Search
Close this search box.
Search
Close this search box.
EcoStory

Catatan Perjalanan: Pengembangan Kopra Putih di Kaimana

Bagikan Tulisan
pengolahan kopra putih
Bapa-bapa mengupas buah kelapa untuk kemudian dikeringkan di rumah pengering (solar dryer dome) di Adijaya, Kaimana. (Yayasan EcoNusa/Aloysius Numberi)

Kelapa dikenal sebagai tanaman yang seluruh bagian pohon dan buahnya bisa dimanfaatkan sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Tanah Air. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mencatat Indonesia adalah negara produsen kelapa terbesar di dunia dengan rata-rata produksi 18,04 juta ton kelapa. Adapun data Badan Karantina Pertanian menyebutkan bahwa terdapat 13 ragam komoditas turunan kelapa yang dipasarkan ke dunia, termasuk kopra, yakni daging kelapa yang dikeringkan. 

Melihat potensi kelapa di Kampung Adijaya di Kaimana, Papua Barat, Yayasan EcoNusa berinisiatif menginisiasi pengembangan kopra putih di kampung tersebut sejak awal 2023. Kopra putih yang dikembangkan adalah kopra yang dihasilkan dari buah kelapa yang dikeringkan dengan rumah pengering (solar dryer dome) dan belerang. 

Penggunaan rumah pengering membuat proses pengeringan buah kelapa akan lebih cepat dibandingkan dengan cara diasapi atau pun dikeringkan langsung di bawah sinar matahari. Kadar air kopra yang dikeringkan dengan rumah pengering lebih rendah, warnanya juga lebih putih dan bersih. Pengeringan dengan rumah pengering pun mencegah kopra terkontaminasi oleh kotoran, jamur, dan unsur lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia. 

Baca Juga: Harumnya Minyak Kelapa dari Kampung Onggaya, Kabupaten Merauke

Sedangkan belerang dipakai untuk mencegah munculnya jamur dan meningkatkan kualitas kopra. Hal-hal inilah yang membuat harga kopra putih di pasaran menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan kopra hitam. 

Oleh produsen industri, kopra putih biasanya digunakan untuk pembuatan minyak goreng, diolah menjadi margarin, bahan kosmetik, sabun, pelembab, parfum, campuran cokelat, eskrim, bahan farmasi, dan digunakan untuk industri lain.

Setelah melakukan sosialisasi pada awal tahun 2023, rencananya empat buah rumah pengering segera akan dibangun di Adijaya. Namun, pembangunan ini terhambat akibat musim timur yang menyebabkan gelombang tinggi, angin kencang, dan curah hujan yang cukup tinggi. Tapi untunglah musim tersebut berakhir. Pada September 2023 akhirnya rumah pengering yang dibuat dengan rangka kayu dan penutup plastik UV ini berhasil dipasang. 

Baca Juga: Pandora Kelapa Sawit: Primadona Ekspor Non-Migas hingga Perusak Lingkungan

Segera setelah rumah pengering berdiri, 56 orang mama-mama dan bapa-bapa berkumpul untuk berlatih membuat kopra dengan fasilitator Thamrin Lamuasa. Sepuluh orang dari mereka sebelumnya memang bekerja sebagai petani kopra, sedangkan sisanya bekerja di perusahaan cokelat dan ingin menjadikan kopra sebagai penghasilan sampingan.

Pelatihan pertama meliputi pengupasan buah kelapa, membelahnya, mencuci, menyusunnya di rak rumah pengering, dan pembakaran belerang. Proses pengeringan ini harus sempurna karena jika tidak, kopra rawan dihinggapi mikroba. Di hari lain, mama-mama dan bapak-bapak berlatih menyimpan kopra yang telah kering. Penyimpanan yang baik penting dilakukan karena jika tidak kopra bisa rusak sehingga menurunkan kualitas. 

Setelah berlatih tersebut, mama-mama dan bapa-bapa mempraktikkan langsung pembuatan kopra putih. Kelapa yang mereka keringkan di dalam rumah pengering terlepas dari batoknya setelah 12 hari pengeringan. Mama-mama dan bapa-bapa menghasilkan kopra putih dengan kualitas yang baik. Kami mengirimkan kopra tersebut ke tim EcoNusa yang berada di Ambon untuk dicek kualitasnya dan dibantu penjualannya.

Baca Juga: Warga Wersar dan Tapiri Belajar Bertani Semi Modern di Sekolah Kampung

Pak Thamrin yang menjadi fasilitator mengatakan pengecekan kualitas itu untuk melihat kadar air di laboratorium. Jika hasil pengeringannya telah baik, maka langkah selanjutnya adalah membangun sistem pemasaran, baik untuk lokal maupun nasional. Sehingga diharapkan program kopra putih bisa menular ke kampung-kampung yang lain dan mendongkrak ekonomi petani kelapa di Kaimana dan sekitarnya. 

Safianus Tanggulangan, salah satu petani kopra hitam yang mengikuti pelatihan ini bercerita bahwa pelatihan kopra putih ini adalah peluang bagi masyarakat untuk memperbaiki ekonomi di saat harga kopra hitam tidak menentu. Ia pun berharap kopra putih ini bisa dijual dengan baik dan masyarakat mendapatkan manfaatnya.   

Setelah pelatihan tersebut, beberapa petani berkomitmen untuk membangun sendiri rumah pengering. Sedangkan yang lain berkomitmen untuk memulai memproduksi kopra putih dengan memanfaatkan rumah pengering yang telah dibangun. Semoga upaya yang dilakukan bersama masyarakat tersebut bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.  

Editor: Nur Alfiyah

EcoBlogs Lainnya

Copyright ©2023.
EcoNusa Foundation
All Rights Reserved