Search
Close this search box.
EcoStory

Idul Fitri di Tanah Papua, Tak Mengadakan Tradisi Pawai Silaturahmi Karena Pandemi

Bagikan Tulisan
Umat Muslim di Kabupaten Kaimana sesaat setelah melakukan shalat Ied di Masjid Nurul Falah. Shalat Ied dilakukan terbatas dengan memenuhi protokol kesehatan, yakni memakai masker dan menjaga jarak(Yayasan EcoNusa/Zein Farisa)

Sejak beberapa pekan sebelum Idul Fitri tiba, Pemerintah Daerah di Provinsi Papua dan Papua Barat telah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan berbagai tradisi perayaan Idul Fitri yang biasanya digelar meriah. Tujuannya untuk mencegah penyebaran Covid-19 di bumi Cenderawasih. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, Idul Fitri di Tanah Papua tak mengadakan tradisi pawai silaturahmi karena pandemi.

Alih-alih melakukan tradisi lebaran tersebut, pemerintah menginstruksikan masyarakat untuk tinggal di rumah agar tak semakin banyak yang tertular Covid-19. Tradisi  pawai silaturahmi keliling atau yang kerap disebut tradisi Hadrat telah dilakukan masyarakat Papua secara turun temurun. Tapi tahun ini absen karena pandemi. Demikian juga dengan takbir keliling di malam Idul Fitri, saling berkunjung ke rumah rekan dan keluarga, serta mudik ke kampung halaman tidak dilakukan karena pandemi. 

Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, masyarakat di Tanah Papua, seperti di Kaimana, Papua Barat, selalu melakukan tradisi pawai silaturahmi Hadrat dari satu kampung ke kampung lain sambil memainkan rebana dan menari bersama. Sambil berpawai, rombongan menikmati sajian yang telah dihidangkan di depan rumah-rumah penduduk. Dalam tradisi ini, masyarakat saling bermaaf-maafan dan bersilaturahmi. Tradisi serupa juga dilakukan masyarakat di Abepantai, Jayapura. Rombongan pawai bershalawat, menabuh rebana dan menari sambil bersilaturahmi. Tradisi tersebut merupakan wujud ikatan tali persaudaraan yang kuat antarmasyarakat di Tanah Papua. 

Tradisi Hadrat tak hanya diikuti oleh umat Islam saja, melainkan juga masyarakat beragama lain. Mereka berbaur untuk merayakan Idul Fitri dengan sukacita. Idul Fitri di Tanah Papua memang identik dengan nilai-nilai toleransi yang dijunjung tinggi. Tak hanya dalam momentum Idul Fitri saja, toleransi juga ditunjukkan masyarakat Papua dalam kehidupan sehari-hari. 

Menurut Ustadz Amiruddin Kamay, guru mengaji di Kampung Kambala, Kaimana, di daerahnya banyak keluarga yang satu marga tapi berlainan agama. Dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan itu tak menjadi halangan untuk saling peduli dan saling bantu. “Meski berlainan agama, kami hidup rukun dan tak pernah ada gesekan. Karena sesama manusia adalah satu keluarga dan harus dijaga kerukunan antarumat beragama, individu dan antarsuku bangsa,” kata Amiruddin.

Soal toleransi beragama di Tanah Papua juga diungkapkan Ustadz Zein Farisa. “Ketika Idul Fitri tiba, sanak keluarga dan tetangga yang beragama lain selalu datang bersilaturahmi. Banyak di antara kami yang satu keluarga tapi berbeda-beda keyakinan. Saat Idul Fitri, biasanya mereka ikut merayakan bersama-sama kami dalam tradisi pawai silaturahmi Hadrat. Ketika Natal tiba, gantian kami yang beragama Muslim ikut merayakan Natal. Tapi karena pandemi ini, tradisi pawai silaturahmi Hadrat ditiadakan untuk menjaga keselamatan dan mencegah penyebaran Covid-19,” tutur Zein yang merupakan tokoh agama di Bungsur, Kaimana, Papua Barat.   

Menurut Zein, masyarakat di Bungsur mengikuti himbauan pemerintah dan sepakat tidak menggelar tradisi Idul Fitri yang mengumpulkan banyak orang. Tak terkecuali tradisi pawai silaturahmi Hadrat. Tradisi takbir keliling juga tak dilakukan masyarakat pada malam Idul Fitri. Namun demikian, sholat Ied tetap diperbolehkan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, yaitu memakai masker dan menjaga jarak. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 di Tanah Papua yang kian meningkat.

Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus positif Covid-19 per 24 Mei 2020 di Provinsi Papua mencapai 556 kasus dan di Provinsi Papua Barat 130 kasus. Ada 6 angka kematian di Papua dan 2 di Papua Barat. Saat Idul Fitri, ada penambahan 62 kasus baru di Provinsi Papua sehingga berada di peringkat tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur. Sehari sebelum Idul Fitri, dikonfirmasi ada 26 tenaga medis di Provinsi Papua terpapar Covid-19 dan sedang menjalani perawatan. 

Zein menuturkan bahwa kegiatan ibadah di masjid tak melibatkan banyak orang. Usai sholat Ied langsung pulang ke rumah masing-masing demi keselamatan. Masyarakat juga ada yang beribadah di rumah. Sebagai gantinya, silaturahmi dilakukan melalui telepon dan pesan singkat. Keluarga dan kerabat berlainan agama juga turut mengucapkan selamat Idul Fitri. “Itu sudah lebih dari cukup untuk menjalin silaturahmi di tengah situasi ini. Semoga wabah ini segera berakhir. Semua masyarakat sehat dan selamat. Itu yang paling penting sekarang,” kata Zein yang melakukan sholat Ied di masjid Nurul Falah, Kaimana. 

Meski tahun ini Idul Fitri di Tanah Papua tidak ada tradisi pawai silaturahmi karena pandemi Covid-19, makna silaturahmi di Tanah Papua tak berkurang sejengkal pun. Toleransi tetap dikedepankan. Tak bertemu karena pandemi tak lantas membuat silaturahmi terputus.  Idul Fitri tahun ini memang tak biasa. Pintu rumah-rumah tertutup dan kita tidak saling mengunjungi. Namun, hati tetap terbuka untuk saling memaafkan dan menjalin silaturahmi.

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved