Dampak perubahan iklim kian hari kian terasa. Ilmuwan dari World Meteorology Organization dan European Commission’s Copernicus Climate Change Service menyatakan bahwa bulan Juli 2023 merupakan bulan terpanas dalam sejarah dunia. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, António Guterres bahkan dalam pidatonya di UN Headquarters mengatakan dunia bukan lagi menghadapi pemanasan global, namun sudah memasuki pendidihan global (global boiling). Oleh karenanya, urgensi untuk melakukan serangkaian aksi melawan krisis iklim semakin kuat. Saatnya kaum muda Indonesia bergotong royong atasi krisis iklim.
“Kita sudah merasakan sendiri dampaknya. Berangkat dari keresahan kami para kaum muda terhadap dampak perubahan iklim ini lah yang mendorong inisiasi Aksi Muda Jaga Iklim,” kata Yolanda Parede, Kordinator Nasional Penjaga Laut pada diskusi media Aksi Muda Jaga Iklim (AMJI) pada 24 Oktober 2023 di Jakarta.
Kondisi bumi yang makin memanas pun berdampak langsung terhadap iklim di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa fenomena El-Nino diprediksi masih akan terus ada di Indonesia hingga akhir tahun. Dikutip dari VOA Indonesia, El-Nino merupakan fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air laut, sehingga membuat udara basah berkurang dan berdampak pada menurunnya tingkat curah hujan. Fenomena El-Nino yang berkepanjangan akhirnya menjadi masalah iklim, di mana banyak kekeringan di banyak wilayah dan berdampak terhadap banyak aspek dalam kehidupan kita.
Baca Juga: Diskusi Media Road to #AksiMudaJagaIklim 2023
Pada kesempatan yang sama, Pina Elkapita, Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum Ciliwung mengatakan bahwa kondisi daerah aliran sungai yang terjaga memiliki peranan penting dalam menjaga kestabilan iklim. “Kalau daerah sekitar sungainya rimbun, aliran sungai juga terjaga, iklim di sekitar situ juga pasti terjaga dengan baik. Tutupan lahan itu kuncinya,” kata Pina.
Pina Elkapita juga menjelaskan bahwa kita perlu mendorong agroforestri sebagai salah satu solusi dalam menghadapi krisis iklim. Dengan menanam pohon dan tanaman pangan yang bernilai, kita tak hanya akan mendapatkan sumber pangan namun juga manfaat ekonomi dari tanaman pangan tersebut. Pina pun menyatakan bahwa BPDAS Citarum Ciliwung siap mendukung berbagai aksi generasi muda yang hendak mengadakan penghijauan, salah satunya seperti aksi penanaman mangrove yang menjadi salah satu aksi dalam AMJI 2023.
Selaras dengan dukungan yang diberikan oleh BPDAS Citarum Ciliwung, Asep Senjaya dari Kesatutan Pemangku Hutan (KPH) juga menyampaikan dukungannya pada AMJI 2023 yang dilaksanakan pada 28 Oktober 2023. “Kami menyambut baik Aksi Muda Jaga Iklim sebagai gerakan orang muda untuk ikut berkontribusi mendorong target nol emisi, salah satunya dengan adanya penanaman pohon, dan jelas ini sangat membantu kita untuk tercapainya target nol emisi,” ucap Asep.
“Isu lingkungan adalah isu yang paling diminati oleh para relawan. Ini memberikan harapan bagi kita bahwa isu perubahan iklim pasti bisa kita hadapi bersama, karena isu ini adalah isu kita bersama,” ujar Gresy Kristriana dari Indorelawan. Gresy juga menyampaikan bahwa perubahan iklim adalah isu kita bersama, dan generasi muda dalam semangat kerelawanan sudah menyadari itu, sehingga tergerak bergotong royong untuk mengupayakan masa depan bumi yang lebih baik dan berkelanjutan.
Baca Juga: Pawai Bebas Plastik Dorong Pemerintah Lakukan Ini
Pada pelaksanaan AMJI 2023, terdapat berbagai aksi yang dilakukan di lebih dari 350 titik oleh kaum muda dari Sabang sampai Merauke sebagai bentuk kepedulian dan upaya bersama melawan krisis iklim. Beberapa aksi tersebut di antaranya penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, bersih-bersih sampah, diskusi lingungan, pelaksanaan edukasi lingkungan berbasis kesehatan, pembagian makanan vegetarian, juga aksi bersepeda bersama. Targetnya kegiatan ini melibatkan 40 ribu orang muda, sehingga gaung tentang krisis iklim yang tengah dihadapi bersama kian lantang dan makin banyak orang yang mau bergerak.
Fakhri N. Syafrullah dari Jejakin menjelaskan bahwa berbagai aksi yang dilakukan secara serentak dalam AMJI 2023 dapat dihitung karbonnya. “Dari aksi-aksi dalam rangkaian Aksi Muda Jaga Iklim tahun ini, kita bisa menghitung emisi karbon yang terserap dan bagaimana kontribusinya terhadap masalah lingkungan yang kita hadapi. Misalnya penanaman pohon, bagaimana dampaknya terhadap kualitas udara kita,” papar Fakhri.
Menyoroti pentingnya peran orang muda, Yayasan EcoNusa secara aktif telah bergerak melibatkan generasi muda untuk ikut andil dan turun tangan dalam perlindungan alam. Selain menginisiasi AMJI, Yayasan EcoNusa juga berkolaborasi dengan Pramuka Indonesia membuat mangrove badge sebagai bagian dari edukasi dan upaya perlindungan ekosistem mangrove, khususnya di Indonesia, Ke depannya, mangrove badge ini akan didorong menjadi sebagai salah satu kecakapan yang bisa dimiliki oleh para anggota Pramuka di berbagai tingkat, mulai dari Siaga, Penggalang, Penegak, hingga Pandega.
“Mulai tahun ini, kolaborasi EcoNusa dan Pramuka melahirkan mangrove badge ini untuk mengenalkan mangrove Indonesia ke dunia. Harapan besarnya adalah dengan mangrove badge ini, pengayaan tentang mangrove dapat dilakukan secara masif dan mendorong kelestarian mangrove, sehingga target net zero emission bisa tercapai, kualitas udara kita membaik, dan kita bisa menjawab masalah krisis iklim yang kita hadapi bersama,” jelas Nina Nuraisyiah, Direktur Komunikasi dan Mobilisasi Orang Muda, Yayasan EcoNusa.
Baca Juga: Mangrove Badge, Upaya Mempercepat Pelestarian Mangrove
Menanggulangi krisis iklim dan menciptakan masa depan bumi yang berkelanjutan merupakan pekerjaan besar yang harus dikerjakan oleh banyak pihak. Sebagai generasi penerus, peran orang muda sangat dibutuhkan, sehingga dapat dipastikan bahwa kehidupan yang diwariskan adalah bumi yang baik dan dapat mencukupi segala kebutuhan manusia, mulai dari udara bersih, air bersih, sumber pangan yang baik, maupun kebutuhan-kebutuhan lainnya.
“AMJI adalah pengingat. Aksi-aksi tidak akan berhenti di sini. Kami akan terus lanjutkan bersama-sama dengan berbagai pihak sampai apa yang kami cita-citakan tercapai, yaitu memastikan kami bisa hidup layak, aman, dan terlepas dari bencana lingkungan yang disebabkan oleh krisis iklim, di planet bumi yang kita tinggali saat ini,” pungkas Yolanda.