EcoStory

Alumni School of Eco Diplomacy Terpilih Mengikuti SEAL 2020

Bagikan Tulisan

Alumni School of Eco Diplomacy (SED) terpilih mengikuti Virtual Summit for Empowerment and Action Leadership (SEAL) Special Ops yang diselenggarakan oleh Heirs to Our Oceans (H2OO), lembaga lingkungan non-profit yang berbasis di Amerika Serikat. Bersama 43 anak muda dari berbagai negara, mereka akan mempelajari dampak aktivitas manusia terhadap perairan dan mengampanyekan isu tersebut dengan membuat film.

Awalnya SEAL 2020 dijadwalkan terselenggara di Bali. Namun, konferensi yang rutin digelar setiap tahun tersebut diselenggarakan secara virtual akibat pandemi COVID-19 yang merebak di berbagai negara. Selama beberapa pekan, yakni pada 24 Juni hingga 5 Agustus 2020, para peserta akan mendapatkan peningkatan kapasitas dari para ahli di berbagai bidang, mulai dari pembuat film profesional, editor, aktivis lingkungan, dan pakar kepemimpinan.

“Senang sekali rasanya karena bisa terkoneksi dengan anak-anak muda di seluruh dunia untuk belajar mengenai lingkungan dan pembuatan film,” kata Eka Meynia Helendri, alumni peserta SED 2018 asal Palembang, Sumatera Selatan, saat dihubungi EcoNusa.

Selain Eka, alumni SED yang mengikuti SEAL adalah Julia Rosemary Tapilatu asal Manokwari, Papua Barat, dan Chindy Febriani Elungan asal Jayapura, Papua. Keduanya merupakan alumni SED 2019. Tak hanya ketiga alumni SED, partisipasi Indonesia juga diwakili oleh Ahmad Khofi asal Situbondo.

Ketertarikan Eka terhadap lingkungan dan sinematografi telah berlangsung sejak empat tahun lalu. Pada 2018, Eka memutuskan untuk menyuarakan keresahannya tentang sampah plastik sekali pakai di Indonesia dengan membuat video singkat dan diunggah di media sosial. Eka menamai proyek pribadinya itu dengan vlogreenesia. 

Eka menginisiasi gerakan bernama Green Politician untuk mengedukasi masyarakat menjaga lingkungan di Pulau Salah Nama, Palembang. Di sana, Eka membuat tempat percontohan pengelolaan sampah dengan menggunakan video dan beragam permainan, seperti PARLASTIK, Plastic Snake, Jepit Sampah, dan Plastic Color.

Menurut Eka, menjadi salah satu peserta SEAL merupakan kesempatan yang tak boleh disia-siakan. Materi yang diberikan selama SEAL berlangsung menjadi bekal untuknya dalam pembuatan video vlogreenesia dengan durasi yang lebih lama. “Saya ingin sekali belajar teknik pembuatan video yang baik, seperti membuat skenario cerita, penyuntingan video, dan bagaimana agar karya saya dapat ditonton banyak orang untuk menyuarakan isu lingkungan,” ujar Eka.

Senada dengan Eka, antusiasme serupa juga dirasakan oleh Julia. Dia tertarik mengembangkan keterampilan baru untuk mengampanyekan isu lingkungan kepada anak muda Indonesia. Di sisi lain, Julia bersemangat saat mendapat kesempatan berinteraksi dan bertukar gagasan dengan berbagai anak muda lintas negara.

“Berinteraksi dengan berbagai anak muda yang memiliki visi dan harapan yang sama dengan saya itu menarik sekali. Bertukar ide untuk membuat bumi lebih baik,” ucap Julia.

Julia telah terlibat dalam aktivisme dunia bawah laut dalam berbagai kesempatan. Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Papua ini sempat berkecimpung dalam Manta Project dengan mengonservasi manta, hiu, dan penyu di Papua. Julia mendapat tugas mengambil data penelitian, membuat survei, dan mengajar  ekosistem laut kepada anak-anak di sekitar pesisir.

Setelah ikut SED, bersama tiga temannya, Julia menginisiasi organisasi Ourconservasea. Mereka mengajak anak muda lainnya untuk peduli lingkungan, terutama ekosistem laut, melalui media sosial.

“Aku memiliki ide menyebarkan  informasi dengan mengangkat laut melalui film. Mungkin nanti bentuknya film pendek,” kata Julia.

Sayangnya, tak seperti Eka dan Julia, Chindy tak bisa mengikuti rangkaian kegiatan SEAL hingga akhir karena terkendala aktivitas akademik. Universitas Cendrawasih mempercepat jadwal praktik kerja lapangan. Roberto Yekwam, yang juga alumni SED Jayapura 2019, menggantikan keikutsertaan Chindy hingga SEAL berakhir. 

Berto, sapaan Roberto, telah mengenal dunia sinematografi sebelum mengikuti SED. Dia bergabung bersama Papuan Voices, program yang diinisiasi oleh EngageMedia dengan memberdayakan anak muda guna menceritakan kisah mereka melalui film dokumenter. Sudah lebih dari setahun Berto terlibat dalam proses penyuntingan, dokumentasi pemutaran film di sejumlah kampung dan asrama di Jayapura.

“Saya ingin belajar cara membuat film dengan kualitas yang bagus di SEAL. Teknik-teknik pengambilan gambar, penyuntingan gambar, dan lainnya,” kata Berto. 

Mendapat kesempatan mengikuti SEAL merupakan pengalaman berharga bagi Berto. Menurutnya, dengan mengikuti rangkaian pembelajaran yang didapat di SEAL akan menunjang pengetahuan sebelumnya di Papuan Voices. Setelah pandemi COVID-19 berakhir, Berto berencana membuat film dokumenter pertamanya.

“Sementara saya berencana membuat film dokumenter di Papua Barat, tepatnya di Kabupaten Tambrauw mengenai logging kayu,” papar Berto. 

Editor: Leo Wahyudi

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved