Ketika kita bicara soal tekanan terhadap lingkungan hidup sekarang ini, situasinya sudah semakin berat. Misalnya, deforestasi masih terjadi di Indonesia. Bahkan, Indonesia masuk dalam 5 negara teratas yang paling banyak kehilangan area hutan selama dua dekade terakhir. Belum lagi, praktik penangkapan ikan berlebih masih marak terjadi. Menurut Global Index Fishing Watch 2021, stok perikanan terancam pada masa depan dan ini butuh 30 tahun untuk memulihkan stok ikan. Belum lagi persoalan-persoalan sampah plastik, degradasi mangrove, rusak dan memutihnya terumbu karang. Semua ini memperparah dampak krisis iklim.
Baca juga: Aku Berdigital, Maka Aku Ada
Upaya untuk meringankan tekanan terhadap lingkungan tidak bisa dilakukan sendirian. Perlu kolaborasi dalam membangun gerakan perlindungan dan kampanye praktik baik untuk menjaga kelestarian hutan dan laut. Hal ini mendorong EcoNusa untuk melakukan pendekatan terhadap lembaga, komunitas, dan organisasi untuk membangun jejaring demi pelestarian lingkungan hidup. Hal ini juga membawa narasi positif tentang Indonesia bagian Timur yang tingkat biodiversitasnya masih tinggi dan sebagai ‘benteng terakhir kekayaan alam Indonesia’.
“Inklusifitas gerakan mutlak diperlukan untuk penguatan kampanye dan aksi-aksi nyata. Hal ini yang menurut Econusa perlu mengajak Gerakan Pramuka untuk berkolaborasi dalam kegiatan-kegiatan yang menyangkut persoalan lingkungan,” kata Rina Kusuma yang mewakili EcoNusa dalam pertemuan EcoNusa dan Pramuka di acara Rapat Kerja Evaluasi Revitalisasi Gerakan Pramuka Tahun 2022 pada 24 – 26 Januari 2022.
Pramuka menjadi organisasi pendidikan nonformal yang beranggotakan dari kawan-kawan muda. Pramuka, kepanjangan dari Praja Muda Karana, berarti orang muda yang suka berkarya. Keanggotaan Pramuka terdiri dari Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun), dan Pramuka Pandega (21-25 tahun).
Baca juga: Nasib Demokrasi dan Lingkungan di Tangan Pemuda
“Kami menyambut baik kolaborasi dengan EcoNusa karena sejalan dengan tujuan di Pramuka terutama dalam pengabdian masyarakat dan lingkungan,” kata Saul RJ Saleky yang mewakili Bidang Pengabdian Masyarakat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Pengabdian masyarakat atau yang biasa disebut dengan “Abdimas” pada tubuh Pramuka merupakan titik awal komitmennya terhadap lingkungan. Selain itu, Pramuka sangat dekat dengan alam dalam setiap kegiatan-kegiatan kepanduannya.
“ini bisa disinergikan dengan kampanye-kampanye yang dilakukan bersama Econusa. Sinergitas terletak pada irisan kegiatan EcoNusa, yaitu perlindungan hutan dan laut, agar tetap lestari serta upaya untuk mempromosikan praktik baik yang dilakukan oleh masyarakat adat dalam mengelola sumber daya alamnya,” lanjut Rina. Selain itu, kolaborasi dan sinergi ini dapat membangun rasa kepedulian dan kesadaran anak muda dalam menjaga hutan dan laut melalui satu kesatuan gerakan kepemudaan dari Pramuka dan EcoNusa.
Baca juga: Anak Muda, Kunci Keberhasilan Lingkungan di Namatota
Harapannya, kolaborasi antara EcoNusa dan Pramuka akan meningkatkan gerakan anak muda dalam menjaga kelestarian hutan dan laut melalui kampanye dan aksi nyata yang melibatkan berbagai elemen masyarakat yang oleh anak muda. Mereka menjadi ‘Agent of change’ atau agen perubahan yang menjadi garda terdepan dalam perlindungan sumber daya alam di Indonesia.
Editor: Leo Wahyudi & Lutfy Putra