EcoStory

Ubah Limbah Udang Menjadi Harapan Baru

Bagikan Tulisan
Mama-mama Kelompok PKK Kampung Mate, Distrik Inanwatan, mengolah kepala udang menjadi terasi. (Yayasan EcoNusa/Yosina Yuliana Rifurareani)

Distrik Inanwatan yang terletak di Sorong Selatan, Papua Barat Daya merupakan salah satu wilayah pesisir yang menyediakan hasil laut melimpah. Udang menjadi salah satu tangkapan utama masyarakat. Selama ini, hasil panen langsung dijual ke pengepul dengan kisaran harga sekitar Rp35.000–Rp50.000 per kilogram atau dijajakan di pasar kampung dengan kisaran harga Rp20.000–Rp35.000 pertumpuk atau per satu piring plastik. Para nelayan selalu membuang kepala udang sebelum dijual karena dianggap sebagai limbah yang tak bisa dimanfaatkan.

Situasi tersebut perlahan berubah sejak Yayasan EcoNusa hadir di tengah masyarakat Kampung Mate dan Kampung Isogo di Inanwatan. Selain membeli udang hasil panen masyarakat dengan harga yang lebih baik, tim EcoNusa juga mendiskusikan opsi lain untuk memanfaatkan limbah kepala udang. Salah satunya dengan mengolah kepala udang menjadi terasi yang bisa menjadi bumbu masakan. Dalam diskusi tersebut, banyak mama yang penasaran karena terasi biasanya hanya bisa didapat dengan cara membeli.   

Pembuatan Terasi

Sore hari ketika para nelayan telah pulang dari melaut, mama-mama berkumpul membantu membersihkan kepala udang. Mereka lalu memperhatikan tim EcoNusa mempraktikan cara membuat terasi dan mengikutinya, memperhatikan dengan benar takaran bahan dan kebersihan udang karena mempengaruhi kualitas terasi hasil buatan. Pendampingan ini dilakukan kepada mama-mama dari kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kampung Mate dan Perkumpulan Wanita Gereja Kristen Indonesia di Kampung Isogo. 

Baca Juga: Antara Ritual Pemanggil Udang dan Koperasi Fgan Fen Sisi

Pendampingan tersebut kini telah berjalan sekitar lima bulan. Kedua kelompok mama-mama dari PKK dan Perkumpulan Wanita telah rutin memproduksi terasi.  Secara bertahap mereka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Kini target setiap kelompok adalah menghasilkan 5 kilogram terasi kepala udang setiap bulan. Terasi hasil olahan tersebut kemudian didistribusikan ke Sorong untuk dijual. 

Proses ini tidak berlangsung instan. Butuh kesabaran, ketekunan, dan komitmen. Tapi yang paling penting, semuanya dilakukan bersama. Pelan-pelan, melalui diskusi dan uji coba berulang, mama-mama mulai memahami kualitas yang dibutuhkan agar produk mereka bisa diterima pasar.

Pelatihan Manajemen dan Keuangan

Pendampingan kedua kelompok perempuan di Kampung Mate dan Isogo tidak hanya soal pengolahan kepala udang menjadi terasi. EcoNusa juga mendorong penguatan kapasitas manajerial tim dan pemahaman dasar terkait manajemen keuangan bagi pengurus kelompok. Dengan begitu, mereka bisa mengerjakan tugas dengan baik dan mengelola keuangan secara transparan juga akuntabel. Setiap pendapatan dan pengeluaran belanja sudah bisa dicatat secara berkala sesuai transaksi yang dilakukan setiap bulannya. 

Baca Juga: Mama Yulita Buat Limbah Kepala Udang Bernilai Ekonomi

Dukungan dari Pemerintah Daerah


Akhir Agustus lalu, Kepala Distrik Inanwatan, Marten Mitogai, datang ke Rumah Timbang yang didirikan EcoNusa untuk melihat kegiatan masyarakat. Marten menunjukkan dukungan penuh terhadap program pendampingan EcoNusa di Inanwatan, khususnya pendampingan produksi terasi kepala udang. “Produk ini perlu dikemas dengan baik. nanti bisa dijembatani untuk dipertemukan dengan Ibu Bupati Sorong Selatan untuk diperkenalkan produknya,” katanya. Ia juga berharap Pemerintah Kampung dapat melihat potensi udang dan produk turunannya serta mempertimbangkan penggunaan dana desa untuk mendukung kegiatan tersebut.

Kini, produk terasi dan kaldu hasil olahan mama-mama di Inanwatan tidak hanya punya rasa yang khas, tapi juga membawa cerita tentang kemandirian dan pemberdayaan. Produk ini menjadi cermin dari semangat untuk bertumbuh membangun masa depan yang lebih baik dengan kekuatan sendiri. Dari sesuatu yang sebelumnya dianggap limbah, kini mama-mama bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Membangun kepercayaan diri dan meningkatkan perekonomian. 

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved