Di penghujung tahun 2021, ada banyak catatan yang layak dijadikan refleksi bagi kami yang ingin selalu berada di tengah masyarakat di timur Indonesia.
Saat Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 di Papua pada Oktober 2021, Presiden Joko Widodo menyebut Tanah Papua sebagai sebuah surga kecil yang diturunkan ke Bumi. Pekan olahraga dan ungkapan Presiden Jokowi tentang Tanah Papua tersebut sangat bermakna bagi kami di EcoNusa.
Meski di tengah pandemi, kami ingin terus bergerak. Langkah kami mau tak mau harus lincah agar tetap relevan. Mungkin kami seperti pelari yang sedang berlomba untuk meraih kemenangan. Kami berkejaran dengan rival-rival kami yang juga berlari untuk dapat membabat hutan dan merampas hasil lautan di timur Indonesia yang tersisa. Kami ingin agar kepingan surga kecil itu tetap ada dan bermanfaat bagi si empunya, yaitu masyarakat adatnya.
Ketika pemerintah daerah di Papua Barat berhasil memberikan sanksi dan bahkan mencabut konsesi perusahaan sawit seluas sekitar 346.000 hektare, ini terus terang memberi kelegaan. Ini merupakan kerja bersama pemerintah di Papua Barat, terutama di Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Teluk Bintuni, Fakfak, Teluk Wondama, dan Manokwari Selatan yang mengevaluasi perizinan dari 24 perusahaan perkebunan dengan luas konsesi 682.074 hektare.
Kami menutup tahun 2021 dengan kabar gembira ketika Bupati Sorong yang berani berpihak pada kepentingan masyarakat adat dengan keputusannya untuk mencabut izin usaha perkebunan sawit memenangkan gugatan perusahaan perkebunan yang dicabut izinnya di Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura. Paling tidak, kami melihat bahwa ada ribuan hektare lahan yang akan dikembalikan kepada pemiliknya, yaitu masyarakat adat, agar bisa dikelola sesuai dengan budaya dan kearifan lokalnya. Itu mimpi kami.
Ketika mengawali tahun baru 2022, kami mendapat kabar gembira lagi. Kabar gembira ini datang dari Istana Kepresidenan Bogor pada 6 Januari 2022 ketika Presiden Joko Widodo dengan tegas memerintahkan untuk mencabut 2.078 izin perusahaan pertambangan mineral dan batu bara, 192 izin sektor kehutanan seluas 3,1 juta hektare, dan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan yang terlantar seluas 34.448 hektare. Izin-izin itu menyandera pemanfaatan sumber daya alam yang seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Mendapat kabar ini, saya langsung mengirim pesan pendek kepada Ibu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, untuk mengucapkan selamat atas langkah yang telah diambil pemerintah. Bagi saya, ini bagaikan sebuah awal kemenangan masyarakat adat karena akan memperoleh kembali haknya untuk mengelola tanah dan sumber daya alamnya.
EcoNusa menyambut baik langkah Presiden Jokowi. Ini adalah langkah tepat yang dilakukan pemerintah, karena izin-izin yang bermasalah itu merugikan negara, mengancam keberlangsungan hutan, dan mengesampingkan hak-hak masyarakat adat. Saya yakin masih banyak lagi izin-izin yang bermasalah yang merampas hak-hak masyarakat adat. Pemerintah harus melakukan evaluasi perizinan lebih menyeluruh, tidak hanya izin-izin perkebunan sawit, tetapi juga hak pengusahaan hutan (HPH), hutan tanaman industri (HTI), dan pertambangan yang melanggar.
Terlepas dari kabar-kabar baik itu, kami sadar bahwa perjuangan masih panjang. Kami tidak bisa duduk diam, tersenyum dengan dagu tegak. Masih ada segudang pekerjaan rumah yang harus dilakukan bersama. Tapi, komitmen dan aksi nyata dari pemerintah pusat dan daerah untuk menyelamatkan lahan menjadi spirit booster, pemompa semangat bagi kami untuk terus bergerak dan bangkit demi menyelamatkan bumi dan masyarakatnya.
Momentum pencabutan izin oleh Presiden Jokowi ini harus diikuti dengan upaya pengakuan hak-hak masyarakat adat dan memaksimalkan potensi dan peran masyarakat adat untuk penguatan ekonomi masyarakat. Bukan malah dialokasikan lagi untuk pemberian izin lainnya.
Semoga kabar akhir tahun dan awal tahun ini juga menginsipirasi para pemimpin daerah lain untuk berani bersikap dan berpihak pada masyarakat dan lingkungan, apalagi di tengah gempuran krisis iklim yang makin terasa akhir-akhir ini.
Semoga semesta menuntun langkah baik kita semua.
Bustar Maitar