Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

EcoNusa Dukung Ketahanan Pangan Lokal Papua Barat

Bagikan Tulisan
Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan saat melakukan Pencanangan Ketahanan Pangan Kampung dengan Penanaman Pangan Lokal di Kampung Muari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Senin 11 Mei 2020. (Yayasan EcoNusa/Balitbangda Provinsi Papua Barat)

Pandemi COVID-19 ini tak hanya berdampak besar pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Tak terkecuali ketersediaan pangan di seluruh Indonesia, termasuk di Provinsi Papua Barat. 

Terganggunya produksi dan pendistribusian logistik bahan pangan akibat pembatasan sosial menjadi salah satu penyebab kian terbatasnya stok bahan pangan. Saat ini masyarakat Papua telah banyak yang beralih mengonsumsi beras sebagai makanan pokok dibandingkan bahan makanan lokal, seperti ubi, singkong, keladi, maupun sagu. 

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Papua Barat, Dominggus Mandacan, meminta masyarakat Papua Barat untuk dapat memanfaatkan lahan-lahan mereka dengan menanam berbagai jenis pangan lokal. Tujuannya untuk mengantisipasi krisis pangan yang mungkin terjadi akibat pandemi COVID-19.

Baca juga: Belajar Ketahanan Pangan dari Masyarakat Adat di Tanah Papua

Pernyataan tersebut disampaikan Dominggus di Kampung Muari, Distrik Oransbari, Kabupaten Manokwari Selatan, Senin 11 Mei 2020 lalu, saat melakukan Pencanangan Ketahanan Pangan Kampung dengan Penanaman Pangan Lokal. Acara ini terkait dengan ketersediaan logistik pangan masyarakat kampung guna mengantisipasi COVID-19 di Provinsi Papua Barat. Hal itu juga sebagai bukti bahwa Papua Barat memiliki lahan yang mampu menghasilkan bahan pangan secara mandiri bagi seluruh masyarakat Provinsi Papua Barat.

Di saat bersamaan, Dominggus juga melakukan panen padi sawah di Distrik Oransbari dan akan menjadikan Oransbari sebagai lumbung pangan dalam rangka menuju swasembada produksi beras. Distrik Oransbari dengan lahan sawah seluas 645 hektare ini diperkirakan akan menghasilkan beras sebesar 1.200 ton dalam sekali panen. 

“Mari kita jadikan Distrik Oransbari di Manokwari Selatan sebagai lumbung pangan, menuju Papua Barat swasembada produksi beras,” kata Dominggus dalam sambutannya.

Menurutnya, baik pangan lokal maupun padi sawah perlu dioptimalkan agar kebutuhan pangan tercukupi. Penguatan ketahanan pangan juga tak boleh terhenti pada penyediaan beras, namun juga memperkuat sumber pangan lokal. Jika keduanya dioptimalkan, Provinsi Papua Barat dapat ikut membantu pemerintah dalam penyediaan bahan pangan. 

Dengan memanfaatkan lahan di sekitar rumah untuk menanam bahan pangan lokal, masyarakat pun secara tak langsung telah membangun ketahanan diri atau resiliensi sehingga dapat menghasilkan bahan pangan secara mandiri. Artinya, daerah tidak tergantung dengan stok pangan dari pihak lain. Yang terpenting adalah tidak terjebak dalam kemiskinan akibat situasi yang tidak menentu seperti saat ini. 

Baca juga: Membangun Masyarakat Adaptif

Sementara itu, Yanuarius Anouw, Wakil Direktur Perkumpulan Bentara Papua, melalui diskusi daring “Membangun Resiliensi Warga” mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat di berbagai wilayah di Papua telah mulai melakukan kegiatan bertanam. Di Manokwari sendiri, masyarakat telah aktif menanam singkong, keladi, dan sayur-sayuran. Selain itu, mereka juga belajar pertanian organik, media tanam serta membuat pupuk organik. Sedangkan koperasi masyarakat dan kerja sama dengan komunitas masyarakat dimanfaatkan sebagai saluran untuk memasarkan hasil bumi tersebut.

Selain bertujuan membangun ketahanan masyarakat dalam hal pangan dan penghasilan, menurut Yanuarius, hal ini juga dilakukan untuk membangun semangat warga agar tetap produktif memanfaatkan lahan kosong dengan menghasilkan bahan pangan sendiri di tengah pandemi. 

Sebagai bentuk dukungan terhadap Provinsi Papua Barat dalam upayanya membangun ketahanan pangan lokal, Yayasan EcoNusa juga telah melakukan beberapa program bagi masyarakat Papua. Bersama mitra-mitranya, EcoNusa telah berupaya membangun jaringan komoditas lokal dan ketahanan pangan di tingkat masyarakat adat melalui pengembangan bisnis berbasis masyarakat dan strategi konektivitas pemasaran. 

EcoNusa turut serta mendorong pengelolaan komoditas lokal oleh masyarakat adat secara berkelanjutan dengan menjunjung prinsip kearifan tradisional, agar  kesejahteraan masyarakat tetap terjaga sekaligus memanfaatkan dan melindungi fungsi ekosistem hutan tropis dan laut. 

Baca juga: Jaringan Komoditas Lokal Masyarakat Adat

Pendampingan pengelolaan komoditas lokal, baik secara langsung dan tidak langsung juga telah dilakukan dengan menargetkan 150 inisiatif masyarakat lokal di Indonesia Timur. Diharapkan, pendampingan tersebut mampu memberikan keuntungan kepada lebih dari 1,5 juta masyarakat asli Papua dan Maluku. 

Bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan kampung, lembaga swadaya masyarakat, badan usaha milik kampung dan sektor swasta, EcoNusa ikut ambil bagian dalam mempromosikan pengelolaan komoditas lokal oleh masyarakat adat. EcoNusa juga menjembatani program-program pemerintah berbasis kampung, seperti program dana desa, perhutanan sosial serta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu, EcoNusa juga membangun jaringan pasokan komoditas lokal agar mencapai pemasaran yang lebih luas. Dengan demikian, komoditas lokal tak hanya mampu mencukupi kebutuhan pangan komunitas mereka sendiri, melainkan bisa menjadi sumber pendapatan dengan memasarkan ke daerah lain. 

Dukungan-dukungan yang dilakukan EcoNusa tersebut diharapkan dapat membangun kemandirian masyarakat di Tanah Papua dalam memanfaatkan kekayaan lingkungan, lahan yang tersedia, dan sumber pangan lokal sebagai komoditas bernilai. Masyarakat didorong agar memiliki ketahanan pangan, terutama di masa pandemi yang tidak menentu seperti saat ini. 

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved