanah Papua menyimpan keanekaragaman hayati dengan endemisitas tinggi, serta turut berkontribusi sebagai penyeimbang iklim dunia dan paru-paru dunia yang menyediakan oksigen untuk nafas kehidupan di muka bumi.
Hutan-hutan di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku luas hutannya mencapai 38% dari total hutan Indonesia yang tersisa saat ini. Sebagai bagian dari upaya menjaga masa depan hutan Indonesia, Yayasan EcoNusa berkolaborasi dengan para musisi Indonesia menggelar Konser Hutan Merdeka #BeradatJagaHutan pada 29 Agustus 2020 untuk menggalang dukungan dan kesadaran masyarakat, terutama generasi muda agar turut ambil bagian menjaga hutan.
Pada pertunjukan musik yang juga digelar dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-75 ini, seruan dan ajakan menjaga hutan digaungkan oleh musisi-musisi Indonesia. Lagu-lagu bertema lingkungan hidup dinyanyikan oleh SLANK, Barasuara, Iwa K, Ipang, Hindia serta penyanyi asal Tanah Papua, Nowela dan Michael Jakarimilena. Turut mengisi acara pula, seniman-seniman asal Indonesia Timur, yakni Bengkel Mambriben dan Molucca Bamboowind Orchestra.
Iwa K yang tampil duet bersama Ipang sepakat bahwa adat manapun mengajarkan kita untuk menjaga lingkungan. Keduanya juga berpesan, agar generasi sekarang jangan dikatakan sebagai generasi yang tidak tahu adat karena tak tahu cara menjaga hutan.
“Jangan sampai hutan Indonesia hanya tinggal cerita seperti dongeng naga bagi anak cucu kita. Hanya mengenal dari ceritanya saja tanpa pernah melihatnya,” tutur Iwa.
Band SLANK yang telah berkarya selama 37 tahun dan aktif menyuarakan isu lingkungan hidup melalui lagu pun menantang anak-anak muda Indonesia untuk melakukan aksi nyata pelestarian lingkungan. Kaka SLANK juga menuturkan, hutan-hutan di Indonesia Timur yang menjadi benteng terakhir masa depan hutan Indonesia harus tetap diprioritaskan kelestariannya, meski Indonesia Timur sedang dalam pembangunan yang amat pesat.
“Hutan adalah rumah bagi semua yang hidup. Hutan adalah nafas bagi dunia. Hutan adalah nyawa bagi manusia. Karena kita masih belum mau kehilangan nyawa, kalo lo beradat seharusnya lo punya adab! Let’s take care of our forest!” seru Kaka SLANK di sela-sela penampilannya.
Acara yang dipandu Nirina Zubir dan Teuku Zacky ini juga mengajak masyarakat untuk melindungi masyarakat adat di sekitar hutan yang terdampak Covid-19. Masyarakat adat menjadi garda terdepan terhadap perlindungan hutan karena mereka para penjaga yang mampu melindungi hutan dengan kearifan lokal yang diwariskan turun temurun. Masyarakat adat juga paling rentan tertular Covid-19 karena pola hidup yang komunal dan saling bergantung pada anggota komunitasnya.
Baca juga: Covid-19 dan Perlindungan Terhadap Masyarakat Adat Tanah Papua
“Saya mengajak seluruh kawan untuk mendukung masyarakat adat yang hidup di hutan untuk menjaga hutannya, terutama di situasi Covid-19 ini. Mereka garda terdepan (dalam menjaga hutan), butuh bantuan dan support kita untuk memerangi Covid-19,” ungkap Bustar Maitar, CEO EcoNusa, dalam sambutannya di Konser Hutan Merdeka yang ditayangkan live melalui Youtube EcoNusa TV, Narasi, dan Republika tersebut.
Penggalangan dana untuk masyarakat adat pun dibuka hingga 30 Oktober 2020 melalui kitabisa.com/bakudukungcegahcovid. Seluruh dana yang terkumpul akan disalurkan kepada masyarakat adat di sekitar hutan yang terdampak Covid-19, baik dari segi kesehatan maupun segi perekonomian yang terpuruk akibat pandemi dan tenaga medis di Tanah Papua dan Kepulauan Maluku.
Di tengah pandemi yang serba sulit ini, mari kita bergotong-royong menjaga hutan Indonesia dan melindungi masyarakat adat. Demi hijaunya hutan-hutan Indonesia sebagai negeri Zamrud Khatulistiwa, demi jiwa kita sebagai bangsa Indonesia, dan demi nafas kehidupan kita sebagai manusia, saatnya kita #beradatjagahutan. Karena tanpa hutan, nafas kehidupan pun tak akan pernah ada. Seperti halnya yang disampaikan oleh Dominggus Mandacan dalam sambutannya di sela-sela Konser Merdeka #BeradatJagaHutan, “Kita jaga hutan. Hutan jaga kita. Kita jaga NKRI. NKRI jaga kita.”
Editor: Leo Wahyudi