EcoStory

Kelapa Nabire, Komoditas Bernilai Tinggi dari Pesisir Papua

Bagikan Tulisan
Jenis kelapa dalam yang berdaging tebal banyak ditanam di Nabire. (Yayasan EcoNusa/ Jeane Marien)

Kabupaten Nabire yang terletak di pesisir utara Papua Tengah bukan hanya dianugerahi keindahan alam dan laut yang melimpah, tetapi juga potensi agribisnis yang kuat, salah satunya adalah kelapa. Kelapa di Nabire bukan sekadar tanaman perkebunan, tetapi komoditas strategis bernilai ekonomi tinggi yang menopang kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kelapa tumbuh subur di berbagai wilayah, terutama di Distrik Makimi, Moora, Yaur, serta pulau-pulau seperti Mambor, Nariki, dan Hariti. Didominasi oleh jenis kelapa dalam, pohon-pohon ini telah ditanam secara turun-temurun dan dikelola secara tradisional oleh masyarakat lokal. Uniknya, buah kelapa dari Nabire dikenal memiliki daging tebal dan berkualitas tinggi, menjadikannya sangat cocok untuk pembuatan kopra, minyak kelapa, dan produk turunan lainnya.

Bagi masyarakat Nabire di wilayah pesisir, kelapa adalah sumber pendapatan utama yang menopang ekonomi keluarga. Selain dijual dalam bentuk buah segar dan air kelapa segar, kelapa diolah menjadi kopra yang menjadi bahan baku industri minyak, serta minyak kelapa murni (VCO). Limbah tempurung kelapanya diolah menjadi briket, dan sabut kelapanya digunakan sebagai bahan kerajinan ataupun media tanam. Setiap bagian kelapa dimanfaatkan, menjadikan tanaman ini komoditas multifungsi yang berkelanjutan.

Baca Juga: Kopra Kaimana Didistribusikan ke Pasar Nasional

Dalam upaya meningkatkan nilai tambah kelapa, pemerintah dan masyarakat mulai mengembangkan produksi kopra secara lebih terorganisir dan profesional. Pada 2024, target produksi mencapai 20 ton kopra per bulan, dengan melibatkan lebih dari 300 petani dari 16 titik lokasi produksi. Sentra pengolahan utama berada di Kampung Worbak, Distrik Makimi yang dikelola oleh Koperasi Sisandei Maju Bersama. Kopra dari Nabire tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga dikirim ke kota-kota besar seperti Palu dan Surabaya, membuka peluang ekspor dan memperluas jaringan distribusi. EcoNusa juga bekerja sama dengan Koperasi Sisandei Maju Bersama untuk membeli kopra yang diproduksi oleh masyarakat sejak November 2024. Sebanyak 12 ton kopra dari masyarakat telah dikirim ke Surabaya. 

Selain bekerja sama dengan beberapa pabrik untuk pengiriman kopra, penjualan briket, dan coco fiber sabut kelapa, Koperasi Sisandei Maju Bersama bahkan telah melakukan penjajakan kerja sama dengan pabrik yang berlokasi di Yogyakarta untuk produksi dan pengiriman kecap. ”Kami coba kerjasama dengan pabrik di Jogja untuk produksi kecap dari air kelapa. Untuk kemasannya juga dibuat disana,” terang Moses Manuaron, pengelola Koperasi Sisandei Maju Bersama saat ditemui di Kampung Worbak.

Baca Juga: Membangkitkan Kembali Kejayaan Kakao di Kampung Konderjan

Salah satu kekuatan dari sistem pengelolaan kelapa di Nabire adalah pendekatannya yang ramah lingkungan. Dalam proses pengolahan kopra, limbah tempurung kelapa diubah menjadi briket, yang menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Sabut kelapanya juga dimanfaatkan. Ini sejalan dengan prinsip ekonomi hijau, di mana seluruh bagian kelapa digunakan secara optimal. Tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, pengolahan limbah ini juga membuka peluang usaha baru dan lapangan kerja lokal, terutama bagi anak muda dan ibu rumah tangga di kampung-kampung pesisir.

Keberhasilan pengembangan kelapa sebagai komoditas unggulan tidak lepas dari sinergi berbagai pihak, antara lain Pemerintah Kabupaten Nabire melalui pendanaan dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Daerah, lembaga swadaya masyarakat sebagai mitra pembangunan, lembaga teknis seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, dan Dinas Perindustrian. Kolaborasi ini tidak hanya memberikan dukungan infrastruktur dan teknologi, tetapi juga membuka akses petani terhadap pelatihan, pembiayaan, dan pasar.

Kelapa telah terbukti menjadi komoditas bernilai tinggi yang tidak hanya memberi manfaat ekonomi langsung kepada petani, tetapi juga mampu mendorong transformasi ekonomi lokal ke arah yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan modern.

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved