Search
Close this search box.
EcoStory

Anak Muda, Kunci Keberhasilan Lingkungan di Namatota

Bagikan Tulisan
Lomba menyusun saampah terpanjang sebagai upaya mengenalkan kebersihan lingkungan kepada warga Namatota. (Yayasan EcoNusa/Alan Mahami Ambrau)

Kabupaten Kaimana terkenal akan keindahan alamnya. Wilayahnya didominasi oleh perairan yang berhadapan langsung dengan Laut Arafuru. Salah satu kampung yang keindahannya tak perlu diragukan lagi adalah Namatota, yang disebut-sebut sebagai hidden gem-nya Kaimana. Pada 2021, kampung tersebut masuk dalam 300 besar pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia. 

Kampung Namatota berjarak sekitar sejam berperahu dari Kota Kaimana. Ada banyak potensi wisata alam dan sejarah yang terdapat di kampung tersebut, juga di pulau-pulau di sekitarnya. Untuk wisata alam, Kampung Namatota dikelilingi oleh pantai yang cantik. Di pantai sebelah timur, kita bisa menikmati matahari terbit. Sunrise juga bisa dinikmati di daerah perbukitan yang dekat dengan pemukiman. Sedangkan di pantai barat, ada dermaga dan gazebo yang biasa dijadikan tempat bersantai sambil menikmati matahari tenggelam. Sunset juga bisa dilihat dari Pantai Erana yang berpasir putih dan halus. 

Meskipun memiliki potensi destinasi wisata yang menarik, ternyata  Namatota masih bermasalah dengan banyaknya sampah. Selain sampah yang dibuang masyarakat setempat, banyak sampah yang merupakan kiriman dari wilayah lain.

Baca juga: Warga Waimon Ingin Kelola Udang di Pulau Bambu

Namatota adalah pintu masuk ke Teluk Triton, banyak sampah yang masuk mengikuti arus air dari Kaimana dan kampung di sekitarnya sehingga memenuhi sepanjang pesisir pantai. Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk membersihkan sampah masih kurang. Masyarakat masih membuang sampah sembarangan dan menganggap bahwa keberadaan sampah adalah hal yang biasa. Akibatnya sampah ikut memenuhi permukaan laut dan permukaan pantai.

Sebagian masyarakat masih berpikir bahwa membersihkan pantai diberi upah atau digaji oleh pemerintah kampung. Selain itu, perbedaan pandangan politik pasca  Pemilihan Bupati Kaimana pada Desember 2020 juga mempengaruhi kehidupan dan cara pandang masyarakat.  “Jadi ada kesan masyarakat pemenang pemilu tidak terlalu peduli dengan kebersihan pantai, karena menganggap itu menjadi tanggung jawab pemerintah kampung dan masyarakat yang kalah dalam pemilu,” kata Alosius Numberi, Kepala Kantor Wilayah EcoNusa untuk Kaimana. 

Hal ini membuat masyarakat tidak peduli terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Pemerintah kampung menaruh perhatian terhadap isu ini. Tapi pemerintah kampung mengalami kesulitan ketika mengajak masyarakat untuk membersihkan pantai Namatota dan sekitarnya. 

Baca juga: Nasib Demokrasi dan Lingkungan di Tangan Pemuda

“Hal lainnya yang menjadi masalah adalah belum ada TPA (tempat pembuangan akhir) yang disepakati bersama, sehingga masyarakat masih membuang sampah ke laut,” lanjut Alosius. 

Melihat kondisi tersebut, perlu dicari solusi untuk membangun kesadaran masyarakat agar menjaga lingkungan dan kelestariannya. Kuncinya adalah generasi muda. EcoNusa lalu berinisiatif untuk mengajak anak-anak di kampung untuk mulai membersihkan lingkungan. Pendekatan yang digunakan adalah dengan mengajak para anak muda untuk belajar tentang lingkungan, termasuk persoalan sampah. 

Kegiatan ini diadakan pada Desember 2021. Ada sekitar 40 anak sekolah dasar yang berkumpul di pinggir pantai. Mereka lalu dibagi ke dalam beberapa kelompok. Anak-anak diajak untuk berkompetisi membersihkan sampah pantai. Mereka pun bersemangat melakukan bersih sampah termasuk memilah sampah plastik dan sampah organik. 

Baca juga: Pulau Raimuti, Pulau Indah di Ambang Tenggelam

Dengan kegiatan semacam itu, generasi muda belajar langsung dari lingkungan dan melihat bagaimana dampak sampah terhadap lingkungan. Kegiatan ini ternyata telah memancing masyarakat lain untuk ikut membersihkan sampah pantai di hari-hari selanjutnya. “Paling tidak kesadaran lingkungan itu sudah mulai ditanamkan ke generasi muda,” kata Alosius. 

Ternyata persoalan sampah di Kaimana juga sudah menjadi perhatian pemerintah daerah. Pada Juni 2021, Bupati Kaimana Freddy Thie membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Persampahan Terpadu. Tujuannya agar Kaimana ke depan akan menjadi daerah yang bersih atau Kaimana Nol Sampah. Hal ini juga perlu disertai dengan pemahaman kepada masyarakat terkait lingkungan. 

Freddy juga mengingatkan semua pihak bahwa pantai harus dijaga kebersihan dan keindahannya sehingga sampah di Kaimana harus dikelola dengan baik. “Kalau kita mengakui secara jujur, di pantai-pantai kita ini masih banyak sampah plastik yang kalau kita biarkan akan merusak kehidupan di laut,” kata Freddy seperti dilansir situs resmi Kabupaten Kaimana.

Editor: Leo Wahyudi & Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved